"Ya, badanku rasanya terbakar dan aku butuh air dingin untuk meredakannya." Kata Deon berusaha tetap berpikir jernih.
Tubuhnya terasa semakin panas dan Deon merasa bila tubuhnya menjadi sulit dikendalikan. Terutama tubuh bagian bawahnya. Tempat itu adalah satu-satunya tempat yang tidak tertahankan dan membutuhkan pelampiasan sesegera mungkin.
"Astaga, aku akan segera membawamu ke kamar. Tapi, bisakah kamu menunjukkan aku jalannya?"
Mansion ini sangat besar dan memiliki banyak lorong ataupun tangga. Rain tidak tahu dimana kamar Deon dan dia juga tidak pernah berkeliling di tempat ini.
Jadi, ia mempunyai kemungkinan yang sangat besar tersesat di mansion ini.
"Hem, setelah keluar dari sini belok kanan." Kata Deon mulai memberikan arahan.
Rain segera mengikuti arahan Deon. Begitu keluar dari balkon ia langsung membawa langkah mereka menuju belok kanan, menyusuri lorong panjang yang diterangi cahaya lampu kuning keemasan.
"Apa kamu melihat tangga di samping kanan,"
Rain langsung melihat ke depan dan kebetulan menemukan tangga yang Deon maksud.
"Ya, aku melihatnya." Kata Rain bersemangat.
Oh ya ampun, Deon terlalu berat!
Dia tidak bisa terus memapahnya seperti ini.
"Naik ke sana." Perintah Deon.
Rain mengikutinya. Mereka secara perlahan menaiki anak tangga satu persatu hingga sampailah mereka di lorong panjang lantai kedua.
Berbeda dengan lantai satu, lorong di lantai memang panjang tapi hanya memiliki beberapa ruangan saja.
"Pintu coklat nomor tiga, itu adalah kamarku." Ucap Deon dengan suara seraknya.
"Aku menemukannya." Rain membuka pintu- tidak terkunci, ini lebih baik daripada mereka harus lebih pusing lagi mencari kunci kamar!
"Kita sudah sampai." Rain membantu Deon masuk ke dalam kamar dan membaringkannya di atas ranjang.
"Rain," Panggil Deon dengan suara seraknya.
"Aku...aku akan pergi dan kamu istirahatlah di sini." Ucap Rain sebelum berbalik pergi- tapi, tidak sampai ia mengambil langkah kedua, tangannya tiba-tiba ditarik oleh Deon dengan kekuatan yang sangat besar.
Deon melemparkan Rain ke atas kasur dan beralih menghimpitnya agar tidak bisa melarikan diri.
Terkejut, Rain kesulitan mengatakan kata-katanya. Bagaimana mungkin kini Deon sudah ada di atasnya- tidak, hal yang paling gila adalah kenapa dia tiba-tiba berada dibawah!
"Kamu..." Deon merendahkan kepalanya, menyentuh wajah lembut Rain dengan bibirnya sebelum turun menyusuri leher ramping Rain yang memiliki wangi candu.
"Tidak! Tidak, boleh!" Rain panik.
Ia mendorong kepala Deon sekuat tenaga hingga Deon tertangkap tidak siap dan berakhir jatuh ke lantai. Melihat Deon jatuh, Rain langsung memanfaatkan peluang yang ada untuk melarikan diri.
Cklack
Cklack
Cklack
Rain menggerakkan gagang pintu berkali-kali tapi pintu kamar Deon masih belum bisa dibuka.
"Mau kemana, hem?"
Deg
Suara serak Deon terdengar sangat dekat di telinganya. Deon ada di belakangnya dan mengejutkannya lagi, dia tepat ada di belakang Rain!
"Apa kamu ingin melarikan diri dariku?" Tanya Deon mulai mengendus-endus tengkuk Rain, membuat lutut Rain terasa lemas tidak sanggup lagi berdiri.
"Deon, jangan..." Rain membalik tubuhnya sehingga ia bisa berhadapan dengan Deon.
"Kamu tidak menginginkan ku?" Tanya Deon tidak puas.
Rain menggelengkan kepalanya menahan takut.
"Tidak Deon, aku mohon sadarlah karena aku bukan Almira!" Teriak Rain putus asa berharap bisa membuat Deon tersadar.
Namun, hasil akhirnya tetap mengecewakanmu karena bukannya sadar Deon malah semakin menjadi-jadi.
"Itu kamu." Ujar Deon dengan suara seraknya yang kian bertambah berat.
"Deon sadarlah! Kamu akan sangat menyesalinya nanti!"
"Itu benar-benar kamu." Ucap Deon sambil membawa tangan kanannya menyentuh wajah basah Rain.
Mengelusnya lembut dan penuh kehati-hatian seakan-akan tangannya yang besar bisa saja melukai pahatan indah itu.
"Deon tolong..." Rain memohon, mencoba menyingkirkan tangan besar Deon dari tulang belikatnya.
Namun, itu lagi-lagi menjadi sia-sia ketika tangannya justru ditangkap oleh Deon dan dicium dengan sentuhan yang sangat lembut.
"Jangan seperti ini!" Rain menarik tangannya dan menyembunyikannya ke belakang.
"Hem?" Deon tidak marah, dia malah menikmati ketakutan dan semua penolakan Rain.
Tersenyum puas, Deon mengusap-usap leher ramping Rain dengan bibirnya. Mencium wanginya yang candu, merasakan kulitnya yang halus nan lembut sebelum gigi putihnya dengan mulus menggigit kulit leher Rain.
"Ugh... Deon, sakit!" Rain spontan mengangkat tangannya ingin menyentuh leher yang digigit Deon, tapi segera membeku ketika merasakan jilatan ringan di tempat yang baru saja Deon gigit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Maliqa Effendy
ga bisa berontak kah Rain..
2022-02-23
0
Aliska Hisyam
tunggu smpek epi 19
2022-01-18
0
Dwi Trisna
terimakasih kak...akhirnya d update dsini..smg tdk berhenti d tengah jalan ya kak...
2022-01-18
2