Keisengan Reza
"Kenapa kau diam saja?" tanya Bagas, pada Om Edward yang sama sekali tak memberikan respon apapun.
"Kenapa diam? Masih tak menyesalkah dengan perbuatanmu! Perbuatan yang bahkan nyaris membuat anakmu mati konyol disana! Bahkan istrimu, Mama ku lah yang mengurusnya ketika sakit. Ketika kau sedang berada dalam jeruji besi." Bagas Murka.
"Bohong! Dia meninggal karena tak ada yang bisa merawatnya. Istriku meninggal seperti Ibuku. Mati mengenaskan, ketika anak dan suaminya pergi." tukas Om Edward, yang matanya mulai memerah.
Barulah Om Edward menunjukkan responnya, ketika mensengar semua tentang istrinya. Ia mulai terisak, air matanya keluar. Tak lama, Ia pun histeris dan menangis sejadi-jadinya. Ia bahkan berguling-guling seperti anak kecil, mengucap nama Reza dari bibirnya.
"Aku tak mempan lagi dengan sandiwara dan tangisanmu. Hukum, tetaplah hukum. Jika pun kau lolos, kau akan mendekam di Rumah Sakit jiwa, nantinya." ucap Bagas, bediri dan melangkah pergi.
"Dia kenapa?" tanya Pak Bonar.
"Periksa kejiwaannya. Jika memang benar apa yang dikatakan Reza, bawa dia ke Rumah Sakit Jiwa. Dan bagaimana pun caranya, cari Viona dan Farah." titah Bagas
Om Edward masih terus histeris di dalam ruangannya. Bagas meminta, agar tak ada satupun orang yang memberitahu hal ini pada Reza, meski sebenarnya Reza tahu masalah Papanya.
Rumah Tante Viona mulai dipasangi garis polisi. Sayangnya, tak ada satupun orang disana, kecuali pembantu mereka. Itu pun, tak mengerti dengan semua pertanyaan polisi.
"Ada kemungkinan, Ia akan kabur ke luar negri bersama anaknya." ucap seorang detektif yang Bagas sewa.
"Hhh, Coba saja. Ke luar kota saja tak akan bisa, apalagi ke luar Negri. Semuanya sudah ku blokir." Bebernya.
***
Reza terbangun dari tidurnya. Wajahnya tampak sayu, antara sedih dan lelah. Luka di tubuhnya, tak sesakit yang ada di wajahnya.
"Mas, udah bangun?" tanya Syifa, yang juga sempat terlelap di sofanya.
"Fa, Bagas mana?"
"Sedang pergi. Ada perlu sesuatu?" imbuh nya.
"Perutku, rasanya sakit. Tapi....."
"Mau ke kamar mandi, atau mau pakai pispot? Biar Ifa bantu." tawar Syifa.
Wajah Reza memerah. Ia tak mampu menjawab, dan hanya terus memegangi perutnya. Bukan takut pada Bagas, karena memang Ia tengah sakit parah saat ini. Tapi, Ia masih segan ketika harus dengan orang lain ke kamar mandi.
"Ayolah, ngga papa. Daripada melilit." bujuk Syifa.
"Ta-tapi, Kamu di luar, ya?"
"Ish, iya... Ayo cepetan." ajak Syifa.
Syifa membantu Reza turun dari brankarnya. Reza kekeuh, tak mau memakai pispot karena malu. Sehingga, Ia menggunakan sisa tenaganya berjalan menuju kamar mandi.
Kamar mandi nya tak terlalu luas, dan untung saja menggunakan closet duduk sehingga Reza lebih mudah melakukan hajatnya. Ia duduk, sedangkan Syifa menunggu di luar sembari memegangi cairan infusnya yang masih mengalir.
"Fa..."
"Iya, Mas?"
"Bagas sudah sembuh. Tapi, kontrak kalian hilang 'kan?"
"Hihi... Bukan hanya hilang, tapi sekarang hubungan kami lebih..... Hihi.." tawa Syifa menggemaskan.
"Aku hanya mau bilang. Sekarang Bagas sudah berada dalam mode normalnya. Kamu, harus menyiapkan diri."
"Untuk apa?" tanya syifa, mulai bingung.
"Setahun menikah, tanpa melakukan apapun. Kamu fikir, akan bagaimana dia? Kamu, harus mulai siaga Satu." jawab Reza.
"Waduh....." ucap Syifa, dengan menelan salivanya.
Fikirannya jauh menerawang kemana-mana. Apalagi, dengan kejadian tadi malam. Ya, mau tak mau memang Ia harus siap. Apalagi, selama ini Ia lah yang selalu memancing Bagas.
Emang si Eja. Sempet-sempetnya lagi ngeden ngisengin Mami. Heran deh. 🤣🤣
Updated 238 Episodes
Comments
Siti Aisyah
ejaaa...gak kamu kasih tau jg mami syifa sudah siaga satu dari kemarinterbukti begitu pulang langsung bobo gawang nya syifa sampai gak bisa bangun hahahahaha
2022-06-13
0
Afrida Zahra
resa resa mukanya serius dengan hajatnya malah bikin syifa traviling kejadian semalem😁😁😁😁😁
lanjut💪💪💪💪💪
2022-06-08
0
Kokom Komala
waduh reja sotoy j uga yah bilang gitu Ama Syifa reja aja yang gatau mereka udah bulan madu
2022-05-31
0