Mejenguk Papa Edward
"Ifa ngga ikut Mas hari ini?"
"Engga," geleng Syifa "Orang butik mau dateng buat anter gaun. Dan beberapa orang Wo mau otak atik kamar pengantin."
"Masih butuh kamar pengantin? buat apa?" tanya Reza.
"Perlu ku pertegas, apa fungsi kamar pengantin? Aku takut kau menangis mendengarnya." lirik Bagas dengan segala ledekannya.
"Udah, ih... Masih pagi berantem mulu." tegur Syifa yang menyuapi suaminya sarapan.
Bagas dan Reza saling melempar lirikan. Tatapan itu tajam, seperti,mata pisau yang siap menyerang masing-masing. Hanya tatapan Syifa, yang kembali mengakurkan keduanya.
" Assalamualaikum," ucap seorang gadis bernada merdu. Suara yang langsung melelehkan hati Reza di pagi hari yang cerah ini.
"Aaah, Olin? Kamu kesini, ada apa?" tatap Reza dengan takjub dan luar biasa.
"Olin, ayo masuk. Sarapan bareng sama kita." ajak Syifa dengan ramah.
Olin menurutinya. Ia masuk perlahan menghampiri mereka. Reza dengan sigap menggeser kursi yang ada di sebelahnya dan meminta Olin duduk tepat di sebelahnya.
"Olin, kok kesini?" tanya Reza lagi, dengan wajah yang begitu manis.
"Ibu, nyuruh kesini 'kan?" tanya Olin pada Syifa.
"Iya, kalau kamu siap kerja sama saya, ya kamu harus stay disini." jawab syifa.
"Iya, saya mau?" Jawa Olin dengan tegas.
Bukan ingin pekerjaan yang ringan, tapi Ia ingin membalas budi Syifa yang diam-diam telah membayar tunggakan kuliahnya semester ini. Tapi, Ia tak ingin Reza tahu.
Percakapan terjadi antara Syifa dan Olin. Bagas berganti posisi untuk menyuapi istrinya kali ini. Sedangkan Reza, tertunduk lesu memainkan sarapannya.
"Kenapa lagi, Reza?" tanya Bagas.
"Seperti buah simalakama. Aku senang, kamu disini Karena tak ada lagi yang mengawasi. Tapi, aku kesepian ketika di kantor tak ada penyemangat hati." keluhnya.
"Yang sabar ya, Mas." ucap Syifa padanya. Reza hanya membalasnya dengan anggukan, karena Ia pun harus rela agar Olin semakin nyaman dengan pekerjaannya.
Kedua pria itu telah siap. Mereka berjalan menuju kendaraan masing-masing, dan akan segera berangkat.
Satu kecupan di kening, turun ke pipi dan Ke bibir. Itu rutinitas Syifa dan Bagas, sedangkan Olin hanya memberi Reza dari kejauhan seperti biasa.
"Sudah cukup. Meski rasa iri masih berkeliaran di hati." ucap Reza, menggenggam hati Olin yang terbang menghampirinya.
"Daaaah, Olin. Nanti ku sempatkan pulang sebentar, untuk menengokmu disini." ucap Reza, melambaikan tanagnnya.
"Iya," jawab Olin, sedikit kikuk. Mungkin karena Syifa mengawasinya.
Kedua wanita itu melepas yang tersayang pergi. Syifa lalu mengajak Olin masuk dan memberi tahu semua pekerjaannya. Tak terlalu sulit, hanya membantunya mempersiapkan pesta megahnya sebentar lagi. Setelah itu, Olin akan kembali kekantor seperti biasa, atau akan langsung di nikahkan dengan Reza. Semua tergantung keputusan mereka masing-masing.
***
"Pi...?" panggil Reza melalui earphone nya.
"Ya, kenapa?"
"Pamit, mau jenguk Papa. Sudah waktunya kunjungan hari ini." ucap Reza.
"Pergilah, dan sampaikan salamku padanya. Jaga emosimu, searah apapun kamu dengannya."
"Ya, aku pergi." ucap Reza, lalu berbelok ke lain arah dari Bagas yang lurus menuju ke kantornya.
Hampir Dua bulan di rawat di Rumah sakit jiwa, Reza belum sama sekali menjenguk sang Papa. Bukan karena benci, tapi rasa tak tega menyelimuti hatinya. Bahkan, rasa bersalah pun sering kali menggelanyut dalam fikirannya. Begitu sakit, melihat yang sangat Ia cintai dalam keadaan seperti itu.
"Apakah, Papa ingat Reza? Atau, Papa telah melupakan segalanya?" fikir Reza.
Updated 238 Episodes
Comments
Siti Aisyah
telah kukirim vote dan hadiah nya utk pernikahan asyifa dan bagas...turut berbahagia...gpp gak diundang jg...(ngarep ada di list undangan🤣🤣)
2022-06-13
0
Kokom Komala
segalak galaknya papah kamu reja dia itu tetep papah kamu yang harus di jaga dan di sayang
2022-05-31
0
Sri Sri
apakah papanya reza akan sembuh setelah di rawat di rumah sakit jiwa
2022-06-01
0