Ekstra part 5
Olin datang dengan muka masamnya. Membawa segelas air hangat untuk Reza.
"Ada apa lagi?" Reza meminum air hangatnya sembari menatap sang kekasih penuh tanya.
"Biasa sih. Apa yang aku bayangkan, terjadi juga pada akhirnya."
"Sudah di duga 'kan? Harus nya ngga sesakit itu dong."
"Ish, ngeselin. Kasih perhatian, kek. Sabar sayang, jangan didengar kata orang, bla bla bla bla.... Udah, gitu aja?" Olin berbicara dengan bibir yang dimainkan dengan menggemaskan.
Reza menatapnya tajam, perlahan berdiri dan menghampirinya. Semakin dekat dengan sang kekasih, lalu menunduk menyesuaikan dengan tinggi Olin.
"Mau apa? Ini dikantor."
"Nah, kan tahu kalau di kantor. Kamu sendiri, yang bilang supaya profesional. Apalagi?"
Reza mengambil beberapa helai rambut Olin yang lepas dari ikatannya. Lalu, Ia masukkan kedalam ikatan itu agar semakin rapi.
"Udah, kembali kerja. Di lihat Papi, nanti."
"Siap, Pak." Olin pun melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu.
"Olin, darimana?"
"Papi, eh Pak Bagas. Dari ruangan Pak Reza, untuk urus dokumen." jawab Olin, sedikit gugup. Apalagi, ketika Bagas menoleh ke ruangan Bagas dan seakan mencurigai sesuatu.
"Baiklah, kerja yang baik. Banyak pengawas disini."
"Baik, Pak."
Keduanya pergi ke ruangan masing-masing. Olin yang mulai sibuk dengan pekerjan barunya, harus bisa membagi waktu dengan kuliahnya yang memasuki semester akhir. Apalagi, dengan tuntutan Reza yang seolah tak sabar untuk menghalalkannya saat ini.
" Harus selesai, nanti sore kuliah. Terus seperti ini, hingga saat nya tiba. Semangat Olin."
***
"Bagaimana laporan?" tanya Bagas pada Ali.
"Tak ada apa-apa. Semua berjalan dengan baik. Ini, beberapa laporan yang ada." Ali memberikan beberapa dokumen pada Bosnya.
"Ali..."
"Ya, Pak?"
"Tolong, carikan saya mangga muda."
"Pak, Bapak itu punya magh kronis, dan ini masih pagi sekali. Takutnya jika Bapak nanti makan yang asam-asam, maka akan...."
"Ali...."
"Ya, baiklah. Akan saya carikan." Ali pasrah, lalu berjalan keluar.
Rasa mual kian menghampiri. Bahkan kini, Bagas selalu bersanding dengan ember di dekatnya. Entah kapan, selalu mual dan bahkan muntah tak kenal waktu.
"Aku tahu ini kehamilan simpatik. Tapi, semenderita ini kah perempuan hamil? Oh, Humairah. Ini adalah jawaban janji yang ku ucap kala itu." gumam Bagas.
*
"Hey Ali, mau kemana?" tanya Reza, yang kebetulan bertemu dengan nya.
"Papi, mau mangga muda."
"Lah, nanti...."
"Stop, jangan ucapkan kata itu sekarang. Sebab, aku sudah memperingatkan itu tadi." jari telunjuk Ali mendarat di bibir Reza.
Reza hanya tertawa, mendengar penderitaan Ali. Ia hanya bisa memberi semangat, karena tak dapat membantunya kali ini.
"Aku bersyukur, ngidamnya Mami menguntungkan aku." ucap Reza.
"Lantas, haruskah aku menangis karena ini awal penderitaannku. Hey, aku sudah melayani perempuan ngidam berkali-kali. Semoga saja, Bapak-bapak ngidam tak seribet Ibu-ibu." Doa Ali, sembari berjalan menelusuri lorong ruangan besar itu.
Reza pun berjalan, menghampiri Olin di ruangannya. Mereka ada rapat, yang harus di lakukan pagi-pagi. Dan rapat itu ada di luar kantor. Sedangkan di ruangannya, Olin tengah mengobrol dengan begitu akrab lewat teleponnya.
Tertawa, bercanda, membahas sesuatu. Sepertinya sudah begitu akrab dan begitu dekat. Apalagi, suara itu adalah seorang pria.
"Olin... Telepon siapa?" tegur Reza, yang masuk ke ruangannya.
"Eh, Bapak. Maaf, saya lagi bahas tugas kuliah sebentar."
Reza merebut Hp itu, menatap layar lalu mematikannya. Wajahnya pun, tampak begitu serius kali ini.
"Kenapa dimatiin?" tanya Olin, dengan perasaan tak enak hati.
Updated 238 Episodes
Comments
Shakayla Lashira Rahman
emg bgtu bapak bagas org hamil mh aku jh dlu gitu ga bs ngpa2in cma bs tduran aja.. mkan aja mau asinan doang tiap pagi siang malam cma bs mkan itu doang minum air putih aja d muntahin mulu... jalanin aja ya pak cma bntr kok tr jg bapak akn rindu masa2 sprti ini lgi
2022-06-27
0
Fitriani Hartuti
kenapa skg pada manggil papi mami semua yaa..gara2 ba2ng reza nich..kocaak beuud daah hahahaha
2022-06-19
0
Setia Selama Nya
lucuu
2022-06-24
0