Dulu pengap, sekarang nyaman.
Bu Mariam membantu Reza mengelap tubuhnya. Terasa nyaman kini, dan wangi meski bau minyak telon bayi.
"Ibu adanya ini. Ngga papa, ya? Kan seger."
"Iya, Bu. Seger banget. Makasih, ya." balas Reza dengan senyum manjanya.
Hari sudah semakin gelap. Reza pun mendapatkan jatah makan malamnya, dan langsung di suapi oleh Bu Mariam hingga tandas. Tak lama kemudian, Gibran pun pamit pulang karena banyak tugas yang harus di kerjakan.
Tinggallah, Pak Abu dan Bu Mariam yang menunggu Reza dan tidur di sana.
"Maaf, Reza ngerepotin. Reza ngga punya saudara lain, kecuali keluarga Bagas dan kalian."
"Ngga usah ngomong begitu. Kita ini semua keluarga. Ayah pun, jika tahu dari kemarin, pasti akan dari kemarin juga menunggu kamu." ucap Pak Abu.
"Udah, ngga usah di fikirin. Besok katanya mau pulang. Cepet tidur, biar besok fresh. Ayo..." himbau Bu mariam, yang merebahkan diri di sofa. Sedangkan Pak Abu, tidur di lantai dengan kasur tipis yang di kirim Syifa untuknya.
Bagas ingin menyewakan Satu tempat tidur lagi, tapi di larang mertuanya.
" Hanya menginap sehari, tanggung." jawab Pak Abu, lewat teleponnya tadi siang.
Reza pun mulai memejamkan mata. Semakin mengantuk, apalagi parewat baru saja memberinya injeksi.
***
"Mas, udah malam loh." tegur Syifa.
"Iya, sayang. Tahu kok. Tidur aja duluan, kalau udah ngantuk."
Syifa hanya diam, duduk di sebelah Bagas dengan memajukan bibirnya. Matanya menyipit, menatap sang suami yang begitu fokus pada layar laptopnya.
Bagas melirik sejenak, geli melihat tatapan Syifa yang seperti itu.
"Ih, apaan sih?" tawa Bagas, sembari mengusap wajah Syifa.
"Besok, mau ngga mau harus kembali ke kantor. Suasana masih semrawut. Ada aja huru hara yang ditimbulkan. Kamu di culik, aku di culik. Meski sudah tuntas, aku harus memberitahu mereka, jika aku baik-baik saja. Dan, supaya Reza dapat istirahat."
"Tapi Mas juga harus istirahat. Kan, Mas juga belum pulih benar." ucap. Syifa.
"Iya, tahu. Sedikit lagi, setelah itu nyusul tidur." kecup Bagas di dahi sang istri.
Syifa pun tidur membelakangi Bagas. Bukan karena ngambek, tapi jika menghadap Bagas, pasti selalu ingin memeluk.
Bagaspun terus mengusap rambutnya dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya bergumul dengan laptop yang Ia pangku.
Mereka belum pindah kamar keatas. Syifa masih begitu lelah, dan Bagas masih begitu sibuk. Meminta bantuan para Bibik pun, Syifa harus tetap turun tangan dengan barangnya yang begitu banyak.
Bagas dan Mama Ayu sempat menyarankan, agar kamar tersebut sedikit di renovasi sesuai dengan yang Syifa mau. Tapi, Syifa menolak.
"Ini aja, Ifa suka banget. Ngga usah di apa-apain. Masa bodoh dengan kenangan. Kenangannya boleh buruk, tapi kalau karyanya bagus, why not? Kecuali, kalau Mas yang ngga bisa move on." ledek Syifa pada suaminya.
Akhirnya mereka pasrah dengan keinginan Syifa. Asal Ia nyaman disana.
Rasa kantuk mulai menyerang Bagas. Ia yang sudah hampir Tiga jam berkutat dengan laptop, akhirnya menaruhnya di nakas. Ia pun membaringkan tubuhnya, dan menarik lengan Syifa agar memutar haluan untuk memeluknya.
Syifa pun menggeliat, lalu membenamkan diri di tubuh Bagas. Sepertinya, memang terasa begitu hangat dan nyaman disana. Tepat di depan dada suaminya yang bidang, dengan mencium aroma tubuhnya yang wangi.
Bagas pun tak lupa mematikan lampu, karena Syifa suka tidur di kegelapan. Meski awalnya tak suka, namun kini Bagas sudah terbiasa dengan itu semua.
"Jika dulu pengap, tapi sekarang nyaman." ucap Bagas dalam hati.
Updated 238 Episodes
Comments
Kar Genjreng
semoga langgeng jangan ada lagi pelakor... dan penculikan lagi.. tante viona dan farah biar istiraht dulu sebelum tinggal di hotel prodeo.. yah 👍👍👍
2022-06-13
0
Kokom Komala
aduh reja bener bener bayi gede masa pake minyak telon ah reja reja
2022-05-31
0
Samsilah Rambe Ila
bayi besar nya sekarang ganti😅😅😅
2022-06-24
0