Mencuri waktu bertemu Ayang
"Hay Olin." sapa Reza, yang tiba-tiba datang dari arah depan ketika Olin tengah memasang bunga di tangga.
"Astaghfirullah... Pak Reza! Ngagetin aja."
"Kok, Pak? Ini kan bukan di kantor. Mas dong, atau Ayang."
"Hah, Ayang?" Olin memicingkan mata.
"Iya lah, supaya makin semangat. Kita kebelakang yuk." ajak Reza, dengan kedipan matanya.
Olin hanya menggeleng, dan tetap melakukan rutinitasnya dengan fokus. Reza berdiri dan tetap menunggunya, sembari terus membujuk agar Olin mau ikut dengannya.
"Hussst... Pssssst! Ayolah."
"Engga, ah. Lagi banyak kerjaan. Nanti di omel sama Ibu."
"Mana berani dia ngomel, kalau...."
"Kalau apa?" tanya Syifa, yang datang dari arah belakang dan menjewer telinga Reza.
"Aaah, sakitnya." pekik Reza.
Syifa melepas jewerannya, lalu menatap Reza dengan tatapan tajamnya. Aura itu, adalah aura yang tampak dari Bagas ketika melirik pad. Semua orang yang membangkang padanya.
"Kalau apa? Kalau Mas Reza diam-diam ngga ngantor, dan godain asisten aku disini?" tanya Syifa.
"Ini jam istirahat, Mi. Curi kesempatan buat Ayang, masa ngga boleh." rengek Reza, dan Olin hanya tersenyum mendengar perdebatan receh itu.
"Setengah jam, ngga boleh lebih. Sesuai dengan waktu makan siang di kantor." ucap Syifa, lalu pergi.
Seketika senyum terpancar dari bibir Reza. Ia pun meraih tangan Olin dan menggandengnya menuju taman belakang.
"Kenapa?" tanya Olin.
"Ya ampun Olin, aku hanya ingin berdua. Tak boleh kah? Toh, tujuan Syifa memintaku bekerja dengannya adalah untuk mendekatkan kita."
"Iya kah? Kenapa begitu?"
"Karena Syifa kasihan melihat aku dan kamu, yang meski dekat tapi selalu berjarak." rayu Reza.
Kali ini Olin tak memicingkan mata. Ia tersenyum, dengan pipi merah merona. Reza pun tampak begitu bahagia. Gombalan recehnya yang selama ini tak pernah mendapat respon, akhirnya terbalas.
Ia merasa gemas dengan dirinya sendiri, bahkan nyaris menggigit genggaman tangan di dalam mulutnya.
Suara perut Reza berbunyi begitu keras. Olin sampai menatapnya dengan penuh tanya.
"Kenapa ngga makan?"
"Ngga keburu. Aku bahkan tak selera makan, jika belum menatap wajahmu."
"Itu ucapan gombal yang merugikan diri sendiri, Mas. Karena pada kenyataannya, Cinta tak akan indah jika kita berdua dalam keadaan lapar." jawab Olin.
Ya, Olin terlalu jujur dalam setiap perkataannya. Sebagai gadis yatim piatu, memang Ia di paksa dewasa bahkan sebelum waktunya. Bahkan, nyaris mungkin tak memiliki waktu sekedar bercanda dan bersenda gurau. Bahkan, teman pun tak punya.
Olin berdiri, dan meninggalkan Reza di kursinya.
"Mau kemana, ayang?" tanya Reza.
"Mau ambilin makan. Laper kan?"
"Eh, iya, lupa. Ah, senangnya ketika ada yang perhatian seperti ini. Apalagi, ketika sudah menikah nanti." khayalnya indah.
"Olin, mau makan lagi?" tanya Syifa, yang melihatnya mengambil makanan.
"Bukan, Bu. Mas Reza yang mau."
"Owh, baiklah." Jawa Syifa, berlalu pergi dari hadapannya.
Olin pun kembali pada reza, yang telah menunggunya dalam keadaan begitu lapar.
"Ini, Mas." panggil Olin, yang datang membawa makan siang untuk Ayangnya.
"Ayang udah makan?"
"Udah, bareng Ibu tadi. Mas makan aja, ini udah jam berapa? Taku Ibu kesini dan negur lagi."
"Oh, iya.... Saya lupa."
Reza pun segera menghabiskan makan siangnya. Meski tak disuapi, ditemani saja pun sudah sangat bahagia dalam hatinya. Sedikit menghilangkan lara, akan ingatannya setelah bertemu sang Papa.
Updated 238 Episodes
Comments
Siti Aisyah
dibalik sifat konyol nya reza ternyata menyimpan duka lara yg teramat dalam...semua senyum nya utk menutupi kehidupannya yg tak bersahabat..
2022-06-13
0
Siti Aisyah
tetap semangat reza..aku tau kau menyembunyikan duka laramu dgn senyuman
2022-06-19
0
Kokom Komala
sabar za nanti juga kebahagian akan segera datang pada reja
2022-05-31
0