Syifa turun tangan membantu Reza
"Selamat pagi menjelang siang, Tuan Hamid. Saya Bagas Nata Nugraha, dari Nugraha's company." sapa Bagas, berjabat tangan dengan kliennya.
"Ya, Saya Hamid Nurfalah, dari Rejaksa Company." jawab Tuan Hamid, lalu duduk tepat di depan Bagas dan Syifa.
"Ini, istri Anda?" tanya Pak Hamid lagi.
"Ya, Istri saya. Dia lah, yang menemani saya ketika sedang sangat terpuruk kala itu. Tuan tahu 'kan, kasusnya?"
Syifa hanya tersenyum, tersipu malu sembari menyilakkan rambut panjangnya ke belakang telinga.
"Ya... Dan saya juga takjub, jika Tuan Bagas dapat sembuh saat ini." pujinya.
Tuan Hamid adalah seorang duda beranak Satu. Anak beliau, Tuna rungu wicara dan selalu ikut kemanapun Beliau pergi. Selama diskusi, Anak tersebut tengah bersama pengasuhnya di ruang bermain yang tersedia disana.
Syifa menunggu diskusi berjalan. Dengan tenang, dan menikmati camilan yang ada. Tampak, Tuan Hamid mencuri pandang pada Wanita yang manis itu. Bagas menyadarinya, tapi Ia masih diam selama Syifa tak merespon.
Bruuughhh! Seorang gadis kecil tak sengaja menabrak Syifa ketika berlari.
Syifa menoleh karena kaget, dan gadis kecil berusia Tujuh tahun itu tampak menunduk takut.
"Hey, kenapa? Tak perlu takut. Ngga papa, Tante hanya kaget." ucap Syifa dengan lembut.
"Maaf, itu putri saya." ucap Tuan Hamid.
"Ngga papa, namanya anak-anak." jawab Syifa, membelai rambut gadis bernama Haura itu.
Haura duduk di samping Papanya. Ia tampak begitu tenang, memperhatikan Syifa dengan sesekali tersenyum manis.
"Hay, kenapa? Mau ajak main?" tanya Syifa.
Haura hanya menggelengkan kepalanya, meski sebenarnya tampak ingin. Syifa diam dan bingung, kenapa Ia hanya diam. Hingga beberapa menit kemudian, Ia menyapa dengan bahasa isyaratnya.
"Ibu, cantik." puji Haura pada Syifa.
"Wah, terimakasih. Kamu juga cantik." balas Syifa, dengan bahasa isyarat yang sama.
Bagas meliriknya, begitu juga Tuan Hamid.
"Ifa bisa, bahasa isyarat?" bisik Bagas.
"Dulu pernah belajar, untung masih inget." jawab Syifa, dengan sedikit tawanya.
Haura tampak tersenyum bahagia, karena ada yang mampu melayaninya berbicara. Obrolan pun tampak semakin akrab meski tanpa suara. Sehingga tak mengganggu diskusi Bagas dan Tuan Hamid disana.
Diskusi berlanjut hingga menemukan kata sepakat. Bagas menjabat tangan Tuan Hamid, sembari berpamitan untuk pulang. Tapi, Haura justru berlari ke Syifa dan mendekapnya erat.
"Haura, ayo pulang." ajak Sang Papa.
Haura menggeleng manja, dan bahkan menyandarkan kepalanya di bahu Syifa.
"Ehm, maaf Nyonya. Haura, memang suka begitu jika sudah cocok dengan orang." ucap Tuan Halim.
Syifa hanya mengangguk, lalu kembali mengajak Haura bicara.
"Haura, pulang dulu. Besok, kita bertemu lagi. Tante janji, kita akan main bersama." ucap Syifa, dan Haura pun mengangguk padanya.
Haura kembali pada sang Papa, dan menggelendot dalam gendongannya. Mereka pun pamit pergi dan Haura melambaikan tangan perpisahan pada Syifa.
"Kelihatannya, dia suka kamu." bisik Bagas.
"Haura, apa Papa nya?" tanya Syifa.
"Lah, kenapa Papanya. Emang Ifa tahu, kalau dia ngelirik Ifa terus?"
"Tahu, insting Ifa kan kuat. Hehe."
"Ish, dasar wanita ini." gemas Bagas, berbicara sembari memajukan bibirnya.
Cuuuppp! Kecup Syifa di bibir sang suami. Meski ditempat ramai, tapi mereka berada di pojok ruangan, sehingga tak begitu nampak.
"Ih, nakal?"
"Biarin, nakal sama suami sendiri." tawa Syifa.
Bagas pun berdiri, menyambut tangan Syifa. Mereka beranjak pergi, dan meninggalkan tempat itu, untuk kembali menuju kantornya.
Entah, makin lama Syifa terfikir akan Reza. Seperti ada rasa kasihan pada nya, hingga Ia merasa harus turun tangan untuk membantunya. Meski harus diam-diam, agar Bagas tak menyadarinya.
Updated 238 Episodes
Comments
Siti Aisyah
bener mom ifa...bantuan adik ipar nya ..kasihan cinta nya bertepuk sebelah tangan...dia sdh kebelet banget sama olin
2022-06-13
0
Kar Genjreng
Anak bujangnya... ga berani bisakah Ifa bantu... kadian Reza
2022-06-13
0
Kokom Komala
ya Syifa bener harus bantuin reja kasian tau reja
2022-05-31
0