Almer mendapat kabar dari salah satu pelayan, bahwa Indri telah kembali. Saat itu juga, Almer memutuskan untuk pulang ke rumah karena tak ingin jika sesuatu hal buruk terjadi kepada cucu menantunya.
“Kenapa kamu pulang ke Indonesia?” tanya Almer pada Indri yang saat itu tengah bersantai di ruang keluarga sembari dipijat oleh dua pelayan wanita.
Indri menggerakkan tangannya, memberi isyarat kepada dua pelayan wanita untuk pergi.
Indri lalu beranjak dari sofa dan berjalan mendekat ke arah Almer yang terlihat sangat marah.
“Kakek lupa? Aku ini masih Nyonya di rumah ini. Salah satu cucu Kakek, yaitu Rafa adalah suami aku. Jadi, aku tentu saja harus tinggal disini,” jawab Indri sembari berkacak pinggang, seakan-akan tengah menantang Almer.
Almer sangat tak suka dengan sikap Indri yang semena-mena dan tak tahu caranya menghargai orang yang lebih tua darinya.
“Statusmu disini hanyalah janda dari cucuku, Rafa. Dan perlu Kakek tegaskan untuk pertama dan terakhir kali, Nyonya sah di rumah ini sekarang adalah cucu menantuku, Melinda. Jadi, kamu disini hanyalah tamu,” tegas Almer.
Setelah menegaskan posisi Indri dan juga Melinda, Almer memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya.
Indri meneteskan air matanya dengan menahan amarahnya.
Bisa-bisanya Kakek tua itu malah berada di pihak wanita kampungan itu. Seharusnya akulah yang menikah dengan Raka dan bukan dia. (Batin Indri)
Para pelayan yang mendengar ucapan Almer, mulai bergosip dan sangat lega karena wanita yang biasa mereka sebut Nenek lampir sudah tak ada hak di rumah mewah tersebut.
Raka dan Melinda tersenyum lebar ketika baru saja keluar dari lift. Disaat itu juga, Indri semakin panas melihat kedekatannya yang terjalin antara sepasang pengantin baru tersebut.
Apa yang Raka dan Melinda lakukan saat itu, hanyalah sandiwara semata. Tentu saja, itu ada perintah dari Raka agar Indri segera menyerah dan memutuskan untuk keluar dari kediaman mewah keluarga Arafat.
“Selamat siang, adik ipar ku yang sangat tampan.” Indri melambaikan tangannya menyapa Raka.
Raka tak menggubris sapaan Indri kepadanya.
“Istriku, tolong bawa suamimu ini ke kolam renang,” tutur Raka dan mencium punggung tangan Melinda di depan Indri.
Melinda terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Raka. Mau bagaimanapun, Raka dan dirinya hanya sedang memerankan sepasang suami istri yang saling mencintai satu sama lain.
“Iya Mas Raka,” balas Melinda dan mendorong kursi roda Raka menuju kolam renang.
Indri tak bisa diam saja melihat kedekatan pengantin baru tersebut. Ia berusaha keras memikirkan cara untuk membuat Melinda tak betah berlama-lama tinggal di rumah tersebut.
Persetan dengan Kakek tua itu. Mau bagaimanapun, tetap akulah yang berhak tinggal disini. (Batin Indri)
Indri berjalan dengan langkah lebar untuk menyusul Melinda dan juga Raka.
“Boleh aku ikut bergabung?” tanya Indri pada Raka dan Melinda.
Melinda tersenyum dan mengiyakan keinginan Indri untuk bergabung bersama mereka.
“Boleh,” jawab Melinda.
“Siapa yang memperbolehkan wanita ini untuk bergabung dengan kita, Istriku? Bukankah sudah kukatakan bahwa wanita itu harus dijauhi,” ucap Raka dan menatap dingin Indri.
Melinda saat itu langsung tutup mulut dan tak ingin masalah kembali datang padanya.
“Raka, apakah kamu tidak terlalu jahat kepadaku? Mau bagaimanapun, dulu kita saling mencintai.” Indri mengedipkan sebelah matanya dengan pose seksi.
“Tutup mulutmu! Sejak kapan aku menyukai dirimu? Cuih...” Raka meludah jijik dihadapan Indri.
Raka sangat jijik dengan Indri yang tak tahu malu. Saat itu juga, ia meminta Melinda untuk membawanya masuk ke dalam.
Sekali lagi, Indri kalah dari Melinda dan membuat Indri semakin ingin menyingkirkan Melinda secepat mungkin.
Melinda memilih untuk tidak bermain dalam pikirannya. Lebih baik dirinya tak tahu-menahu tentang keluarga barunya.
“Hei, pelayanku. Apakah kamu masih ingin melewati batas kesabaran ku?” tanya Raka pada Melinda ketika mereka berdua baru saja masuk lift.
“Maksud Mas Raka?” Melinda tak paham dengan pertanyaan dari suaminya.
Raka tak langsung menjawab, ia diam dan membuat Melinda bertanya-tanya dalam hati.
Saat baru masuk ke dalam kamar, barulah Raka menjawab pertanyaan dari Melinda.
“Aku tidak ingin kamu dekat-dekat dengan wanita itu. Dia itu wanita berbahaya,” terang Raka.
Melinda mengiyakan tanpa bertanya lebih jauh mengenai sosok Indri yang dikatakan berbahaya oleh Raka.
****
Almer keluar dari kamarnya karena sudah waktu baginya untuk makan malam bersama dengan cucu dan juga cucu menantunya.
Almer tersenyum ke arah Melinda yang tengah tersenyum padanya. Akan tetapi, senyum Almer langsung hilang ketika melihat Indri yang telah duduk di kursi meja makan.
Perubahan mimik wajah Almer, disaksikan langsung oleh Melinda dan juga Indri.
Apakah Kakek juga tidak suka dengan Kakak ipar? Ah, sudahlah. Lagipula aku siapa yang harus ikut campur dengan urusan mereka. (Batin Melinda)
Almer duduk dan memberi perintah kepada para untuk segera menyajikan hidangan makan malam.
“Cucu menantu, besok temani Kakek berbelanja ya,” ucap Almer pada Melinda.
“Baik, Kakek,” balas Melinda tanpa ingin menoleh ke arah Indri.
Cucu menantu? Sepertinya Kakek telah benar-benar menyukai wanita kampung ini. Sebenarnya, apa yang dilihat oleh Kakek tua dan juga Raka? Mereka sama sekali tak bisa membedakan yang mana cantik dan tidak. (Batin Indri)
“Kakek, aku juga ikut ya. Aku sudah lama tidak berbelanja, belikan aku pakaian baru ya Kek,” tutur Indri pada Almer.
Almer sama sekali tak merespon penuturan dari Indri yang ingin ikut pergi berbelanja dengannya dan Melinda.
Melihat sikap dingin Almer kepada Indri, membuat Raka tertawa. Raka terlihat sangat puas dengan apa yang Kakeknya lakukan terhadap Indri.
Sial, aku benar-benar diabaikan. Terlebih lagi, Raka malah menertawakan aku. (Batin Indri)
Indri yang kesal, seketika itu pergi meninggalkan meja makan.
Melinda menoleh ke arah Indri dengan tatapan sedih.
Kalau Mbak Indri tidak makan, apakah dia akan sakit? Kenapa Kakek dan Mas Raka begitu tak menyukai Mbak Indri? Meskipun begitu, aku juga tidak bisa berteman dengan Mbak Indri karena Mas Raka pasti akan marah padaku. (Batin Melinda)
“Cucu menantu, jangan menampilkan ekspresi sedih begitu. Biarkan saja wanita itu,” ucap Almer pada Melinda.
Indri berjalan masuk ke dalam kamarnya dan ketika melihat ada seorang pelayan tengah membereskan tempat tidurnya, Indri marah dan menarik rambut pelayan wanita itu dengan cukup kuat.
“Nyonya Indri, apa salah saya? Tolong jangan tarik rambut saya.” Pelayan wanita itu meminta agar Indri berhenti menarik rambutnya.
“Kamu keluar sekarang juga!” Indri berteriak sembari mendorong kuat tubuh pelayan wanita tersebut.
Pelayan wanita itu, berlari secepat mungkin dengan menahan rasa sakit akibat ulah dari Indri yang memang suka semena-mena terhadap pelayan di rumah itu.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Afika Fika Yesy
kok ada ya wanita seperti itu,percuma sekolahnya tinggi klu kelakuannya kek tdk berpendidikn...
2024-01-10
0
Ani Ani
ada peruampuan lblia
2023-12-19
0
🍁Angela❣️𝐀⃝🥀☠ᵏᵋᶜᶟ
si Indri enggk tau malu .....
2023-12-14
0