Senyum itu, hanya milikku.
Pasca kejadian di kantin. Olin tampak semakin menjauh. Ia hanya menyapa, ketika Bagas dan Syifa lewat di dekatnya. Sedangkan dengan Reza, Ia berusaha kuat untuk menghindar.
"Lin, Olin." panggil Reza, ketika menghampirinya yang tengah mengelap kaca.
"Maaf, Pak. Saya begitu sibuk. Saya akan kehilangan bonus, bahkan pekerjaan jika saya lalai."
"Hey, tak ada yang berani berbuat itu. Saya hanya menyapa." goda Reza, dengan senyum ramahnya.
Tapi Olin bergeming. Ia hanya menunduk tanpa mau menatap wajah Reza ketika bicara.
"Tapi, kalau menyapa di luar, boleh 'kan?" tanya Reza, lagi.
"Silahkan, tapi jangan terlalu sering. Hanya takut, jika ada gosip tak enak, nanti."
Olin pun melangkah pergi, tanpa pernah menatap Reza yang bicara padanya.
"Olin, kenapa begini? Kamu sudah tahu perasaanku, tapi kenapa malah menjauh." fikir Reza.
Nafasnya terasa berat, dan dadanya terasa sesak. Ia butuh teman curhat, tapi Bagas sedang begitu sibuk sekarang. Hanya Syifa, yang dapat menjadi pendengar terbaik untuknya. Itu pun, jika Ia tak ikut kemanapun Bagas pergi.
***
" Sayang, sudah siap?" panggil Bagas, pada sang Istri.
"Dikit lagi, pasang anting nih, susah." jawab syifa.
Hari ini ada sebuah pertemuan, sekaligus peresmian sebuah cabang hotel baru milik salah satu rekan Bagas. Syifa telah memakai gaunnya, serta merias wajahnya dengan begitu cantik dan anggun. Riasan menyesuaikan dengan gaun merah tanpa lengan yang Ia pakai.
Bagas menghmapirinya, mengencangkan resleting belakang gaun Syifa yang masih belum sempurna. Ia kemudian membali tubuh istrinya, dan mengambil anting mutiara yang akan Ia kenakan.
"Sini..."pinta Bagas, menempatkan posisi yang sesuai agar Ia dapat memasangkan anting itu tanpa rasa sakit.
" Udah, ini aja?"
" Udah. Katanya, ngga boleh terlalu mewah." ucap Syifa, membenarkan dasi Bagas yang miring.
" Bukan ngga boleh mewah. Tapi, perhiasan sebagus dan semewah apapun, ngga akan bisa menandingi kecantikan Humairahku yang selalu bersinar." puji Bagas
" Ish, lebay lah. Ayo berangkat, udah mau malam nih." gandeng Syifa padanya.
Mereka keluar dari kamar, dan menuruni tangga bersama bagai sepasang raja dan ratu.
"Papi sama Mami, mau kemana?" tanya Reza, yang pulang dalam keadaan kusut.
"Mau pesta Pak Rayan. Peresmian cabag hotel. Kenapa?" jawab Bagas.
"Kok, ngga diajak? Pengen ikut." rengek Reza, dengan wajah lebaynya.
"Kenapa ikut? Disana semua berpasangan, kasihan kamunya. Nanti orang dansa, kamu bengong." ledek Bagas.
"Jahat kalian, jahaaaatttt!!!" pekik Reza, yang berlari kesal menuju kamarnya.
"Ayo, Mi. Jangah hiraukan dia. Terlalu lama jomblo, membuatnya seperti itu." ajak Bagas, ketularan lebay.
"Iya, ayo."
Karena sudah lewat jam kerja, dan Mereka akan menginap di hotel itu. Farhan sudah pulang, dan Bagas menyetir mobilnya sendiri. Syifa mengizinkan, dengan catatan agar tak terlalu kencang.
Mobil baru yang mereka beli, sebenarnya hadiah dari Bagas untuk sang istri. Tapi, Syifa masih enggan memakainya. Ia memilih diam di rumah, atau pergi harus dengan suaminya. Sesekali sendiri, jika Ia ingin mengunjungi Ayah dan Ibunya.
Di sebuah hotel mewah, dengan gedung yang baru dibangun. Tampak begitu banyak tamu yang datang. Mereka semua berpasangan, entah suami istri, sahabat, atau rekan kerja. Mereka datang dengan gaya nya masing-masing. Tak lupa Bagas memakaikan jasnya di pundak sang istri. Bukan karena dingin, tapi Ia tahu jika begitu banyak mata akan menatap kecantikannya.
"Jangan tebar senyum."
"Kenapa?"
"Senyum itu, hanya milikku." bisik Bagas, membuat Syifa kembali tersipu tersenyum manis.
Updated 240 Episodes
Comments
Samsuna
Reza jgn ngambek papi am mami LG mw kencang 😂
2022-07-21
0
NANA AJA
posesif
2022-07-15
0
meowza lee
posesif nya papih ih 🤭
2022-07-09
0