CHAPTER 4

Di sinilah Linia berada, di sebuah hamparan luas kebun teh yang menyejukkan. Berada di tempat yang tinggi sehingga Linia hanya dapat memandang hijau nya dedaunan dan pepohonan. Lalu, kemana Jhonathan? Rupanya atasannya itu sedang menelepon seseorang dan berada tidak jauh dari Linia berdiri. Dapat wanita itu lihat, nampaknya Jhonathan sudah selesai menelepon dan menghampiri Linia.

"Sebentar lagi mereka datang menjemput kita." ujar Jhonathan.

"Begitu, sebaiknya kita masuk dulu kedalam mobil pak, nampaknya akan turun hujan." ujar Linia sembari memandang langit yang mendung dan hampir gelap itu.

Beberapa menit sebelumnya

Linia dan Jhonathan pun tiba di kota yang memiliki gedung sate itu.

"Lin, kamu tau nggak dimana kantornya?" tanya Jhonathan.

Linia memandang Jhonathan.

"Maaf pak, saya baru pertama kali mengunjungi kantor di Bandung. Apa perlu saya tanya pak Imal? Soalnya beliau dulu sering dinas disini." ujar Linia sembari mencari kontak di ponselnya.

"Tidak perlu, kita cari di map aja." ujar Jhonathan.

Dan beginilah akhirnya Jhonathan dan Linia kompak menjadi korban dari aplikasi maps. Tersesat di kebun the yang Linia yakini milik anak perusahaan tempat mereka bekerja, hanya saja setelah ini Linia dan Jhonathan tidak tahu lagi kemana arah jalan dan hanya pasrah menunggu pak Imal menjemput mereka. Karena kebetulan pak Imal bekerja di Bandung. Linia ingin marah, tapi ia tidak mungkin marah ke Jhonathan, sementara pria itu terlihat tidak merasa bersalah apa-apa. Tersesat saat perjalanan dinas seperti ini jujur, baru pertama kali Linia rasakan dan itu harus bersama seseorang seperti Jhonathan. Jika dipikir, itu mendingan dari pada bersama si mesum Dheo.

Akhirnya, penantian pun berbuah hasil tak sampai 20 menit menunggu jemputan sudah datang. Bahkan pak Imal juga ikut menjemput Linia dan Jhonathan. Walaupun ujung-ujungnya Linia jadi bahan candaan pak Imal karena bisa tersesat seperti itu.

Selesai rapat dan makan malam, nampaknya Linia berniat untuk istirahat ke ruangannya. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Jhonathan berdiam diri diberanda tempat mereka menginap. Merasa iseng, Linia pun menghampiri Jhonathan.

"Pak, kata pak Imal jangan lama-lama di luar. Nanti masuk angin lho." tegur Linia pelan dari belakang Jhonathan. Pria itu berbalik dan menghadap Linia yang sedang tersenyum padanya.

"Oh iya, terima kasih sudah mengingatkan saya. Kamu juga istirahat sana, besok kita ada kunjungan ke beberapa pabrik." ujar Jhonathan.

Linia mengangguk menngerti. Namun, seketika pandangannya teralihkan oleh hamparan bintang-bintang di langit gelap. Bagi Linia jika di Jakarta, sulit melihat bintang dilangit karena lampu-lampu dari gedung pencakar langit yang menutupinya. Karena sekarang ia berada di puncak, bintang-bintang dapat dilihat secara jelas olehnya.

"Waahh... banyak bintang. Cantiknya." Linia memuji keindahan alam itu dan terlihat lucu di mata Jhontahan hingga membuat pria itu mengulum tawa di bibirnya dan disadari oleh Linia sendiri.

"Kenapa pak?" tanya Linia dengan wajah polosnya.

"Kamu, seperti nggak pernah lihat bintang aja..."

"Saya kan jarang melihatnya pak. Saya juga suka bintang. Jadi, saya bersemangat lihat bintang. Begitulah." Jelas Linia.

Tiba-tiba Linia tersenyum.

"Eh... rupanya pak Jho bisa bercanda juga ya." ujar Linia menggoda Jhonathan.

Hari ini, Linia dan Jhonathan masih berada di Bandung dan sekarang, Linia sedang menyetir mengantar Jhonathan untuk ke meeting selanjutnya. Sebenarnya Jhonathan tidak ingin Linia yang menyetir, hanya saja karena ia sedang menelepon. Mau tak mau ia membiarkan Linia yang menyetir. Terlebih Linia yang juga bersikukuh untuk menyetir.

Jika dipikir, hari ini benar-benar berat bagi Linia. Ia harus mengantar Jhonathan ketempat-tempat yang menjadi objek kunjungan kerja seharian ini, belum lagi menyiapkan bahan-bahan kerja untuk Jhonathan. Tidak pernah disangka ia malah dipilih menjadi sekretaris waktu itu.

Tidak mengherankan, jika mereka berdua pun harus selesai setelah malam tiba. Kali ini Linia tidak bisa menentang keputusan Jho untuk menyetir sementara ia menikmati pemandangan malam kota Bandung.

"jangan melamun Lin, nanti kamu kesambet." ujar Jhonathan mengingatkan sekretarisnya itu.

"Iihh... tidak kok pak. Saya cuma diam. Kalau saya udah tidak bisa diam baru kesambet." balasan Linia mengundang Jhonathan melepas kekehannya.

Melihat Jhonathan membuat Linia menarik senyumnya, karena kekehan Jhonathan sebenarnya dapat membuat pria itu sedikit rileks dari tegangnya pekerjaan seharian ini dan besok subuh mereka sudah harus kembali ke Jakarta dan bekerja seperti biasa.

"Eh! Pak Jho! Di sana ada pasar malam!!"

Jhonathan memandang objek yang di tunjuk oleh Linia itu. memang terdapat sebuah pasar malam yang ramai. Linia memandang Jhonathan dengan harap-harap agar dapat sebentar saja singgah. Jika dipikir pun, pekerjaan sudah selesai dan tinggal beristirahat.

"Tidak boleh lebih dari satu jam." ujar Jhonathan sembari memutar kemudi kearah parkiran pasar malam.

"Terima kasih pak Jho!!"

Awalnya, Jhonathan mengatakan akan menunggu di mobil saja dan membiarkan Linia jalan-jalan sendirian. Akan tetapi, baru saja Linia meninggalkan nya lima langkah dari mobil, pria itu sudah keluar dan mengejar langkah Linia yang sedang melihat-lihat cinderamata di salah satu stan. Melihat tingkah atasannya satu ini, Linia hanya bisa tersenyum diam-diam, entar kalau keliatan bisa-bisa disemprot sama Jhonathan, pikir Linia.

"Sekalian kita disini, nggak mau coba satu wahana pak?" tawar Linia.

"Wahana apa? Takut ah, entar roboh." ujar Jhonathan.

Linia melihat-lihat memang wahana khas pasar malam pasti ala kadarnya saja dan Linia sedikit paham akan selera hiburan Jhonathan pasti bukan hal yang seperti ini. Jika memikirkannya saja, Linia tidak sanggup. Mata Linia pun menangkap sebuah wahana yang menarik.

"Mau coba rumah hantu? Kan ngga bakalan roboh pak." ujar Linia sembari menunjuk sebuah pondok menyeramkan yang merupakan gerbang masuk wahana rumah hantu.

Melihat objek yang ditunjuk Linia membuat Jhonathan langsung pucat dan mundur sedikit.

"Jangan deh, entar saya ngga bisa tidur." ujar Jhonathan memutar balik arah jalannya.

Linia awalnya heran lalu menyusul langkah Jhonathan.

"Bapak takut ke hal seperti itu ya."

"Sudah tau ngga usah ditanya lagi. Ayo balik ke penginapan." jawab Jhonathan.

Linia benar-benar tidak menyangka jika pria tampan disampingnya ini penakut. Imut sekali, dibalik kepribadiannya yang merepotkan itu. ia hanya tersenyum diam-diam.

"Kamu ngeledek saya ya." tegur Jhonathan saat tau Linia bersikap aneh.

"Eh... tidak pak. Saya hanya diam." jawaban yang aneh juga dari Linia.

"Diam-diam ngeledek."

"Damai pak." Linia menunjukkan tanda damai dari jarinya.

Ddrrtttt...dddrrrttt...

Tiba-tiba ponsel Jhonathan berbunyi dan mengharuskan pria itu pergi ke suatu tempat lumayan sepi untuk berbincang dan Linia menunggu tak jauh dari pria itu.

Zzrrraassshhhhh!!!!!!

Eh?

Linia langsung kepanikan saat hujan deras tiba-tiba saja turun di tengah pasar malam ini, termasuk Jhonathan langsung mematikan teleponnya dan mengajak Linia untuk kembali ke dalam mobil dengan berlari.

"Hhaahhh.... Hujannya deras sekali." ujar Linia saat mereka berdua berhasil kembali ke mobil dengan keadaan setengah basah dan kacau.

"Linia kamu nggak apa-apa?" tanya Jhonathan.

"Eh? ngga apa-apa pak, saya cuma panik waktu lari kesini tadi. Greget." Jawab Linia.

"...lalu tadi, telepon dari siapa pak? Sepertinya serius sekali." lanjut Linia.

Jhonathan nampak diam dan berpikir.

"Dari mama saya, kebetulan beliau juga lagi di Bandung." ujar Jhonathan sembari menyalakan mesin mobilnya dan melaju kembali ke jalanan yang sedang diterpa hujan cukup lebat itu.

"Tapi kok, sepertinya masalah serius pak." selidik Linia.

"ngga ada apa-apa. memangnya saya harus bercanda dengan mama saya? Kan tidak lucu."

Linia mengiyakan saja, daripada malah berdebat dengan atasan sendiri. Kan lebih tidak lucu.

Linia baru tiba di Jakarta subuh tadi, dan paginya langsung kerja. Sebenarnya, bisa saja ia ijin untuk istirahat. Hanya saja saat Jhonathan masuk, tentu ia juga harus masuk. Itu merupakan kesadaran dalam dirinya sendiri.

"Kantung matamu besar sekali. Apa kau belum tidur?" tanya Dheo pada Linia saat mereka makan siang bersama.

"Namanya juga dari perjalanan bisnis langsung masuk kerja, ya begini jadinya, mau ditutupin pake make up, ribet. Ngga sempat." ujar Linia lalu meminum es kopi yang ia pesan di kafetaria kantin.

"Ihh... ngga ribet tau Lin, nanti kakak bantuin mau ya?" tawar Elda.

"Ogah ah... entar jadi make up pengantin pula." ledek Linia.

Pada dasarnya Linia memang tipe manusia dengan penampilan make up tipis tanpa alis. Sementara Elda tipe perempuan dengan full make up. Mendengar ucapan Linia membuat Elda geram dan mencubit pipi Linia gemas sementara Dheo hanya menjadi penonton pertunjukan dua perempuan sedang berkelahi.

"Jadi perempuan itu harus mementingkan penampilan, kalau kamu nggak cantik nanti siapa yang mau sama kamu?" ujar Elda sembari merapikan rambut Linia dan mengucir rambut tanggung wanita itu.

"Linia udah cantik kok. Kalau ngga ada yang mau, sama aku aja." ujar Dheo sembari memandang wajah Linia.

Linia langsung menatap Dheo dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

"Iihh... ngga ah." ujar Linia.

"Ehh!!! Kenapa? Aku itu ganteng!" protes Dheo.

"Nah lho, makanya Linia, kalau ngga mau ngabisin hidup dengan orang kayak Dheo, pandai-pandai rawat dirimu ya." nasihat Elda.

"Memang aku seburuk apa sih!!!??" ujar Dheo tak terima dan membuat kedua wanita itu tertawa karena Dheo habis menjadi korban hinaan.

Sementara itu, nampaknya ada yang menguping diam-diam pembicaraan Dheo, Linia, serta Elda itu dari belakang Dheo dan memang sedang menikmati makan siang yang ia masak sendiri. Jhonathan mungkin sedikit terganggu dengan suara berisik di belakangnya dan mencoba sabar saja. Memang seharusnya ia makan siang di ruangannya saja dari pada di kantin. Namun, disisi lain jika ia makan di ruangannya, bukan makanan yang ia makan, tetapi pekerjaannya yang ia makan.

Di waktu yang sama dan hari yang sama, di sebuah villa yang berada di pegunungan yang sejuk dan nyaman.

"Jho benar-benar ngga datang..." ujar mama Jhonathan sembari menyuguhkan teh untuk sang mertua, nenek Jhonathan.

"Kamu udah menelepon dia Sar?" tanya sang ibu.

"Sudah ma, semalam aku menghubunginya. Padahal ia masih di Bandung semalam."

Sang nenek menutup buku yang ia baca lalu mengambil teh yang sudah disuguhkan itu.

"Anak nakal itu, udah tau kalau main sembunyi-sembunyi tidak baik. Belum jera juga rupanya."

Karlina , ibu Jhonathan hanya tersenyum sembari duduk di kursi satunya.

"Dia kan sudah dewasa ma, namanya juga anak laki-laki. Mama tau sendiri kan?" ucap Karlina.

Wanita tua itu melirik sang menantu yang sedang tersenyum.

"Suamimu selalu bilang apa-apa ke mama jika terjadi sesuatu. Beda dengan Jho, diam-diam aja. Masalah yang lalu, kalau bukan Dheo yang kasi tahu, kita nggak akan tahu atau cuma mama aja yang ga tahu karena kalian merahasiakannya dari mama."

"Ehh... masalah yang sudah berlalu, biarkan aja ma. Jhonathan pun sudah sadar itu kesalahannya."

"Iya, kalau ngga kejadian lagi sih, ngga apa..."

"hatchi!"

Linia yang sedang menyusun berkas di ruangan Jhonathan harus kaget dengan suara bersin Jhonathan yang ternyata cukup mengejutkan itu.

"Kaget aku." ujar Linia.

"Eh, maaf. Hidung saya tiba-tiba gatal." jelas Jhonathan.

"Apa suhu ruangan terlalu dingin pak? Efek pulang subuh kah??" tanya Linia geli.

Jhonathan melirik sebentar wanita yang sedang menyusun dokumen di lemari arsip yang ada diruangan nya itu.

"Lah, kamu sendiri. Itu kantung mata atau kantung doraemon?"

Seketika Linia langsung terkekeh geli dan bertanya-tanya sebesar apakah kantung matanya itu? bahkan Jhonathan yang notabenenya jarang memperhatikan orang lain sampai menyinggung kantung matanya juga.

"Maka saya harus cepat menyelesaikan pekerjaan saya hari ini, agar cepat pulang dan istirahat." ujar Linia sembari pamit dari ruangan Jhonathan.

Dddrrrtttttt.........dddrrrrttttt........

Pandangan Jhonathan yang awalnya ke ambang pintu kaca ruangannya teralihkan ke layar ponsel di sebelah kanannya itu dan terpampang nama 'mama' di ponselnya.

"Yaa? Ada apa ma?" ujar Jhonathan lemas.

Mungkin ia sedikit jengah dihubungi ibunya terus.

[kok gitu suara saat mengangkat telepon dari orang tua??]

Seketika bukan suara ibunya yang menyambut, melainkan suara berat yang berasal dari neneknya.

"Eh... kok nenek sih? Kenapa nek?" Seketika juga, perubahan sikap Jhonathan menjadi lebih sopan terhadap neneknya itu.

[kamu ini ya... kenapa ngga kesini? Semalam kan sudah mama kamu telepon...]

Jhonathan nampak memijat pelipisnya pusing.

"Bukannya ngga mau, semalam kan Jho ngga sendirian di Bandung. Sekretaris Jho juga ikut. Ngga enak lah Jho bawa dia." ujar Jhonathan beralasan.

[Ih, alasan anak muda. Memangnya kenapa kalau kamu bawa dia? Emang nenek jahat gitu? Ngga ngijinin kamu bawa sekretaris kamu ngunjungin nenek?]

Jhonathan bungkam. Neneknya memang pandai menyudutkan nya dan membuatnya bingung.

"Oh! Udah dulu ya nek! Jho banyak banget kerjaan!" ujar Jhonathan langsung mematikan telepon nya saat melihat Linia kembali masuk kedalam ruangannya sembari membawa dokumen lain yang harus di perlihatkan pada Jhonathan.

"Kok nampak kewalahan pak?" tanya Linia bingung.

"Ngga apa-apa kok. Lah, kamu bolak-balik ruangan saya sepanjang hari ini."

Linia menatap datar kearah Jhonathan.

"Kalau bukan karena pekerjaan, ngapain juga saya bolak balik pak. Kalau begitu, saya permisi dulu." ujar Linia lalu keluar dari ruangan Jhonathan.

Jhonathan melihat punggung Linia yang pergi dari ruangannya dalam diamnya. Sebenarnya, masuk akal jika Linia bolak balik ke ruangannya karena pekerjaan. Hanya saja Jhonathan tidak ingin Linia melihat sifatnya yang satu itu saat bersama neneknya. Ia merupakan pria dengan harga diri tinggi.

"Ishh... untung atasan. Sabar aku tu." ujar Linia saat sudah kembali ke meja kerja nya.

Nampaknya wanita ini sedikit kesal karena ucapan Jhonathan terhadapnya barusan. Perihal bolak balik ruangan pria itu. yak arena masalah pekerjaan Linia harus melakukannya. Juga, ini karena karyawan lain yang menitip dokumen padanya untuk Jhonathan. Memikirkannya membuat Linia merasa semakin lelah saja.

"I need more caffeine." sungut Linia.

Tuk!

"You need more right??"

Ternyata Dheo yang kebetulan melewati meja kerja Linia dan kebetulan membawa sekaleng kopi instant pun langsung respek dan menaruh kaleng yang sudah ia buka itu.

"Geh... ogah ah, udah bekas kamu minum lagian pasti udah mau kosong. Aku cari sendiri aja." ujar Linia bangkit dari duduknya.

Melihat respon Linia yang menggemaskan itu membuat Dheo terkekeh lalu mengambil kembali kopi nya dan meminum habis. Memang benar dugaan Linia tentang banyaknya kopi yang ada di kaleng itu.

16:30

Jam pulang kantor. Linia merasa lega akhirnya ia dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan tepat waktu dan merasa bersyukur saat melihat jam di ruangannya sudah menunjukkan jam pulang kantor. Sekarang pun, yang ia pikirkan pulang dan tidur. Ia sangat menantikan itu.

"Lin, mau ikut ngga? Hari ini departemen IT ngajak karaoke bareng divisi kita." ujar salah satu karyawati yang duduk disebelah Linia.

"Benarkah? Tumben sekali. Tapi, nampaknga saya ngga bisa.."

"Ehh... jangan gitu dong. Ayo ikut. Pak Dheo pasti udah ngajak pak Jho juga, kapan lagi kan kumpul-kumpul." sambut rekan kerja Linia yang lain.

Linia terdiam. Orang yang gila kerja seperti Jhonathan tidak mungkin ikut kedalam acara ramai seperti itu.

"Ayolah Lin, siapa tau kenal dekat dengan anak buah pak Dheo... eh, kamu kan dekat dengan pak Dheo, siapa tau bisa lebih dekat lagi."

"Ehh... jangan menciptakan gosip yang tidak-tidak. haahh... tapi saya ngga bisa lama."

Mau tidak mau, Linia terpaksa ikut makan malam bersama rekan kerja nya satu divisi dan departemen IT sekaligus karaoke itu. urusan Jhonathan ikut atau tidak itu tidak Linia pikirkan. Ini di luar jam kerja dan mungkin saja, lelah Linia bisa sedikit terhapuskan. Mungkin saja.

To be continued

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!