Aku benar-benar tidak semangat untuk mengawali hari ini, Aku masih mengecek ponselku berharap Alfa akan menghubungi ku. Rasa jenuh menunggu merasuki jiwaku, Aku pun menghubungi Alfa, Aku mengirim pesan pada Alfa, tapi pesanku belum terkirim juga, Aku mencoba telepon Alfa, tapi sepertinya ponsel Alfa tidak aktif dan tidak dapat dihubungi. Hati ku mulai gelisah dan bertanya, apa yang sebenarnya terjadi pada Alfa.
Aku mulai bersiap-siap untuk ospek selanjutnya, meskipun hatiku tak tenang, tapi aku mencoba untuk semangat mengejar impianku, mengisi hariku yang sepi tanpa Alfa.
Aku berjalan dengan lesu, tak ada keceriaan dari tatapan mataku, tak ada senyuman yang menghiasi, hanya ada kegelisahan. Ka Rafa datang menghampiri ku.
"Pagi Kay.." Ka Rafa menatap ku.
"Pagi Ka" Aku hanya menunduk tanpa semangat.
"Kay kenapa, ko wajahnya lesu gitu, padahal semalam kan Kay baik-baik saja"
"Gak apa-apa ko Ka" Aku menjawab singkat pertanyaan ka Rafa.
Ka Rafa menarik tanganku dan kami pun berlari.
"Ka sudah cukup ka cukup, ko Kaka ajak Kay lari sih"
"Gimana Kay udah lega belum, kalau Kay masih merasa lesu, kita lari lagi"
"Enggak ko Ka sudah cukup, Kay sekarang sudah lebih baik"
"Yang benar? Tapi ko Kaka masih merasa kalau Kay masih gelisah"
"Kaka bisa baca pikiran orang ya"
"Hahaha Kay ada-ada saja, masa Kaka bisa baca pikiran orang sih, enggak lah Kay Kaka gak bisa baca pikiran siapa-siapa ko"
"Terus ko Kaka bisa tahu kalau Kay lagi gelisah"
"Kaka tahu dari ekspresi wajah Kay saja, kan biasanya Kay ceria sampai tadi malam pun Kay masih baik-baik saja, tapi hari ini wajah Kay lesu gitu kayak gak punya semangat hidup tahu"
"Jadi kelihatan banget ya Ka, kalau Kay lagi gelisah"
"Orang yang baru kenal pun bisa melihat kali Kay, kalau wajah Kay kaya gitu pasti semua orang bisa tahu, kalau Kay lagi ada masalah"
"Ternyata Kay emang gak pandai menyembunyikan perasaan ya"
"Gak apa-apa Kay, gak harus disembunyikan ko, Kay anggap Kaka sahabat Kay kan? Kay bisa ko cerita ke Kaka, siapa tahu Kaka bisa bantu Kay dan beban yang ada di dalam hati Kay juga bisa lega"
"Makasih ya Ka sudah mau peduli pada Kay, iya Ka, Kay memang lagi ada masalah, sebenarnya akhir-akhir ini Alfa tidak menghubungi Kay, jadi Kay gelisah Kay bingung Alfa sebenarnya kenapa"
"Alfa itu cowok yang ada di hati Kay kan?"
"Iya ka, Kay tahu sih Kay gak berhak untuk selalu dapat kabar dari Alfa karena Kay sadar ko, kalau Kay bukan siapa-siapanya, tapi tetap saja Kay gelisah Ka"
"Kay jangan berpikir negatif, coba Kay berpikir positif saja, ya mungkin Alfa benar-benar sibuk, sehingga Alfa tak punya waktu untuk bersantai, kan Kay pernah bilang kalau di sana selain Alfa kuliah Alfa juga bekerja, jadi pasti Alfa sangat sibuk dan mungkin kenapa Alfa sesibuk itu juga untuk mewujudkan impian kalian kan?"
"Iya Ka semoga saja tidak terjadi apa-apa sama Alfa, semoga saja benar apa yang Kaka bicarakan"
"Ya sudah Kay jangan sedih lagi ya, nanti Kaka coba bantu deh cari kabar tentang Alfa, kebetulan Kaka punya teman dan teman Kaka juga kuliah di Kairo, siapa tahu mereka saling kenal"
"Wah serius Ka, Makasih ya Ka"
"Iya Kay sama-sama, nah sekarang Kay senyum dong"
"Iya Ka, terimakasih ya Kaka sangat baik sama Kay"
"Iya sama-sama, kan kita sahabat jadi kalau ada sahabatnya yang kesusahan harus dibantu dong"
"Kaka ko baik banget sih ke Kay?"
"Emang harusnya Kaka jahat gitu ke Kay?"
"Gak gitu juga sih Ka, cuma Kay heran saja padahal kita baru kenal, Kaka juga belum lama kan kenal sama Kay, tapi Kaka mau bantu Kay sampai kayak gini"
"Kay gak ada salahnya kan kalau kita saling tolong menolong, lagi pula kita kan sahabat"
"Iya sih Ka, makasih ya Ka"
"Iya Kay sama-sama, dari tadi Kay bilang makasih terus, ya sudah Kay masuk sana ke dalam kampus nanti telat loh"
"Eh gak terasa sudah di depan gerbang kampus, iya Ka Kay masuk dulu ya?"
"Iya Kay, Kaka juga mau berangkat ke kampus"
Aku masuk ke dalam kampus dan melihat teman-temanku sudah berbaris bersama MABA yang lain, aku segera menuju ke barisan.
"Kay dari mana saja sih kami hubungi kamu loh dari tadi" Kata Pinki.
"Maaf Pinki, aku gak telat kan?"
"Belum Kay, untung kamu cepat datang" Kata Kiwi.
"Syukurlah, aku benar-benar kaget"
Senior mengumumkan tugas untuk kami, kami di bagi menjadi beberapa kelompok sesuai nomor yang kami dapat di kotak undian.
Aku mendapat nomor 4 berarti aku masuk kelompok 4 dan aku mencari kelompok ku yang bernomor sama.
"Pinki kamu nomor berapa?"
"Aku kebagian nomor 1 Kay, ya kita gak sekelompok ya?"
"Ya sudah gak apa-apa, kalau Kiwi kebagian nomor berapa?"
"Aku nomor 5 Kay, ya kenapa kita harus terpisah"
"Kiwi jangan sedih nanti Kiwi pasti punya teman, di kelompok Kiwi"
Aku ternyata harus terpisah dari Kiwi dan Pinki, aku mencari kelompok ku.
"Ini kelompok 4 ya?"
"Iya ini kelompok 4, kenalkan nama ku Arjuna aku jurusan Matematika"
"Nama ku Khayra, panggil saja aku Kay, aku jurusan bahasa dan sastra Indonesia"
"Kalau aku Tasya aku jurusan bahasa Inggris"
"Kalau aku Satria aku jurusan PJOK"
"Aku Nadia aku jurusan PPKN"
"Aku Geri jurusan Biologi"
"Salam kenal ya semuanya, senang bisa berkenalan dengan kalian, semoga kita bisa saling bekerja sama"
"Nah kita kan sudah saling berkenalan, sekarang kita atur untuk ketua dan wakil ketua ya" Kata Arjuna.
"Juna ketuanya kamu aja deh" Kata Geri.
"Loh jangan gitu dong, kita harus tentukan suara"
"Ya sudah gini saja, untuk ketua kita ambil kertas kecil, lalu kita tulis nama yang kita kehendaki untuk dijadikan ketua" Kata Aku memberi ide.
"Nah bagus tuh Kata Kay, ya sudah semuanya silahkan tulis di kertas"
Semua menulis salah satu nama yang ada di kertas untuk dijadikan ketua, setelah di buka ternyata kebanyakan memilih nama Arjuna untuk jadi ketua.
"Nah ketuanya kan sudah dapat, berarti Arjuna jadi ketua, sekarang untuk wakilnya gimana?" Kata Tasya.
"Wakilnya biar dipilih langsung saja deh sama Arjuna nya dari pada susah lagi" Kata Nadia.
"Iya Juna pilih langsung saja, kamu wakilnya mau siapa, siapapun pilihan kamu, kami akan terima ko" Kata Satria.
"Ya sudah kalau gitu kita pilih ya, jadi wakilnya aku pilih Khayra, untuk jadi wakil ketua"
"Hah Aku? Ko aku padahal kayanya Tasya atau Nadia lebih cocok"
"Udah Kay, kan Juna pilihnya kamu" Kata Geri.
"Tapi kenapa harus aku?"
"Gini Kay, aku memilih kamu, karena kamu tuh yang paling peka dan berani berbicara juga, terus kamu juga berani mengeluarkan ide kamu, kamu juga sangat teliti dan pandai dalam berbicara, maka dari itu aku memilih kamu, karena aku yakin kamu yang paling cocok"
"Iya Kay Juna benar, kamu memang cocok untuk jadi wakil ketua Kay" Kata Nadia.
"Iya kami juga setuju" kata Tasya, Geri dan Satria.
"Ya sudah kalau gitu, terimakasih ya teman-teman sudah memilihku menjadi wakil ketua"
"Iya sama-sama" Kata mereka.
"Nah, Kay kan sudah setuju, ya sudah ayo kita ke aula lagi untuk menerima tugas selanjutnya"
Kelompok kami pun kembali ke aula dan kami melihat banyak kelompok lain yang sudah berada di aula.
Aku melihat Pinki dan Kiwi yang sudah mulai akrab dengan teman-teman di kelompoknya.
Kaka senior mengumumkan tugas untuk masing-masing kelompok, yang di panggil hanya Ketua kelompok saja, sedangkan aku di beri tugas untuk mengatur barisan dan menunggu ketua kelompok datang membawa tugas.
Masing-masing ketua kelompok datang kembali ke kelompoknya masing-masing untuk memberikan tugas.
"Semuanya dengarkan baik-baik ya, jadi hari ini kita diminta mengumpulkan tanda tangan dari dosen, dan nanti dosen akan memberikan soal kepada kita, jika kita berhasil mengumpulkan banyak tanda tangan dari dosen, maka kita tidak akan di beri hukuman, jadi aku harap kita semua bisa saling bekerja sama untuk mendapat tanda tangan dari dosen"
"Ya sudah Juna kalau gitu kita langsung saja ya menemui dosen, untuk minta tanda tangan"
"Iya Kay ayo, semuanya ayo kita menuju ke prodi bahasa indonesia dulu untuk minta tanda tangan, setelah selesai dari prodi bahasa indonesia, kita menuju prodi matematika"
"Juna jadi maksud kamu, kita harus minta tanda tangan dari dosen sesuai dengan jumlah jurusan kelompok kita ya?" Kata Satria.
"Iya Sat, jadi gini kan di kelompok kita ada 6 jurusan berbeda maka dari itu kita harus mengumpulkan tanda tangan dari 6 dosen di jurusan yang berbeda pula"
"Oh jadi cuma minta 6 tanda tangan aja ya?"
"Minimalnya sih 6 Nadia, tapi kalau lebih dari 6 ya lebih bagus"
"Ya sudah deh ayo kita ke prodi bahasa dan sastra indonesia dulu, pokoknya kita jangan sampai kena hukuman" Kata Geri.
Kami pun pergi menuju prodi bahasa dan sastra indonesia. Sesampainya di prodi bahasa dan sastra indonesia, kami menemui salah satu dosen yang tidak dikerumuni kelompok lain. Entah kenapa MABA yang lain menghindari dosen itu.
"Wah ternyata kelompok lain sudah di sini ya, kita minta tanda tangan ke dosen yang mana ya?"
"Juna dosen-dosen lain sudah di kerumuni banyak kelompok, kita ke dosen yang di sebelah sana saja, kayaknya gak ada kelompok yang berani mendekat deh" Kata ku.
"Iya kenapa gak ada yang minta tanda tangan ke dosen itu ya?" Kata Tasya.
"Gak tahu, mungkin karena wajahnya sangar kali" Kata Geri.
"Eh Ger, jangan gitu nanti kualat loh" Kata Nadia.
"Udah-udah ayo kita kesana" Kata Arjuna.
Arjuna menyapa dosen tersebut.
"Permisi Pak, kami dari kelompok 4 ingin meminta tanda tangan dari Bapak"
"Ternyata ada yang berani juga ya menghadap saya, kalian gak lihat ya, semua kelompok lain menghindari saya"
"Kami lihat ko Pak, tapi kami tetap ingin meminta tanda tangan dari Bapak"
"Kalian tahu gak kelompok lain kenapa tidak ada yang berani mendatangi saya?"
"Kami tidak tahu pak"
"Karena Saya orang yang tak mudah untuk memberikan tanda tangan saya, dan kalian harus bisa memenuhi tugas dari saya, baru saya akan memberikan tanda tangan saya"
"Kami siap Pak"
"Yakin kalian siap?"
"Yakin Pak" Kata kami.
"Ok kalau gitu, nih naskah drama silahkan kalian perankan tokoh yang ada di naskah itu, di depan seluruh orang yang ada di sini"
Kami saling menatap, ternyata kelompok lain tidak mendatangi dosen ini karena tugasnya harus memerankan drama di depan semua orang, hanya kelompok yang berani saja mungkin yang akan menerima tantangan ini dan menurut kelompok lain, kelompok kami benar-benar gila dan konyol karena mau menerima tantangan seperti itu. Kami hanya di beri waktu lima menit untuk membaca naskah dan kami di suruh improvisasi sendiri.
"Wah Juna aku gak bisa nih memerankan ini" Kata Tasya.
"Iya juna aku malu kalau harus drama, dan di lihat banyak orang" Kata Nadia.
"tapi kita gak bisa mundur dari tantangan ini"
"Iya Juna benar kita gak bisa mundur, ayo teman-teman aku yakin kalian pasti bisa"
Akhirnya kami pun menerima tantangan dari dosen tersebut, kami membaca naskah dan mencoba improvisasi sendiri.
Kami memulai pertunjukan kami, aku memerankan karakter yang di luar dugaan ku, karena tidak ada yang mau memerankan karakter itu makanya aku yang mengambil inisiatif untuk memerankan karakter tersebut. Aku memerankan wanita tertindas. Arjuna memerankan seorang laki-laki heroik, sedangkan geri memerankan laki-laki yang jahat yang sering menindas ku, begitupun Tasya memerankan wanita yang menindas ku, sedangkan Nadia berperan sebagai ibu dan Satria berperan sebagai Guru.
Kami memerankan, peran kami masing-masing, semua orang menatap kami, kami melupakan rasa malu kami dan berperan dengan sangat percaya diri, kami tidak peduli dengan tatapan yang lain kami mencoba sebisa kami untuk menyelesaikan tugas kami. Kami menghayati setiap dialog yang kami perankan.
Suara tepuk tangan menghiasi ruangan itu, semua yang melihatnya memberikan tepuk tangan, termasuk dosen yang menantang kami.
"Hebat..kalian benar-benar bernyali besar, saya salut sama kalian yang berani menerima tantangan saya, padahal kalian hanya di beri waktu 5 menit untuk baca naskah, tapi improvisasi dan ingatan kalian benar-benar hebat, kalian bisa menghayati karakter yang ada di naskah dengan sangat baik. Saya mengakui kehebatan kalian dan saya akan memberikan tanda tangan khusus untuk kalian, kalian kelompok pertama yang menenangkan misi ini, karena sebenarnya Dosen dari prodi bahasa dan sastra Indonesia yang harus kalian mintai tanda tangan adalah saya, kalau ada kelompok yang berhasil menerima dan menjalankan tantangan dari saya maka kelompok itu lulus dalam misi kali ini, dan kalian berhak untuk ke misi selanjutnya di prodi Matematika dan prodi lain ada salah satu dosen yang menjadi dosen kunci jadi kalian harus bisa menemukannya, Ini tanda tangan dan kunci misi selesai untuk prodi bahasa dan sastra indonesia, selamat ya"
"Wah ternyata misinya seperti ini, terimakasih Pak"
"Iya sama-sama, kalian jangan lupa nama saya Pak Dirga jadi kalian harus ingat ya nama saya"
"Siap Pak"
Kami semua berhasil menjalankan misi pertama, ternyata kami beruntung tidak mendengar hasutan dari kaka senior dan kelompok lain untuk tidak mendekati dosen yang terlihat sangar, ternyata hanya ada satu dosen yang menjadi kunci untuk berhasilnya misi ini. Selanjutnya kami menuju ke prodi Matematika, kami mengamati dosen mana yang menjadi kunci untuk di misi kali ini.
"Kay menurut kamu, dosen mana yang jadi kunci utamanya" Kata Arjuna.
"Iya Kay, yang mana, soalnya kamu paling teliti, waktu di prodi indonesia saja kamu berhasil menemukan dosen utamanya" Kata Nadia.
"Aku juga gak tahu soalnya di sini dosennya tidak terlihat sangar, tapi aku curiga sama ibu yang pakai kacamata itu"
"Kenapa memang Kay, ibu itu"
"Kalian dengar gak waktu kita akan ke prodi Matematika, kaka senior sebenarnya memberikan kita petunjuk loh, waktu kita di prodi indonesia, senior kan melarang kita mendekati dosen yang sangar, nah kita malah melakukan hal sebaliknya, sedangkan kelompok lain menuruti perintah dari senior, makanya tidak ada yang berani mendekat. Tapi saat kita ke prodi matematika senior tidak mengatakan larangan mendekati dosen sangar, senior berkata untuk memilih dosen yang terlihat ramah. Tapi aku lihat dosen disini tidak ada yang tersenyum mereka semua terlihat sama ekspresinya, makanya kelompok lain terlihat bingung"
"Aku mengerti Kay, jadi maksud kamu kata-kata dari senior itu merupakan petunjuk ya Kay, nah kalau dari kata-katanya harus memilih dosen yang ramah, maka untuk kali ini kita akan menuruti kata-kata senior, karena ini kuncinya, sedangkan tadi di misi pertama kita kan melakukan kebalikannya, baru berhasil, pasti kelompok lain akan melakukan seperti kebalikan dari kata-kata senior, ya kan Kay"
"Juna benar, untuk misi kali ini kita harus memilih dosen yang ramah, kita harus mengikuti kata-kata senior, karena aku yakin jika kita mengikuti pola sebelum nya maka kita tidak akan menemukan kuncinya"
"Kalau gitu jadi menurut Kay siapa nih dosen yang harus kita datangi?" Kata Satria.
"Aku ingin kita mendatangi ibu yang pakai kacamata itu"
"Kenapa Kay?" Kata Geri.
"Karena hanya Ibu itu yang terlihat ramah, meskipun ekspresinya sama tapi hanya ibu itu yang terlihat lemah lembut"
"Iya Kay benar dari dosen yang lain hanya ibu kacamata itu yang terlihat ramah, meskipun tidak senyum tapi jelas terlihat dari caranya berjalan, dan tatapannya, ibu dosen itu yang paling anggun" Kata Nadia.
"Ya sudah ayo kita kesana"
Kami menghampiri dosen tersebut.
"Permisi Bu, kami dari kelompok 4 ingin meminta tanda tangan dari ibu dan menyelesaikan misi dari Ibu"
"Kalian ternyata cerdas ya bisa berhasil menemukan dosen yang memegang kunci utama, baik lah kalau begitu saya akan memberikan tugas untuk kalian"
Kami berhasil menemukan dosen yang memegang kunci utama, kami sangat senang.
"Baik bu kami akan menerima tugas dari ibu"
"Tugasnya silahkan kalian hitung berapa banyak buah mangga yang ada di pohon mangga, setelah itu kalian kembali lagi untuk memberikan jawabannya sesuai gambaran kalian"
"Ayo Juna kita cari pohon mangga" Kata Geri.
"Tunggu dulu Geri, kayanya ada yang salah sama soalnya"
"Hah apanya yang salah Kay"
"Coba deh kalian analisis lagi soalnya dan pakai logika kalian"
"Kay benar, ada yang salah dengan soalnya, kalian tahu gak sih di kampus ini kan gak ada pohon mangga, terus gimana kita bisa menjawabnya, mau mencari sampai subuh juga gak akan ketemu, aku sudah melihat seluruh kampus bahwa di kampus ini gak ada pohon mangga"
"Terus gimana dong Jun?" Kata Tasya.
"Jawabannya pasti tidak ada ya kan Jun?" Kata Nadia.
"Bukan Nad, kita analisa lagi deh, ibu dosennya kan gak bilang pohon mangga yang ada di kampus ya kan, terus kita harus memberikan jawaban hasil gambaran kita"
"Kay bener, aku ngerti sekarang, cepetan ambil buku tulis sama pulpen"
"Buat apa Jun?"
"Udah Sat, ambil saja"
"Iya ini Jun"
Arjuna menggambar pohon Mangga beserta jumlah buah yang ada di pohon tersebut berjumlah 6 buah sesuai dengan jumlah kelompok kami.
Kemudian Arjuna memberikan jawabannya kepada dosen.
"Kalian sudah berhasil menjawabnya?"
"Sudah bu, ini hasil jawaban kami"
Arjuna menunjukan gambarnya.
"Coba jelaskan maksud dari gambar ini"
"Tadi kan ibu tidak menyebutkan kami harus menghitung buah mangga di pohon yang mana, terus di akhir kalimat ibu, ada kata gambaran kami, berarti yang ibu maksud seperti yang di gambar ini kan bu" Kata Arjuna.
"Iya memang benar tapi ada yang tahu kenapa ibu meminta kalian menggambar pohon mangga dengan jumlah anggota kalian"
"Saya tahu bu, maksudnya ibu ingin memberikan gambaran kepada kami, bahwa pohon di ibaratkan sebagai kelompok dan buah ibarat anggota kelompok, kami harus seperti buah yang ada di pohon ini, tetap 6 buah, kami harus tetap teguh dengan kelompok kami dan kami harus bekerjasama untuk menyelesaikan segala kesulitan yang dihadapi dalam sebuah kelompok"
"Luar biasa, nama kamu siapa?"
"Nama saya Khayra Bu"
"Cerdas sekali, nah kata-kata Khayra benar, selamat kalian telah berhasil menyelesaikan misi ini"
Kami sangat senang bisa menyelesaikan misi, aku benar-benar menikmati ospek kali ini dan bersama teman-teman aku sedikit melupakan kesedihan ku.
Misi selanjutnya kamipun berhasil, hingga terkumpullah 6 tanda tangan beserta 6 kunci utama.
Kelompok kami memenangkan misi yang di berikan kaka senior dan dosen-dosen, tak terasa waktu begitu cepat berlalu, akhirnya ospek hari ini berjalan lancar, dan kami pun pulang, karena besok kami masih melanjutkan ospek lagi.
Ka Rafa menunggu ku untuk pulang bersama, dan aku pun pulang bersama ka Rafa. Pinki dan Kiwi juga menyapaku dan kami semua pulang bersama, Pinki dan Kiwi menceritakan pengalaman mereka di kelompok mereka masing-masing. Meskipun kami tidak satu kelompok tapi kami masih bersahabat dan persahabatan kami tidak akan pernah pudar.
Bersama mereka aku sedikit melupakan kesedihan ku tanpa Alfa, aku tetap berusaha untuk menghubungi Alfa, tapi masih belum ada jawaban, dan ponsel Alfa masih tidak aktif, hatiku memang sedih tapi aku berusaha untuk positif, mungkin Alfa memang sibuk, aku berharap Alfa segera mengabari ku kembali.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments