Bab 13

Usai acara pernikahan yang sangat mewah tersebut, Almer memerintahkan Raka untuk tidur sekamar dengan Melinda yang kini telah sah menjadi seorang istri dari Raka Arafat. Raka sebenarnya ingin sekali menolak hal tersebut, karena mau bagaimanapun pernikahannya dengan Melinda sama sekali tidak atas dasar cinta. Melainkan perjanjian konyol dari Kakeknya itu.

Raka pun mengangguk kecil dan kini menoleh ke arah Melinda.

“Cucu menantu, masalah yang tadi tidak akan Kakek permasalahkan. Hanya saja, cucu menantu tidak boleh berkomunikasi apalagi menemui pria itu. Karena sekarang, Raka adalah suamimu,” terang Almer agar Melinda mengerti bahwa dirinya sudah sah menjadi istri dari Raka.

“Raka!” teriak Almer karena Raka hanya diam tak merespon perintah darinya.

“Kakek, bukankah suami istri harusnya tinggal satu kamar? Kakek tidak perlu memberi perintah begini,” balas Raka sembari melirik ke arah istrinya, Melinda.

Aisss... Kenapa Kakek malah membahas masalah pria itu? Rasanya, ingin sekali aku cekik wanita ini. (Batin Raka )

“Maaf, Kakek. Melinda sekarang adalah milik Mas Raka. Melinda sudah membuang jauh-jauh perasaan untuk pria tadi,” balas Melinda yang tak ingin menyebutkan nama Royan, karena menghormati Almer dan juga Raka.

“Benarkah?” Raka sama sekali tak mempercayai apa yang dikatakan oleh Melinda pada Kakeknya itu.

Almer mengangguk sembari menyentuh pundak Melinda.

“Karena cucu menantu sudah mengatakannya, baiklah Kakek percaya,” balas Almer pada Melinda yang kini telah sah menjadi cucu menantunya.

Raka terlihat tak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Kakeknya. Bagaimana bisa, Kakeknya itu dengan mudahnya ditipu oleh perkataan manis dari Melinda.

“Sekarang, kalian berdua masuklah ke dalam kamar. Kakek tahu kalian begitu lelah,” ujar Almer dan akan pergi ketika sepasang suami istri dihadapannya bersama-sama masuk ke dalam kamar.

Raka melirik ke arah Melinda memberi isyarat agar Melinda segera membawanya masuk ke dalam kamar.

Melinda berusaha untuk terlihat bahagia dan perlahan mendorong kursi roda Raka masuk ke dalam kamar.

“Mas Raka, tolong lupakan masalah yang tadi.” Melinda tak ingin masalah seperti membuat suaminya marah.

Raka yang sedari tadi berusaha untuk tetap tenang, akhirnya mengeluarkan kekesalannya. Ia menarik gaun pengantin yang dikenakan oleh Melinda sampai robek. Untungnya, Melinda mengenakan pakaian dalam sehingga bagian dadanya tak terekspose oleh Raka.

“Mas Raka, kenapa Mas malah merobek gaun pengantin ini?” tanya Melinda berusaha untuk terlihat baik-baik saja. Padahal dalam batinnya, ia sudah menangis ketakutan.

“Cukup! Bisa tidak, kamu jangan menggunakan wajah sok polos mu itu? Aku sungguh jijik melihatnya!” Raka berteriak mengatakan hal tersebut.

Apa yang Raka lakukan tentu saja tidak akan di dengar oleh siapapun. Karena di dalam kamarnya terpasang peredam suara.

Melinda hanya bisa menunduk sembari menyembunyikan air matanya. Sepertinya dugaannya, pernikahannya bersama dengan Raka, awal dari penderitaannya. Melinda mengira dengan dirinya menerima pernikahan tersebut, ia bisa hidup. Setidaknya ia bisa menjalani hidupnya tanpa air mata. Akan tetapi, semuanya sama saja dan bahkan lebih parah.

Entah permainan apa yang Tuhan mainkan kepada dirinya yang malang itu.

“Kenapa diam? Kalian terlihat saling mencintai ketika berpelukan tadi. Cih, bahkan membayangkannya saja sudah membuatku ingin muntah,” ucap Raka yang tak pernah bosan menghina Melinda.

“Mas Raka boleh menghina atau mengejek saya seperti itu. Akan tetapi, Mas perlu tahu satu hal, bahwa setelah kita resmi menikah, saya sudah melupakan dia dan meskipun pernikahan ini hanyalah permainan peran suami istri yang Mas katakan sebelumnya. Bagi saya, pernikahan ini adalah sesuatu yang sakral, maaf saya permisi ingin mengganti pakaian.”

Melinda keluar dari kamar tersebut dengan air mata yang terus mengalir. Ia berlari secepat mungkin agar Almer tak melihat dirinya yang terlihat begitu menyedihkan.

Raka mengepalkan tangannya kuat-kuat, ucapan Melinda membuatnya merasa muak.

Melinda kembali masuk ke dalam kamar suaminya dan sudah berganti pakaian. Ia mencoba untuk terlihat tegar, seakan-akan tak pernah mendengarkan apa yang dikatakan oleh Raka sebelumnya.

Raka yang sudah berada di tempat tidur, melempar bantal ke arah Melinda dan mengenai wajahnya.

“Dasar bodoh, kenapa tidak menghindar?” tanya Raka dingin.

Melinda diam dan mengambil bantal yang telah berada di lantai.

“Mas, saya sangat lelah. Bolehkah saya langsung beristirahat?” tanya Melinda yang ingin sekali tidur agar kesedihannya bisa ia lupakan. Meskipun, setelah ia bangun kesedihannya kembali melanda hatinya.

“Apa? Aku saja belum tidur, kamu sudah ingin tidur. Kemari dan bacakan aku puisi!” perintah Raka.

Melinda berjalan mendekat ke arah Raka dan mengambil sebuah buku dengan judul kumpulan puisi.

“Kamu pernah sekolah?” tanya Raka yang selalu saja menganggap bahwa Melinda begitu rendah dimatanya.

“Bukankah saat ijab qobul tadi Mas Raka sudah tahu pendidikan terakhir saya?”

“Iya, aku sudah tahu. Mungkin saja selama ini kamu menyontek,” ucap Raka dan tertawa mengejek.

Melinda memilih untuk mengabaikan apa yang Raka tertawakan, ia fokus dengan buku yang sudah berada di tangannya. Kemudian, Melinda membaca puisi dengan penuh penghayatan.

Raka melirik ke arah Melinda dengan tatapan terheran-heran.

Wanita ini lumayan juga membaca puisi tersebut. Aiiissshh.. Tetap saja, mau dia pintar ataupun tidak, aku tetap tidak peduli. (Batin Raka)

Melinda terus saja membaca, sampai pada akhirnya Melinda menyadari bahwa suaminya telah terlelap.

Mas Raka, saya tidak berharap banyak. Saya hanya berharap satu hal, tolong jangan mencaci maki saya lagi. Sudah banyak hal yang saya lalu selama tinggal di rumah peninggalan Ibu saya, tolong jangan caci maki saya seperti mereka mencaci maki saya. (Batin Melinda)

Melinda kembali meletakkan buku puisi tersebut pada tempatnya dan perlahan naik ke sofa sembari meneteskan air matanya. Malam pertama yang ia kira adalah malam penuh cinta, ternyata hanya ada dalam khayalannya saja. Bagaimanapun, Melinda harus sadar diri dan tahu diri bahwa Upik abu selamanya tetaplah Upik abu.

Almer tengah duduk di ruang kerjanya sembari memandangi foto putri kandungnya, yaitu Ibu dari Rafa dan juga Raka Arafat.

“Nak, apakah kamu disana sudah bahagia? Harapanku satu-satunya sekarang adalah Raka. Akan tetapi, anak itu begitu keras kepala sama seperti kamu, Ibunya. Malam ini adalah malam pengantin Raka dan Melinda, Papa tahu bahwa mereka berdua tidak saling mencintai. Akan tetapi, Papa percaya bahwa suatu hari nanti perlahan tumbuh rasa suka serta ketertarikan diantara mereka berdua,” ujar Almer pada foto Putrinya yang telah meninggal dunia.

Almer kembali meletakkan foto tersebut dan perlahan ia meraih ponselnya untuk menghubungi seseorang.

“Bagaimana? Apakah kalian tahu pria yang telah datang mengacaukan pernikahan cucu dan cucu menantu ku tadi?” tanya Almer yang ternyata mencari informasi mengenai pria yang hampir saja mengacaukan acara pernikahan Raka dan juga Melinda.

Terpopuler

Comments

Ani Ani

Ani Ani

semoga Melinda tabac segala ujian

2023-12-19

0

mei

mei

dan saya juga berharap kedepannya melinda tidak gampang luruh dgn raka...ingat dr awal ntah ud brapa x cacian "menjijikan "dll

2023-04-21

0

Her Man

Her Man

ag jd pnsrn ni gmna nsib kekasix.

2023-02-28

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 (Prolog)
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
Episodes

Updated 154 Episodes

1
Bab 1 (Prolog)
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!