Sungguh hari yang indah, memancarkan cahaya penuh warna, seakan dunia tahu
perasaanku.
Semangatku bergelora, karena hari ini remaja masjid mengadakan kegiatan Calistung yaitu (membaca, menulis dan berhitung) untuk anak-anak yang kurang beruntung. Hari ini juga adalah hari aku bisa bersama dengan Alfa.
Suara klakson motor pun berbunyi...
"Pasti itu Alfa" Aku pun segera keluar menemui Alfa .
Alfa terlihat sangat menawan dengan baju koko yang ia kenakan, hatiku berdebar semakin kencang. Aku terdiam menatap Alfa tak berkedip.
Alfa memanggil namaku berulangkali
"kay...kay...hallo kay...Assalamualaikum"
Kata Alfa dengan tatapannya yang indah
dan senyumannya yang menawan.
Seketika aku tersenyum dan sadar dari lamunanku.
"iya Alfa, kenapa?"
Alfa memandang wajahku dan tersenyum,
"kay kamu tadi kenapa, ko diam dengan senyum-senyum, pasti kamu lagi membayangkan sesuatu ya?"
Celotehan Alfa membuatku salah tingkah, aku mencoba mengalihkan pembicaraan,
"Alfa, berangkat yuk, nanti ditungguin lagi"
"ciye-ciye mengalihkan pembicaraan", Alfa melontarkan candaannya pada ku dengan tersenyum.
Aku pun menarik tangan Alfa untuk segera berangkat, Alfa terus melihat ke arah tanganku, seketika aku pun melepaskan tanganku dari tangan Alfa.
"maaf gak maksud"
"Padahal gak apa-apa kali kay, kenapa di lepas?"
"udah ayo berangkat"
"iya ok, kay yang cantik"
Kamipun tiba di rumah ustad Ali, kami dipersilahkan masuk, ustad Ali membawa kami ke belakang halaman rumahnya, tak jauh dari halaman aku melihat sebuah pondok dan banyak tanaman hias yang indah, kemudian ustad Ali mengajak kami ke pondok (sebuah tempat yang terbuat dari anyaman bambu dengan atap yang beralaskan injuk). Disana tertuliskan nama sekolahnya yaitu Sekolah Ceria.
Aku melihat anak-anak yang berkumpul menunggu pembelajaran dimulai, mereka sangat antusias untuk belajar, usia anak-anak itu beravariatif ternyata, ada yang usia sekolah dasar ada juga yang seharusnya sudah sekolah menengah pertama, dan ada beberapa yang seusia kami, untuk yang usia sekolah dasar, kami mengajarkan calistung, bagi yang sekolah menengah pertama, kami membuat kegiatan seperti mengajarkan membuat anyaman, ada yang membuat makanan, begitupun yang seusia dengan kami, mereka ikut membimbing adik-adiknya berkreasi.
Mereka begitu polos dan ceria seakan mereka lupa dengan kesulitan yang mereka alami, aku, Alfa dan teman-temanku ikut bergabung dengan remaja masjid yang lain, kami berbagi tugas, ada yang mengajarkan calistung, ada yang ikut membantu mendampingi pembuatan produk, ada juga yang memasak.
Aku dan Alfa kebagian untuk mengajari anak-anak calistung, Alfa mengenalkan ku pada anak-anak lucu nan ceria itu.
"Assalamualaikum semua"
"Waalaikumsalam, ka Alfa"
"Bagaimana kabar kalian hari ini?"
"Alhamdulillah baik ka"
"Masih semangat kan"
"Masih kak"
"Kalau masih semangat coba jargon kita dulu yuk, ANAK SHOLEH"
"Kami...kami...kami...yes"
Begitulah jargon anak-anak penuh semangat itu, aku tersenyum melihat semangat mereka. Kemudian mereka semua bertepuk tangan penuh keceriaan.
"Anak-anak, kaka punya teman yang akan membantu kaka, nah ini teman kaka, namanya ka kay, ayo semuanya sapa ka kay.."
"Hallo ka kay..."
Aku pun duduk di sebelah Alfa dan menyapa anak-anak.
"Hallo, semuanya, perkenalkan nama kaka Khayra Faizah, panggil saja kakak kay ya.."
"Iya....ka"
Kemudian Alfa memintaku untuk mengajarkan beberapa anak untuk membaca, sedangkan Alfa memantau anak-anak yang sedang berlatih menulis. Aku pun mengajarkan anak-anak untuk membaca dan mengenal huruf-huruf Alfabet.
Saat aku mengajarkan anak-anak membaca, ada satu anak yang membuatku tergerak, kemudian aku mengajak anak tersebut mengobrol.
" hay, nama kamu siapa?"
Suaranya yang kecil hampir tak terdengar,
"Dina ka"
Aku pun mendekatkan telingaku pada anak itu,
"Hah apa?"
Kemudian ia membisikan namanya, bahwa namanya adalah Dina.
"Oh nama kamu Dina, Dina jangan malu anggap saja kakak seperti kakak Dina yah"
"Iya ka"
"Dina umurnya berapa tahun?"
"9 tahun ka"
"Wah Dina cantik yah, Dina kakak boleh gak ngobrol dengan Dina"
"Boleh ka"
"Dina suka gak belajar disini?"
"Dina sangat senang disini ka, karena Dina bisa tertawa, kumpul dengan teman-teman, bisa makan enak juga"
Aku terharu mendengar cerita Dina, yang begitu polos dan dia sangat semangat belajar,
"Dina memang kalau di rumah gak bisa makan enak?"
Dina terlihat sedih dan menundukkan kepalanya,
"Enggak ka, Dina bahkan pernah tidak makan seharian, perut Dina sakit sekali"
Air mataku jatuh, sungguh tak tega melihat anak sekecil itu dengan kehidupan yang sesulit itu,
"Orangtua Dina kemana?"
"Ayah Dina pergi dengan tante jahat, dan meninggalkan Dina dengan nenek, sedangkan ibu telah pergi ketika melahirkan Dina"
Ya Tuhan sungguh malang anak kecil ini, aku pun memeluk Dina,
"Dina jangan sedih ya, Dina gak tinggal dengan ayah?"
"Gak mau ka, ayah jahat, semenjak ibu meninggal Ayah selalu marah-marah ke Dina, Ayah kadang suka pukul Dina, Ayah selalu bilang kalau Dina anak pembawa sial, karena Dina ibu jadi meninggal, kemudian ayah pun pergi meninggalkan Dina dengan nenek, sedangkan nenek sakit-sakitan jadi Dina harus bekerja buat nenek agar kami bisa makan"
Tangisan Dina membasahi pipinya, aku pun ikut menangis mendengar cerita Dina yang sungguh menyayat hati,
"Dina jangan menangis ya, kakak disini, Dina gak sendiri kok, kalau Dina butuh sesuatu beritahu kakak ya"
"Terimakasih ka, tapi semenjak ada sekolah ini, Dina jadi bisa belajar meskipun Dina tak sekolah, dan sekarang Dina gak usah mengamen lagi ka, Dina selalu membantu menjualkan anyaman bersama kakak-kakak disini dan hasil dari penjualannya untuk Dina sekolah dan makan dengan nenek, tapi karena Dina terlambat masuk sekolahnya jadi Dina sering di ejek oleh teman-teman karena belum bisa membaca, makanya Dina sering berlatih membaca kak"
Aku memeluk Dina erat, sungguh Dina anak yang luar biasa aku benar-benar terharu dengan kisah Dina,
"Dina, cita-cita Dina apa?"
"Dina ingin menjadi dokter ka, supaya bisa mengobati nenek, agar nenek tidak di usir dari rumah sakit, karena tak punya biaya"
Aku kaget bukan main mendengar cerita Dina, bahwa Dina dan neneknya pernah di usir dari rumah sakit dan tidak menerima pelayanan karena tak punya biaya,
"Nenek Dina sekarang dimana? Terus gimana sakitnya?"
"Nenek sudah di obati kak, ustad ali sering memberikan obat-obat herbal untuk nenek, sehingga nenek bisa sembuh"
Aku lega mendengarnya,
" syukurlah Dina, kakak senang mendengarnya, Dina harus semangat ya sekolahnya, agar cita-cita Dina bisa terwujud"
"Iya ka"
Aku dan Dina melanjutkan pembelajaran hari itu, tak terasa sudah siang, ustad Ali mengajak kami untuk istirahat.
Saat mempersiapkan hidangan makan siang, aku turut membantu rekan-rekan yang lain.
Wanita berkerudung putih dengan senyuman yang menawan menyapaku,
"Hay, namaku Fatimah, kamu kay kan?"
Aku pun menyapanya kembali,
"Iya aku kay..salam kenal"
Dia kembali mengajakku ngobrol,
"Kay, sudah lama ya dekat dengan Alfa?"
"Belum lama ini sih kalau dekatnya, tapi kalau mengenal memang sudah lama karena kami satu sekolah"
Dengan tersenyum malu Fatimah menggambarkan sosok Alfa,
"Oh gitu, aku baru kali ini melihat Alfa tersenyum, padahal di mata kami para anggota remaja masjid Alfa itu orang yang tegas dan tak mudah diajak bicara, tetapi dia mempunyai karisma yang luar biasa"
Begitulah gambaran Fatimah tentang Alfa yang membuat hatiku terasa sesak, aku hanya tersenyum mendengar kata-kata Fatimah dan aku rasa Fatimah juga menyukai Alfa.
Aku menyudahi obrolanku dengan Fatimah karena hatiku yang tak berani melanjutkan pembicaraan itu, aku takut Fatimah akan mengungkapkan rasa sukanya terhadap Alfa kepadaku dan aku tak sanggup mengetahui semua itu, jika itu benar-benar terjadi.
" Fatimah kita lanjut siapkan makanan yuk, kasian anak-anak pasti sudah lapar"
"Oh iya kay, maaf yah aku malah ajak kamu ngobrol"
"Iya gak apa-apa"
Alfa berada tepat di hadapanku dan menata meja yang akan digunakan untuk makan bersama, aku sekilas melihat Fatimah sedang memandang wajah Alfa dengan wajah yang tersipu malu dan senyuman di pipinya, hatiku semakin sakit melihat pemandangan itu, aku pun berhenti membantu Fatimah menyiapkan makanan dan pergi ke belakang ke bangku taman di belakang pondok bambu.
Aku tak tahu mengapa hatiku begitu sakit, aku pun menangis kemudian salah satu remaja masjid datang dan duduk di belakangku,
"Aduh pegel juga habis angkat-angkat kursi"
Aku mendengar suara tepat di belakang ku, kemudian aku membalikkan badanku dan mengusap air mataku,
"Kamu siapa?"
Kemudian dia berbalik dan terkejut melihatku,
"Astagfirullah, aku kira tak ada orang, eh ternyata ada orang, maaf ya mengganggu, aku Diwan"
"Iya gak apa-apa, aku kay"
"Kamu baru bergabung ya kay?"
"Iya aku baru bergabung, dan aku belum pernah lihat kamu di remaja masjid"
Diwan tersenyum padaku,
"Oh aku kebetulan baru kembali lagi kesini, kemarin-kemarin aku berdakwah di Jawa Tengah"
"Wah keren, kamu gak sekolah?"
Diwan tertawa mendengar pertanyaan ku,
"ternyata aku semuda itu ya kay, sampai disangka seumuran dengan kay yah"
Aku heran mendengar jawabannya,
"Oh, memang aku salah ya?"
" enggak, kay, aku jauh lebih tua 2 tahun di atas kamu kay, kamu kan sekarang SMA nah aku kuliah tetapi aku sengaja mengambil kelas karyawan, karena aku harus bekerja dan berdakwah juga, jadi aku kuliahnya seminggu sekali, harusnya hari ini aku kuliah, tapi ternyata dosennya tidak hadir jadi diberikan tugas, dan aku langsung kemari, eh sampai disini langsung disuruh angkat kursi"
Aku tersenyum mendengar cerita Diwan,
"Oh berarti aku harus panggil ka Diwan dong"
Dia kembali tertawa,
"Kamu ternyata lucu ya, iya terserah kamu aja panggil mas Diwan juga boleh, atau abang juga boleh"
Aku pun tertawa,
Abang tukang baso kali ah, hahahah"
Diwan pun ikut tertawa,
"Kay, kamu ko bisa gabung dengan remaja masjid?"
"Awalnya aku diajak oleh Alfa"
"Oh gitu jadi Alfa yang mengajak kamu, terus kenapa kamu disini kay?"
"gak apa-apa, aku hanya sedang berteduh karena tadi aku kepanasan"
"oh, ya sudah kay kita kesana yuk, sepertinya makanannya sudah siap"
Aku dan Diwan pergi kesana dan bergabung dengan yang lain, Alfa melihatku bersama Diwan, lalu Alfa menghampiri kami,
"Mas Diwan apa kabar mas, aku kira mas gak akan kesini"
Diwan membalas menyapa Alfa,
"Baik Fa, aku dari tadi disini, kamu saja yang sangat sibuk, hingga tak tahu kedatanganku"
"maaf deh mas, kok mas Diwan bisa barengan sama kay?"
"oh tadi aku bertemu kay di bangku sana, dan kami mengobrol sebentar"
"oh gitu, ya sudah ayo mas kita kesana, karena makanannya sudah siap"
Entah Alfa melihatku atau enggak, Alfa langsung mengajak mas Diwan tanpa melirik ke arahku, sungguh aku kesal dengan sikap Alfa, kenapa tiba-tiba Alfa dingin seperti itu padaku, aku pun mengikuti Alfa dan Diwan dari belakang, Diwan pun berbalik ke arahku,
"kay, ayo sini jangan di belakang"
Aku melangkah maju dan akan berdiri di samping Diwan, tiba-tiba Alfa menarik tanganku sehingga aku terbawa ke arah samping Alfa, Diwan tidak menyadari Alfa menarik tanganku, karena pada saat itu Diwan sedang fokus ke depan.
Kami tiba di depan meja makan, kami pun duduk dan makan bersama yang lain, setelah makan kami pun bersiap untuk sholat dzuhur berjamaah.
Setelah selesai sholat teman-temanku berkumpul, dan kami mengobrol bersama,
Sisil yang terlihat sangat lelah,
"lelah juga ya hari ini, tapi seru dan banyak ilmu yang didapat"
Wira pun memijat bahu sisil,
"aduh kasian banget pacar ku ini"
Seni dan Bima asik dengan obrolan mereka, sedangkan Fika dan Difta saling memandang dan bercanda mesra, aku seperti obat nyamuk yang berada di antara mereka, aku akhirnya pergi meninggalkan mereka, tiba-tiba Alfa menarik tanganku dan mengajakku duduk di taman yang terdapat kolam kecil yang indah,
"Kay, ko kamu bisa berduaan dengan mas Diwan?"
"kan tadi sudah dijelasin sama mas Diwan"
"ko kamu gitu sih Kay, kamu tau gak aku tuh kesal lihat kamu yang datang berdua sama mas Diwan, padahal aku dari tadi cari-cari kamu"
Wajah Alfa terlihat sangat kesal, mungkin Alfa cemburu,
"tapi aku kan gak ada apa-apa sama mas Diwan, kita hanya mengobrol sebentar"
Alfa terlihat masih BT dengan wajah yang cemberut,
"terus tadi saat mas Diwan mengajak kamu untuk tidak berdiri di belakang, kenapa kamu malah melangkah maju ke arah samping mas Diwan, bukan di samping aku"
"ko kamu yang marah, harusnya aku yang marah, karena pada saat kamu ngobrol dengan mas Diwan, kamu cuekin aku dan hanya mengajak mas Diwan tanpa melihat ke arahku. huuh sebal" dengan wajah sebal dan ikut cemberut.
"maaf deh maaf, habis aku cemburu melihat kamu dengan mas Diwan"
Aku menatap wajah Alfa,
"kenapa harus cemburu?"
Alfa pun menatapku,
"karena ada laki-laki yang menatap kamu hingga terpesona, makanya aku cemburu, karena yang boleh menatap Kay, hanya aku, karena aku calon imam Kay di masa depan nanti"
Aku tersenyum,
"Apaan sih Alfa, memang kamu yakin bakalan berjodoh sama aku, kan kita gak pernah tahu jodoh kita siapa"
Alfa kembali membalikan pandangannya dan menatap ke arah kolam,
"ya, kamu benar Kay, kita gak pernah tahu jodoh kita siapa, tapi gak ada salahnya kan Kay berharap dan berdoa, semoga saja kita berjodoh, memang kamu gak mau ya Kay berjodoh dengan aku"
Aku pun membalikan pandanganku dan menatap ke arah kolam,
"kata siapa gak mau, aku mau ko berjodoh denganmu Alfa, tapi aku gak mau berharap, karena bila harapan itu tak terjadi maka itu sangat menyakitkan Alfa, tapi kalau berdoa, aku selalu berdoa ko agar kita benar-benar berjodoh"
Alfa kembali menatapku dan tersenyum,
"iya Kay, semoga kita benar-benar berjodoh"
"iya semoga aja ya..."
Aku menanyakan soal Fatimah kepada Alfa, aku ingin mendengar pendapat Alfa tentang Fatimah seperti apa,
"oh iya, Alfa tadi pada saat aku menyiapkan makanan, aku sempat mengobrol dengan salah satu perempuan, anggota remaja masjid juga, namanya Fatimah, kamu tahu gak Fatimah?"
Dengan mata yang masih menatapku lembut dia pun menjawab pertanyaan ku,
"Oh Fatimah, aku tahu ko, dia kan sekretaris remaja masjid"
"oh gitu, menurut kamu Fatimah gimana?"
"Fatimah baik, dia juga cantik, sholehah, saat mengaji suaranya juga bagus"
Jawaban Alfa membuat hatiku semakin sakit, tapi aku juga tak dapat menyangkal bahwa Fatimah memang wanita yang baik,
"oh gitu, terus kenapa kamu gak suka ke dia, kalau dia sesempurna itu"
Alfa tersenyum dan menatapku,
"kay, kamu cemburu ya...aku kan bicara fakta, dia memang baik, cantik ya karena dia wanita, masa aku harus bilang tampan, terus suaranya memang bagus saat dia mengaji, tapi setiap manusia tidak ada yang sempurna Kay, dan setiap hati manusia memiliki perasaannya masing-masing, hati dan perasaan ku hanya untuk kamu gak ada wanita lain yang bisa menggantikan kamu di hati aku"
Aku menatapnya kembali dan tersenyum, aku tak bisa berkata-kata mendengar jawaban Alfa.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Alkha Rafasya
diam diam ternyata ada yg suka ke alfa jg...
2020-04-26
0
Ramus Art
seruu nih, awas jngn sampai terjebak sama rasa cemburu😫
2020-04-23
0
Abdul Rahman
keren, jadi terharu.
2020-04-17
0