Dia telah muncul kembali.
"Undangan semua telah tersebar. Tinggal menunggu Hari H." lapor Ali.
"Ya, aku pun tak sabar menunggu hari Aku bertemu dengannya."
"Siapa?"
"Istriku, Ali. Kenapa meski bertanya."
"Emang, istrimu kemana?" tanya Ali lagi.
"Astaga. Di tengah segala kerinduan ini, kenapa harus bertanya. Terlalu berat ketika akuh harus menyebut namanya." batin Bagas.
"Ritual keluarga. Katanya, sebelum pesta pernikahan, kami harus di pingit beberapa hari." terang Bagas.
"Hanya beberapa hari. Yang lain, beberapa bulan." jawab Ali, santai.
"Pergi kau! Pergi!" usir Bagas yang tengah dalam keadaan sensitif.
***.
"Sudah berangkat?"
"Sudah, Kak. Sudah daritadi, setelah sarapan." jawab Olin.
Syifa pun menyelesaikan sarapannya yang tertunda.
Hari ini adalah jadwal Syifa di ratus. Perawatan tradisional yang diperuntukkan untuk calon pengantin baru. Meski sebenarnya, bukan baru lagi statusnya.
Para petugas dari salon mulai berdatangan. Menghampiri Syifa di kamarnya. Menicure, pedicure, dan semua perawatan di lakukan demi memenuhi target ketika pesta pernikahan.
"Olin, sekalian, yuk." ajak Syifa.
"Engga ah, ngga biasa begitu. Nanti, Mas Reza kaget. Makin ngga sabar ngajak nikah."
"Ya, nikah aja. Ngga papa lah, lebih cepat lebih baik. Toh, kuliah masih jalan." balas Syifa, yang tengah menikmati semua proses perawatan..
"Hanya takut, tak bisa membagi waktu."
"Ketakutanmu terlalu banyak, Olin. Rasa takut itu di hadapi, bukan di hindari. Saya awalnya juga takut sama Mama Ayu, dan Mas Bagas. Mereka tampak mengerikan awalnya."
"Tapi, sekarang malah jadi bucin akut." tawa Olin terbahak-bahak. Di sahut dengan tawa Syifa yang tak pernah membayangkan akan seperti ini.
"Kita ngga pernah tahu, bagaimana kedepan. Maka dari itu, jangan terlalu membenci sesuatu, karena kita akan serasa malu ketika mencintai. Dan jangan terlalu cinta, karena kita akan terlalu membenci ketika tahu apa salahnya." jawab Syifa.
Olin hanya mengangguk, sembari mengerjakan beberapa tugas kampusnya. Ia adalah mahasiswa Akuntansi, yang tengah dipertengahan semester akhir. Maka dari itu, Ia tengah sangat serius dengan studinya itu.
" Psssssttt... Psssst... Olin." panggil Reza, lirih.
Lagi-lagi, sebisa mungkin Ia mencuri waktu untuk sekedar menemui sang kekasih hati.
"Apa?"
"Sini...." lambai Reza.
Olin melirik, menatap Syifa yang ketiduran.
"Sini lah." rengek Reza.
Olin pun menutup bukunya, dan menghampiri Reza. Mereka bergandengan tangan, menuju ke taman seperti biasanya.
"Mau makan siang?"
"Tapi suapin..."
"Ih, manja... Bentar, tunggu disini."
"Ya, apapun sayangku." kedip mata Reza dengan begitu genitnya.
Olin beranjak lagi, mengambilkan makan siang Reza. Di dapur, Ia melihat Dua orang mencurigakan. Ia pun segera mengejar Reza di taman.
"Mas... Masssss...." panggilnya.
"Kamu kenapa? Kok begitu?"
"Tadi, ada Dua orang wanita mengendap endap di belakang. Aku takut."
"Siapa? Ciri-cirinya, bagaimana?" tanya Reza.
Olin pun mulai bercerita. Mereka adalah dua orang wanita, Muda dan paruh baya. Meski menyamar, tapi Olin masih ingat, jika salah satu dari. Mereka adalah yang ikut menculik Bagas kala itu.
"Vionaaa! Sudah berani muncul kau." geram Reza.
Ia pun berdiri, lupa dengan makan siangnya. Ia meraih Hp, memanggil Ali dan memerintahkan semua orang untuk memperketat penjagaan.
"Jangan, Za. Biarkan dia keluar. Sekaligus, pancing dia mendatangi pesta ku nanti. Biarkan, dia menganggap kita lupa padanya." pinta Bagas.
"Tapi, Syifa?"
"Dia bersama Olin, dan Dia tak lemah. Tenanglah, aku yang akan menghubunginya."
"Baiklah... Aku, akan terus memantau dari CCTV." ucap Reza.
Updated 238 Episodes
Comments
Shakayla Lashira Rahman
muncul jg tuh mreka.. hayoo gas jan smpe kcolongn lgi kali ni hrus bner2 brhsil buat mrk tinggl d hotel yg pling mantabbb alias pnjara
2022-06-27
0
pandan wangi
ulernya kepanasan di lobang, makanya dia keluar, wkwkwkwk
2022-06-26
0
M ridwan Iwon
masih urus sivonih aja,,,, masuki aja dikarungxx
2022-06-22
0