Sesampainya di rumah, Arka memasukkan motornya ke dalam garasi. Ia masuk ke dalam rumah dan segera naik ke atas setelah melepas sepatunya. Di rumah itu sepi seperti biasanya, karena papanya belum pulang dari kantor, dan mamanya arisan. Hanya ada pembantu dan satpam di rumah itu.
Setelah mandi dan berganti pakaian, Arka duduk di meja belajarnya lalu membuka galeri ponselnya. Dia sangat suka memandangi wajah Tia, jadi ia selalu mengambil foto tiap setiap hari untuk dijadikan koleksi.
Tidak berapa lama, Bu Widya mengetuk pintu kamar Arka. Ia baru pulang, tapi segera mencari Arka.
“Arka … boleh mama masuk?” tanya Bu Widya setelah mengetuk pintu kamar Arka.
“Iya Ma, masuk saja, tidak dikunci,“ jawab Arka dari dalam kamarnya setelah menyimpan ponselnya ke dalam saku celananya.
Bu Widya pun membuka pintu kamar Arka dan masuk lalu duduk di tepi tempat tidur Arka. Ia menepuk kasur di sebelahnya mengisyaratkan agar Arka duduk di sebelahnya. Arka pun menghampiri mamanya dan duduk di sampingnya.
“Ada apa Ma?” tanya Arka pada mamanya.
“Tadi mama lihat kamu di kedai bersama seorang teman wanitamu. Siapa dia? Apa dia kekasihmu?” tanya Bu Widya pada Arka dengan tersenyum. Selama ini ia tidak pernah melihat Arka bergaul dengan teman wanitanya apalagi pacaran. Karena itu, saat ia melihat Arka sedang nongkrong di kedai bersama seorang gadis, ia menjadi penasaran.
“Itu teman Arka Ma, kita satu kelompok untuk mengerjakan tugas dari sekolah. Jadi tadi Arka diskusi di kedai sambil menikmati es krim di sana,” jawab Arka berbohong untuk melindungi Tia.
“Yakin dia hanya teman? Mama lihat tadi dia memberikan es krimnya padamu,” tanya Bu Widya menyelidik.
Jadi tadi mama melihat semuanya. Batin Arka takut ketahuan.
“Oh iya, Arka yang memintanya Ma, karena penasaran dengan rasa es krimnya,” jawab Arka berusaha meyakinkan mamanya.
“Kirain pacar kamu Arka. Dia cantik loh … “ ucap Bu Widya sambil tersenyum pada Arka. Bu Widya mengira Tia anak orang kaya seperti keluarganya. Karena biaya di sekolah Arka sangat mahal, sehingga ia mengira semua murid yang sekolah di SMA itu adalah anak orang kaya.
“Apa Mama menyukainya?” tanya Arka pada mamanya.
“Ya, dia cantik dan bersekolah di sekolah yang sama denganmu. Pasti dari keluarga kaya seperti keluarga kita. Kalau kamu pacaran dengannya, mama akan menyetujuinya” jawab Bu Widya sambil tersenyum dan menepuk bahu Arka.
Ketika Arka akan membalas perkataan mamanya, tiba-tiba ponsel Bu Widya berdering. Bu Widya pun berdiri meninggalkan kamar Arka untuk menerima panggilan telepon dari temannya itu.
“Andai mama tahu kalau Tia yatim piatu, pasti mama akan menolaknya,” gumam Arka setelah mamanya pergi dari kamarnya.
***
Beberapa hari kemudian
Minggu ini Arka mengajak Tia ke sebuah café bernama café CINTA. Itu adalah sebuah café yang baru saja buka beberapa hari yang lalu, jadi Arka ingin mencoba makanan di café itu. Ia mengajak Tia masuk ke dalam café itu dengan menggandeng tangannya.
“Tunggu sebentar Arka, jangan menarikku terus. Tali sandalku lepas nih,” ucap Tia saat Arka menarik tangannya dengan tergesa-gesa. Arka pun menghentikan langkah kakinya lalu berjongkok di depan Tia. Ia membetulkan tali sandal Tia yang lepas.
“Sudah selesai,” ucap Arka sambil tersenyum dan berdiri. Tia pun tersenyum pada Arka.
“Terima kasih sayangku,” balas Tia sambil memegang kedua pipi Arka dengan jemarinya.
Setelah itu Tia menggaet lengan Arka dan masuk ke dalam cafe bersama-sama. Seorang pelayan menyambut mereka di depan pintu dan mengikuti mereka hingga ke meja di mana mereka duduk. Setelah mencatat pesanan, pelayan itu pergi.
Lagi-lagi Arka mengeluarkan ponselnya untuk mengambil gambar Tia dari kamera ponselnya. Saat Tia menoleh, berkedip, melongo, apapun yang dilakukan Tia, Arka selalu mengabadikannya.
“Arka … kamu ngapain sih? Sini aku lihat ponselmu,” tanya Tia sambil berusaha merebut ponsel Arka, tapi Arka tidak memberikannya. Tidak berapa lama makanan pesanan mereka pun datang.
“Ayo kita makan dulu,” ucap Arka menghentikan Tia yang berusaha merebut ponselnya. Tia pun patuh karena memang perutnya sudah lapar.
Setelah makan, mereka berjalan-jalan ke taman kota. Karena Hari Minggu, taman itu sangat ramai. Banyak orang yang menghabiskan waktu libur mereka untuk bersantai dan bermain di taman kota.
Arka dan Tia duduk di bangku kayu yang berada di sudut taman itu. Arka menabur biji jagung yang ia beli sebelum masuk ke area taman. Tidak berapa lama burung dara pun mulai berdatangan. Tia menghampiri burung-burung itu sambil tersenyum dan berusaha mengejar burung yang terbang dengan tertawa lepas. Arka mengabadikan momen itu dengan kamera ponselnya.
Setelah merasa lelah, Tia kembali duduk di samping Arka. Arka menyodorkan air minum dalam kemasan botol yang sudah ia buka tutupnya terlebih dahulu pada Tia. Tia menerimanya sambil tersenyum dan melirik pada Arka lalu meneguk air minum itu hingga haus di tenggorokannya berkurang.
“Apa kamu senang?” tanya Arka pada Tia.
“Ya, aku senang sekali. Terima kasih Arka,” jawab Tia lalu memeluk lengan Arka dan menyandarkan kepalanya pada bahu Arka. Arka membelai puncak kepala Tia dengan lembut.
“Arka … ” panggil Tia tiba-tiba.
“Iya?” sahut Arka.
“Kalau orang tuamu tidak merestui hubungan kita bagaimana?” tanya Tia pada Arka.
“Aku sudah pernah bilang padamu, aku akan melakukan apapun demi cinta kita. Apa kamu tidak percaya padaku?” tanya Arka sambil memandang ke arah Tia yang bersandar di bahunya.
“Iya aku percaya. Aku mencintaimu Arka … “ ucap Tia semakin mempererat pelukannya pada lengan Arka dengan gemas.
“Auwh sakit, pelan-pelan dong … “ pekik Arka merasa kesakitan saat lengannya dipeluk Tia dengan erat.
“Maaf … aku terlalu bahagia Arka,” balas Tia dengan tersenyum.
Tidak berapa lama rintik hujan mulai turun. Arka menengadahkan sebelah tangannya untuk merasakan hujan. Semakin lama hujan pun semakin deras. Arka segera melepas jaketnya dan menutupi kepala Tia. Arka memeluk bahu Tia dan mengajaknya berteduh di bawah pohon yang rindang. Tia melihat Arka yang basah kuyup dan kedinginan.
“Arka … pakai saja jaket kamu,” ucap Tia sambil melepas jaket Arka dari kepalanya.
“Tidak usah, aku tidak apa – apa. Kamu pakai saja,” balas Arka menolak jaketnya yang dikembalikan Tia.
Setelah hujan reda, Arka pun mengantar Tia pulang ke panti asuhan. Sesampainya di rumah, Arka dihadang mamanya yang kebetulan sedang duduk di teras rumahnya.
“Dari mana saja kamu sampai basah kuyup seperti itu?” tanya Bu Widya sambil menyilangkan kedua lengan di dadanya.
“Jalan-jalan Ma. Arka mandi dulu ya Ma,” balas Arka lalu masuk ke dalam rumah meninggalkan mamanya. Bu Widya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Arka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Beci Luna
lanjut
2021-06-06
0
Dzafa Na
jadi teringat masa-masa SMA dulu😆😆
2021-05-30
0
Al Vi a
OOHHH indahnya MASA Putih Abu-abu
2021-04-07
1