Harapan Syifa
Syifa langsung mengganti pakaiannya. Ia tergeletak lemah diatas tempat tidur dengan selimut tebalnya begitu nyaman.
"Panggil dokter, ya?" tawar Bagas
Syifa tak menjawab, hanya menganggukkan kepalanya.
"Mas kalau mau pergi, pergi aja. Ifa ngga papa. Ada Bibik."
"Panggilin Mama atau Ibu, ya?"
"Ngga usah, mereka repot." tolak Syifa.
Sebenarnya tak tega, ketika Bagas harus meninggalkan sang istri yang tengah terbaring lemah. Tapi, scedule nya sudah diatur sejak Satu bulan yang lalu.
"Aku, pergi, ya? Jaga diri baik-baik." pamit Bagas, dengan mengecupi pipi sang istri berkali-kali.
"Mas yang hati-hati. Jangan banyak berantem di luar nanti."
"Ya..." balas Bagas, kemudian melangkahkan kakinya pergi dari kamar.
Maju mundur, seolah ingin membatalkan jadwal. Bagas adalah orang yang tepat janji, Ia pun sangat ingat ketika pernah berjanji akan merawat Istrinya dengan baik ketika lemah.
"Udah, Pi. Biar aku yang jagain. Papi pergi aja, Mami aman disini." ucap Reza, yang telah mandi dan rapi.
"Serius?" tanya Bagas.
"Ehm, kalau ragu. Telepon karyawan yang bisa dipercaya, buat bantu jagain."
"Siapa?"
"Olin.... Hihihihi." tawa Reza begitu tampak licik. Berusaha mencari kesempatan dalam sebuah kesempitan.
"Kau yakin?"
"A-apa serius? Mau panggil dia kemari?" Reza membulatkan mata, dan perasaan begitu berdebar mendengarnya.
"Tidak.... Aku memanggil dokter kemari. Kau jaga Kakak Iparmu. Aku akan segera pulang." balas Bagas.
Kakinya melangkah cepat meninggalkan rumah dan menuju mobilnya. Tak perduli, ketika Reza mengerucutkan bibirnya begitu kesal.
"Mengkesaaaaaaal!! Iiih...!" gerutunya dengan menghentakkan kaki di lantai yang Ia pijak.
Bagas mengendarai mobilnya sendiri. Farhan kini tak lagi fokus di rumah itu. Ia telah diberi modal untuk membuka usaha nya di kampung, sejenis toko sembako yang cukup besar. Tapi, Ia harus siap siaga ketika dipanggil kapanpun, dan kemanapun mereka akan pergi.
"Ali, sudah kau temukan?"
"Ya, Tuan. Dia memiliki perusahaan, yang cukup besar. Menjalin kersasama dengan perusahaan kita, tapi di bagian cabang."
"Setelah rapat, lakukan apa yang ku pinta." ucap Bagas.
Bukan dendam, tapi Ia tak bisa terima jika istrinya dipermalukan didepan umum. Apalagi, Bagas tahu Ia sempat menggodanya.
"Tak ada yang bisa menyentuhnya. Dia milikku." lirih Bagas.
Ia mengencangkan laju mobilnya, hingga kini sampai di tempat yang Ia tuju. Rapat pun dimulai dengan baik, ramah, dan sesuai apa yang Ia inginkan.
***
"Fa, masih tidur?" tanya Reza.
"Engga, Mas. Kenapa? Dokter kok belum dateng sih?" keluhnya.
"Mau suapin makan, katanya kamu belum makan."
"Ngga selera, Tapi laper."
"Sini, aku suapin. Udah izin kok, sama Bagas." ucap Reza
Syifa pun bangun, lalu merubah posisinya setengah duduk. Ia berusaha menerima makanan yang di suapkan Reza padanya. Meski mual, tapi memang harus tetap makan.
"Selamat siang, Ibu. Maaf telat." ucap Dokter Dinda, yang menemui Syifa dikamar. Bik Darmi yang mengantarnya.
"Iya, Dok, silahkan masuk."
Reza beralih, lalu mempersilahkan dokter mulai memeriksa. Dari ujung kepala, sampai ujung kaki. Bahkan, Syifa di minta untuk testpack di kamar mandi.
"Ada kemungkinan hamil?" tanya Syifa.
"Segala kemungkinan ada. Apalagi ada gejala mual muntah. Coba saja." pinta Dokter Dinda.
Syifa menurut. Dan dengan hati yang berdebar, Ia masuk memulai testnya.
"Semoga, semoga saja benar. Dan jika pun tidak, tak apa. Aku masih ingin bermanja dengannya." harap Syifa.
Updated 238 Episodes
Comments
Lina Susanti
semoga aja, betapa bahagianya keluarga Nugraha dan keluarga Pak Abu
2022-06-03
0
Shakayla Lashira Rahman
gumuss bgd ihh ma karakter y reza karungin boleh ga sii🤭🤭🤭
2022-06-21
0
Shakayla Lashira Rahman
gumuss bgd ihh ma karakter y reza karungin boleh ga sii🤭🤭🤭
2022-06-21
0