Melinda bangun dari tidurnya untuk segera melaksanakan sholat subuh, ia melihat Raka yang ternyata masih terlelap.
Melihat Raka yang masih terlelap, Melinda mencoba membangunkan suaminya untuk sholat subuh.
“Mas Raka.” Melinda mencoba membangunkan dengan cara menyentuh bahu pria yang kini telah resmi menjadi suaminya.
Raka terbangun dengan tatapan tajamnya.
“Apa kamu sedang mencoba menggoda ku?” Raka terlihat tak senang dengan Melinda yang sengaja membangunkan dirinya.
Melinda mencoba untuk tetap tenang dihadapan Raka. Karena jika Melinda membalas ucapan Raka, sudah pasti Raka akan terus mencemooh dan juga menghardik dirinya habis-habisan.
“Mas Raka, sudah waktunya sholat subuh,” ucap Melinda.
“Aku nanti saja,” balas Raka dan kembali memejamkan matanya.
“Mas Raka!” Melinda mencoba untuk terus membangunkan suaminya. Bahkan, bila suaminya kesal terhadap dirinya.
Raka membuka matanya dengan tatapan tajam.
“Baiklah, sekarang bantu aku untuk bangun!” perintah Raka.
Melinda tersenyum tipis karena Raka tak membentak dirinya ataupun melakukan hal seperti yang biasa dilakukan oleh Raka terhadap dirinya.
Raka sekilas melirik ke arah bibir Melinda yang ternyata tengah tersenyum tipis.
“Karena kamu sekarang adalah pelayanku, cepat bantu aku melepaskan pakaianku!” perintah Raka.
Ternyata aku tetap saja dianggap sebagai pelayan oleh suamiku sendiri. Baiklah, sebagai seorang istri aku akan berusaha untuk sabar menghadapi sikap suamiku yang sangat dingin ini. (Batin Melinda)
Melinda perlahan membantu Raka melepaskan pakaiannya dan Melinda berusaha untuk tetap tenang. Meskipun, ia sendiri merasa gugup ketika melihat roti sobek milik suaminya.
“Apa yang sedang kamu lihat?” tanya Melinda.
“Maaf, Mas Raka,” jawab Melinda dan segera berbalik badan.
Raka mengernyitkan keningnya dan perlahan masuk ke dalam kamar mandinya bersama dengan kursi roda yang ia kenakan.
Ada apa dengan aku? Bisa-bisanya aku memandangi perut sixpack milik Mas Raka. Ternyata, meskipun Mas Raka lumpuh, Mas Raka memiliki tubuh yang atletis. (Batin Melinda)
Melinda berusaha untuk membuang jauh-jauh pemikirannya itu dan bergegas menyiapkan pakaian untuk suaminya.
“Bagaimana ini? Aku tidak tahu pakaian mana yang akan dikenakan oleh Mas Raka. Bisa-bisa dia akan memarahiku sampai aku salah mengambil pakaian untuknya.” Melinda hanya bisa memandangi banyaknya pakaian milik suaminya, Raka.
Melinda mengambil setelan pakaian santai dan pasrah jika dirinya harus dimarahi oleh Raka. Mau bagaimanapun, ini pertama kalinya Melinda menjadi seorang istri dari pria yang sama sekali tidak Melinda cintai.
Raka telah selesai mandi dan saat itu ia perlahan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit sempurna di pinggangnya.
“Hei, kamu!” Raka menatap tajam ke arah Melinda sembari menggerakkan jari telunjuknya, memberi isyarat pada Melinda yang tengah berdiri mematung.
Perlahan Melinda berjalan dengan terus menundukkan pandangannya.
“Pel lantai ini sampai tidak ada setetes air yang tersisa!” Raka memberi perintah dengan begitu dingin.
Melinda saat itu langsung mengiyakan apa yang diperintahkan oleh suaminya.
“Lamban.” Raka berbicara dengan nada memekik.
Melinda cepat-cepat keluar dari kamar untuk mengambil pel lantai.
“Nona Melinda, apa yang Nona Melinda lakukan?” tanya salah satu pelayan wanita ketika melihat Melinda sedang memegang pel lantai.
“Aku ingin mengepel lantai,” balas Melinda.
Raka yang berada di dalam kamar, mengernyitkan keningnya melihat pakaian miliknya yang telah keluar dari almari pakaian.
Wanita itu benar-benar bodoh. Aku ingin sholat, kenapa malah menyiapkan pakaian santai? (Batin Raka)
Melinda masuk ke dalam kamar dan bergegas mengepel lantai yang basah tersebut.
“Kamu ini sebenarnya bisa melayaniku dengan baik atau tidak? Bagaimana bisa kamu memberikanku pakaian santai sedangkan aku ingin sholat?” Raka melempar pakaian miliknya ke arah Melinda.
Melinda benar-benar sedih atas perlakuan Raka terhadap dirinya.
“Mas, tidak bisakah berbicara tanpa harus berteriak dan berkata kasar? Saya minta maaf, atas kekeliruan saya. Saya akan mengambilkan pakaian yang lain,” balas Melinda yang telah berlinang air mata.
Melihat melihat yang telah menangis, membuat Raka merasa bersalah. Akan tetapi, Raka tidak minta maaf dan malah mengusir Melinda dari kamar.
Melinda hanya bisa berlari keluar dari kamar tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
Ayah, apakah Ayah sama sekali tidak memedulikan Melinda disini? Ibu, Melinda ingin sekali menyusul Ibu di surga. Tolong bawa Melinda pergi meninggalkan dunia yang kejam ini, Ibu. (Batin Melinda)
Melinda menangis di dalam kamar.
Setelah cukup lama Melinda menangis, ia memutuskan untuk membersihkan diri untuk segera melaksanakan sholat subuh.
***
Almer yang sudah berada di meja makan, terlihat begitu marah ketika melihat mata Melinda yang bengkak.
“Raka, apa kamu yang telah membuat cucu menantu Kakek menangis?” Almer bertanya sembari memukul meja makan.
Raka terkejut begitu juga dengan Almer yang baru saja memukul meja.
“Kakek, Raka sama sekali tidak membuat istri Raka menangis. Kalau Kakek tidak percaya, tanyakan saja kepada istri Raka!” Raka melirik ke arah Melinda dengan bibir bergerak, memberi isyarat agar Melinda tidak mengatakan hal sejujurnya.
Almer menoleh ke arah cucu menantunya dan menanyakan perihal mata Melinda yang bengkak.
“Cucu menantu, bicaralah terus terang. Apakah suamimu yang telah membuatmu menangis?” tanya Almer dengan suara lembut.
Cih... Awas saja sampai wanita menjijikan ini mengatakan yang sebenarnya, aku pasti akan membuat dia menyesal. (Batin Raka)
“Kakek, Melinda menangis karena merindukan Ibu dan juga merindukan orang rumah,” jawab Melinda tanpa mengatakan yang sejujurnya kepada Almer mengenai Raka yang telah menyakiti perasaannya.
“Cucu menantu, ayo kita pergi ke pemakaman setelah sarapan.” Almer memutuskan untuk membawa Melinda ke pemakaman Ibunya agar Melinda tidak sedih lagi.
Melinda tersenyum dan dengan semangat mengiyakan apa yang dikatakan oleh Almer padanya.
“Terima kasih, Kakek. Terima kasih.” Melinda berulang kali mengucapkan terima kasih kepada Almer.
“Raka, kamu juga harus ikut,” tegas Almer pada cucunya.
“Kakek, Raka ada urusan penting di kantor,” balas Raka karena memang ada urusan penting di kantor.
“Bukankah kamu tahu bahwa Kakek tidak terima penolakan? Batalkan urusan penting itu dan kamu harus ikut ke pemakaman almarhumah Ibu mertuamu.” Almer berkata dengan tatapan dingin.
Sialan, kenapa harus menjadi seperti ini. Gara-gara wanita ini, aku harus membatalkan pekerjaanku. (Batin Raka)
“Raka!” Almer berteriak karena Raka tidak mengiyakan ucapannya.
Raka tersentak kaget ketika Almer berteriak kepadanya.
“Iya Kakek, Raka akan membatalkannya sesuai perintah Kakek,” balas Raka yang hilang nafsu makan saat itu juga.
Meskipun begitu, Raka tak berani meninggalkan meja makan karena jika ia melakukannya, sudah pasti Almer akan marah besar terhadap dirinya.
“Kalian, cepat siapkan!” perintah Almer pada para pelayannya untuk segera menyiapkan hidangan.
Raka melirik tajam ke arah Melinda karena gara-gara Melinda dirinya dimarahi oleh Kakeknya.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Afika Fika Yesy
kenapa harus bingung kan sdh tau mau sholat,sediakan sarung sm baju kokonya dong
2024-01-10
0
Ani Ani
apa lah Salahnya leaking bodoh
2023-12-19
0
Her Man
raka bicaralh yg lmbtt melinda tlh jd istrimu..
2023-02-28
0