Seharusnya, hari bahagiaku
Persiapan semua sempurna. Hanya tinggal menunggu ke esokan harinya, untuk sebuah pesta yang megah.
"Katanya, dia kembali. Benar?" tanya Syifa pada Reza.
Wajahnya tampak panik, padahal harusnya Ia bahagia hari menyambut pestanya.
"Kamu tenang saja, semua sudah di perketat. Ngga akan mungkin tembus hingga sampai merusak acara kita."
"Mereka tahu semuanya. Bahkan dapat menembus pertahanan kantor. Mereka faham, seluruh bagian hingga dapat lolos. Lalu, bagaimana dengan rumah ini yang kecil?"
"Fa... Tenanglah. Bagas tak akan membiarkanmu seperti ini. Jika dia tahu kamu panik, Ia akan lebih panik. Kamu harus selalu bersama Olin. Jangan pernah terima apapun yang bukan darinya. Mengerti?"
Syifa hanya mengangguk. Menggenggam tangan Olin yang ada tepat di sampingnya. Dalam suasana yang penuh rasa khawatir.
" Kamu dimana, Mas? Kenapa belum pulang juga?" tanya Syifa dalam tangisnya.
"Sudah, Kak. Mas Bagas pasti baik-bain saja. Dia kan hebat, kuat, dan bisa melawan semua yang menentangnya." bisik Olin, yang menenangkan.
"Syifa. Tunjukkan, bahwa kamu baik-baik saja. Buat mereka tak sadar, kalau kita tahu mereka ada. Itu sangat Berguna, agar mereka sering datang kemari. Oke?" pinta Reza.
"Aku, akan berusaha. Aku, akan pura-pura tak faham, meski mereka ada di depanku saat itu."
"Humairahnya Bagas, memang hebat. Tetaplah seperti ini. Karena mereka target terakhir kita. Setelah itu, kita aman. Insyaallah.."
Syifa mengusap air matanya. Berusaha tersenyum kembali, dan memulai rencana mereka. Reza turun bersama Olin. Mereka tampak santai, meski tatapan mereka sampau ke ujung ruangan.
"Kalau mau tahu wajah Farah, minta Syifa menunjukkan foto keluarga. Atau, kamu pasti faham karena dia sedikit mirip denganku."
"Iya, Mas. Kamu hati-hati, Ya." ucap Olin, melepas kepergian sang kekasih untuk kembali pada pekerjaannya.
***
"Bagaimana keamanan?" tanya Bagas pada Ali.
"Semua sudah di kerahkan. Mereka menyamar, tanpa menimbulkan rasa curiga sama sekali. Bahkan, Bapak tak akan sadar dimana saja posisi mereka."
"Hebat sekali. Pasti mahal 'kan?"
"Ya, sesuai dengan pekerjaan." balas Ali dengan menganggukkan kepala.
Bagas kembali berusaha fokus dengan pekerjaannya. Meski rasa cemas dan fikirannya bercabang kemana-mana. Ia harus melindungi seluruh keluarganya, bahkan telah mengungsikan Mama Ayu dan Papa Erland di rumah mertuanya.
"Untung sudah selesai ku rehab. Jadi aman dan nyaman." fikir Bagas, dengan segala keruwetannya.
"Za, bagaimana Papa loe?" tanya nya, ketika Reza menghampiri.
"Sebentar, gue perlu duduk." ucap Reza.
"Jadi, rupanya Tante Viona sering jenguk Papa di Rumah Sakit. Tapi, gue belum dapat info lain. Tunggu aja, karena perawat disana akan jadi mata-mata gue." jawab Reza, dengan penuh antusias.
"Suruh mereka jaga Papa disana. Jangan sampai, ada apapun atau bahkan membawanya kabur."
"Udah, tenang aja. Biar begini, gue perduli keselamatan dia. Gue masih pengen dia sembuh, meski kemungkinannya sangat kecil." balasnya lagi.
Sedikit tenang, ketika Reza mengucap kata itu. Tandanya, tandanya hati Reza telah berdamai dengan egonya. Yang awalnya begitu sakit, bahkan tak tega hanya untuk sekedar mencari tahu perkembangannya, tapi kini Ia tampak begitu ikhlas.
Dan seperti yang telah di rencanakan. Mereka akan bersikap biasa saja, agar viona tak sadar, jika semua orang mengetahui kemunculannya.
"Jangan biarkan mereka bahagia. Meski, pada akhirnya mama akan membusuk di dalam penjara. Setidaknya, hati Mama sudah begitu puas melihatnya menangis darah." ucap Viona dalam persembunyian nya.
Farah telah luntang lantung, karena izin prakteknya di cabut. Apalagi, Ia juga masuk ke dalam daftar pencarian orang. Hingga Ia tak beranj pergi kemanapun sejak saat itu.
Updated 238 Episodes
Comments
Desi Hes
hanya orang bodoh yg bikin hidup sia" cuma karna harta...hidup ini indah klu kita tau cara menikmati dengan bersyukur
2022-06-06
2
Wiwin Susilowati
orang jahat hidupnya apa tdk pengen tenang apa
2022-06-09
0
Djumiah Sumiarti
orang jahat ya tetap aja jahat
2022-06-06
0