Melinda berpura-pura untuk tidak tahu bahwa Raka sedang melirik ke arahnya dengan lirikan yang begitu tajam.
Wanita ini benar-benar membuatku marah. Seharusnya aku biarkan saja dia mati tenggelam di kolam renang. (Batin Raka)
Setelah sarapan, Almer meminta sepasang pengantin baru dihadapannya untuk segera bersiap-siap.
Raka dengan lihai memainkan perannya sebagai suami baik dihadapan Sang Kakek.
“Istriku, bantulah suamimu menuju kamar.” Raka tersenyum dan mencium punggung tangan Melinda tepat di depan mata Almer.
Melinda tersenyum dan perlahan mendorong kursi roda Raka menuju kamar.
Almer tersenyum tipis melihat Raka dan Melinda.
“Wanita tak tahu diri, kamu senang karena Kakek selalu berada di pihak mu?” tanya Raka ketika mereka berdua sudah berada di lift.
Melinda memilih mengabaikan perkataan Raka. Sebagai seorang istri, ia berusaha untuk tetap sabar menghadapi sikap dingin suaminya yang selalu saja mengatai dirinya dengan kalimat yang tidak enak di dengar.
“Kamu tuli ataukah bisu?” tanya Raka kesal karena Melinda sama sekali tak menghiraukan perkataannya.
Melinda lagi-lagi diam membisu, lebih baik seperti itu daripada ia harus membalas perkataan Raka.
Lift terbuka dan Melinda kembali mendorong kursi roda Raka menuju kamar.
“Kita sudah berada di dalam kamar, kenapa masih berlagak seperti orang yang tak bisa mendengar dari berbicara?” tanya Raka semakin kesal karena Melinda terus saja mengabaikan perkataannya.
“Mas Raka, apakah saya begitu tak tahu diri dan juga menjijikan? Apakah saya benar-benar sehina itu dimata Mas Raka?” tanya Melinda sembari mengatur napasnya agar sedikit lebih tenang untuk menghadapi sikap Raka padanya.
Raka yang kesal, saat itu melemparkan segelas air yang berada di meja tepat disisi kanannya.
Melinda hanya bisa pasrah ketika Raka mengguyur segelas air ke arah wajahnya.
“Pel lantai ini dan setelah itu keluar dari kamar ini!” perintah Raka.
Melinda keluar dari kamar Raka dengan kondisi basah akibat ulah dari Raka.
Melinda lalu, berjalan mendekat ke salah satu pelayan dan meminta pelayan itu untuk mengepel lantai di kamar suaminya. Setelah itu, Melinda masuk ke dalam kamar sebelumnya untuk bersiap-siap karena tak ingin membuat Almer menunggu lama.
Raka telah berganti pakaian dan raut wajahnya semakin kesal ketika melihat pelayan yang datang ke dalam kamarnya.
“Kenapa kamu yang datang ke kamarku?” Raka bertanya dengan berteriak.
“Maaf, Tuan Muda. Nona Melinda yang meminta saya untuk mengepel lantai yang basah ini,” terang pelayan wanita itu.
“Keluar!” Raka berteriak mengusir pelayan tersebut dari dalam kamarnya.
Kurang ajar, beraninya dia melawanku. Bukankah wanita itu yang aku perintahkan untuk mengepel lantai. Dasar wanita tak tahu diri. (Batin Raka)
Melinda mencoba untuk tetap tersenyum menyembunyikan kesedihannya. Ia berulang kali melebarkan senyumnya di depan cermin berharap untuk tetap kuat menghadapi suaminya yang sama sekali tidak ia cintai.
Melinda, kamu harus kuat dan kamu pasti bisa. (Batin Melinda)
Almer yang sudah menunggu, memutuskan untuk menghampiri cucu dan cucu menantunya.
“Raka! Cucu menantu!” Almer mengetuk pintu kamar Raka sembari memanggil ke-duanya.
Melinda keluar dari kamarnya dan terkejut melihat Almer yang ternyata sudah berada di depan pintu kamar Raka.
“Cucu menantu.” Almer menatap Melinda dengan tatapan bertanya-tanya.
“Kakek, tadi Melinda sedang mengambil sesuatu di kamar,” ucap Melinda.
“Apa yang cucu menantu ambil? Mulai hari ini, semua barang atau apapun itu harus pindah di kamar Raka!” Almer ingin membuat Melinda dan juga Raka cepat dekat.
Melinda tak berani menolak, itu sama saja seperti mengacungkan pedang ke dirinya sendiri.
Raka keluar dari kamarnya dengan wajah penuh semangat.
“Ayo istriku, aku tak sabar ingin melihat almarhumah Ibu mertuaku.” Raka kembali memainkan perannya sebagai suami baik di depan Almer.
“Raka, Kakek harap kamu tidak pernah mengecewakan Kakek mu yang sudah tua ini,” ucap Almer dan saat itu juga melenggang pergi dengan tatapan dingin.
Raka mengepalkan tangannya kuat-kuat dan melirik tajam ke arah istrinya, Melinda.
“Mas Raka, tolong jangan buat Kakek marah.” Melinda meminta pengertian dari suaminya untuk tidak membuat Pria tua itu marah.
“Jangan sok menceramahi ku.” Raka berkata dengan nada tinggi.
Melinda menghela napasnya dan mendorong kursi roda suaminya menuju ruang depan.
Reza yang tak lain, asisten pribadi Raka berlari kecil menghampiri Tuan mudanya.
“Minggir, biarkan asistenku saja!” perintah Raka agar Melinda segera bergeser menjauh darinya.
Melinda bergeser dan memilih untuk masuk ke dalam mobil terlebih dahulu.
“Tuan Muda, anda sudah menikah tidak sepatutnya anda memperlakukan Nona Muda seperti tadi,” tutur Reza pada Tuan mudanya.
“Kamu siapa berani mengajariku? Sekali lagi kami berkata seperti itu, siap-siaplah untuk ku pecat,” ancam Raka pada Reza.
Apa bagusnya dari wanita itu? Sampai-sampai Kakek dan asisten membelanya. Benar-benar menjengkelkan, lihat saja kedepannya aku akan terus membuatmu tak betah berlama-lama tinggal disini. (Batin Raka)
Reza membantu Tuan mudanya masuk ke dalam mobil untuk segera pergi ke pemakaman Ibu dari Melinda.
Almer yang juga ikut pergi, memilih menaiki mobilnya dan membiarkan serta Melinda berada terpisah dengannya.
Almer berharap, hubungan keduanya bisa secepatnya tumbuh menjadi benih-benih cinta.
Raka, Kakek berharap kamu bisa membuka hatimu untuk cucu menantu ku, Melinda. Melinda adalah gadis yang baik, pilihan Kakek adalah pilihan terbaik untukmu setelah Kakek benar-benar meninggalkan dunia ini dengan tenang. (Batin Almer)
Raka dan Melinda duduk bersebelahan. Keduanya terlihat sangat kaku dan membuat Reza sedikit kesal karena Tuan Mudanya tetap saja dingin kepada wanita yang duduk di samping Tuan Mudanya itu.
Melinda bermain dengan pikirannya, ia teringat dengan ucapan Ibunya semasa Ibunya masih hidup.
Pesan yang akan selalu Melinda ingat. Meskipun, pernikahannya sama sekali tak di dasari oleh cinta.
Ibu, Melinda telah menikah dengan seorang pria bernama Mas Raka Arafat. Pernikahan kami ini bukan pernikahan yang didasari oleh saling suka dan saling cinta. Akan tetapi, Melinda akan selalu ingat dan berusaha untuk menjadi seorang istri yang baik untuk Mas Raka. (Batin Melinda)
Raka tak sengaja melirik ke arah Melinda yang nampak tengah bersedih.
Apakah aku terlalu kasar kepada wanita ini, sehingga dari tadi yang aku lihat hanya wajah sedihnya? Ah sudahlah, lagipula wajah sedih yang wanita ini tampilkan hanya untuk membuatku merasa kasihan padanya. Sampai kapanpun, aku Raka Arafat tak akan luluh dengan wajah munafik mu itu. (Batin Raka)
Melinda tiba-tiba meneteskan air matanya dan cepat-cepat ia menghapuskan agar tak terlihat lemah dihadapan Raka, suaminya.
Raka yang melihat Melinda menangis, secara refleks memberikan tisu kepada Melinda.
“Ini, hapus lah air matamu dan jangan membuat masalah untukku,” tegas Raka dan melempar tisu tersebut ke arah Melinda.
Percuma saja, aku kira pria ini baik dan memiliki empati. Ternyata, aku salah menilai dirinya. (Batin Melinda)
Eits, like + komen dulu ya 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Afika Fika Yesy
menurut loh itu perlakuanmu yg kasar itu hanya main2 atau kau anggap bercanda...
2024-01-10
0
Ani Ani
kat kan hati mu
2023-12-19
0
Putri Auren
aku harap melinda bisa bersikap lebih keras sama raka... jangan mau di tindas
2023-05-30
0