Kenyataan dari masa lalu.
"Hallo, Pak Bonar?"
"Ya, Bagas. Kamu dimana? Saya sudah menunggu daritadi."
"Di jalan. Barusan, lihat Reza dulu." balas Bagas.
"Ya, segeralah kemari. Dia sedang dalam keadaan sadar."
"Baiklah." jawab Bagas. Ia pun meminta Farhan agar memacu mobilnya dengan cepat.
Ia janji dengan Pak Bonar, menemui Om Edward. Akhirnya, Ia memiliki kesempatan lagi untuk menjelaskan masalah keluarga mereka, setelah sekian lama kembali memanas.
"Kali ini, aku punya buktinya." lirih Bagas.
Pak Bonar terbelalak menatap Bagas. Meski sudah terbiasa dengan dirinya, tapi kali ini serasa ada aura yang berbeda.
"Orang, kalau sakit lama terus sembuh, pasti ada saja perbedaannya. Apalagi, sudah punya istri. Menikah setahun, tapi baru jadi pengantin baru pastinya." ledeknya, tapi bukan di depan Bagas.
Ia pun menghampiri, ketika Bagas telah masuk.
"Dimana dia?" tanya Bagas.
"Ada di dalam ruangan. Sendirian, dan gelap."
"Biar aku sendiri. Mana berkasnya?"
"Yakin?"
"Masih tidak faham denganku?"
"Bukan begitu? Yang aku tahu, kau masih sakit." ucap Pak Bonas.
Bagas hanya melirik tajam, lalu Pak Bonar pun memberikan berkas itu padanya. Ia di bimbing masuk dalam ruangan. Hanya Bagas dan Om Edward yang ada di sana.
Om Edward tampak kacau. Wajahnya kusam, matanya bengkak, dan sesekali menarik ingus di hidungnya.
"Kau, tak bawa obat untukku?" tanya Om Edrward.
"Obat, atau racun? Untuk apa? Apa masih ingin sembuh?"
"Aku bahkan tak tahu, bagaiman rasanya sembuh. Atau, bagaimana rasanya sakit. Tapi, ketika meminum obatku, rasa percaya diri semakin tinggi." jawabnya santai, dengan menatap keatas atap. Sesekali menggelengkan kepalanya, mungkin berat, karena yang di inginkan tak ada..
Bagas melemparkan beberapa berkas untuk Om Edward. Membuat Om nya itu memicingkan mata penuh tanya. Berkas yang tampak kumal, dan bahkan sebagian sudah hancur di makan rayap.
"Apa ini? Berkas jadul?"
"Ya, berkas Nenek dan Oma." jawab Bagas.
"Untuk apa? Melakukan pembelaan lagi." tawanya mengejek.
Bagas hanya diam, membiarkan Om nya membaca seluruh isi yang sudah susah payah di kumpulkan. Dari surat-surat nenek pada Oma, bahkan beberapa wasiat Nenek mereka ketika menyerahkan Om Edward pada Mama tirinya.
"Dia yang menyerahkanmu pada Oma. Bukan Oma yang mengambil dan ingin menyiksamu. Kau tahu, tapi kau tak ingin melihat kebenaran."
"Dia membawaku, karena ingin menyiksa Ibuku." sergah Om Edward.
"Di bagian paling belakang, ada surat keterangan kematian. Yang menandatangani adalah Oma. Dia yang menunggu Nenek sakit sampai akhir hayatnya. Itu, ketika kau kuliah di Luar negri, bukan?" tanya Bagas.
Om Edward menurutinya, lalu melihat selebaran kertas di bagian paling belakang. Tertulis sesuai yang di katakan Bagas, karena memang surat kematian di butuhkan untuk pencairan asuransi kala itu.
" Oma yang mengurusnya, bukan mereka. Dan ketika semua dana cair, orang-orangmu hanya bisa berebut meminta bagian tanpa rasa malu."
"Tapi mereka mengurus Ibuku! Mereka merawatnya selama aku pergi!"
"Bulshit...! Orang suruhan Oma lah yang melakukan. Ia dipecat dengan segala fitnah, ketika tahu kau akan kembali." timpal Bagas.
Om Edward kembali membuka satu persatu berkas itu. Dan menemukan sebuah foto lama. Ketika Ibu kandung, dan Ibu tirinya berfoto bersama dengan kehamilan masing-masing. Ia tak dapat menemukan itu di rumah tua, karena rumah itu sempat rusak karena banjir. Dan sisanya, dibuang oleh Tante Viona agar dapat memalsukan kenyataan.
" Mereka bahagia, bukan saling lempar derita seperti yang kau fikirkan. Mereka berbagi tugas, apalagi dengan keadaan nenek yang lemah. Justru Oma yang begitu kuat membantu Kakek mendirikan perusahaan. Mereka saling mengerti dan memahami, bukan seperti yang kau tahu. Semua salah."
Om Edward hanya bisa diam. Tangannya gemetaran, dan bibirnya pun bergetar tak terkendali. Ia kehabisan obat penenang, dan sengaja Bagas tak memberikannya lagi.
Tatapan matanya kosong, berkaca-kaca, namun tak dapat mengeluarkan netranya. Tubuhnya mematung, menggenggam foto sang Ibu yang memang begitu cantik di masa kehamilannya. Tersenyum tanpa beban, tak seperti yang mereka katakan selama ini tentangnya..
Updated 238 Episodes
Comments
Siti Aisyah
viona dan aldo dalang dari perpecahan keluarga nugraha yg selalu meracuni otak nya edward..maka nya hrs dibasmi sampai tuntas...apalagi ada anak nya yg perempuan..dokter tp oon kata syifa jg..
2022-06-13
2
Kar Genjreng
Om Edward mengapa gampang di tipu oleh iparnya... untung Anaknya ga ketipu.... dan coba cari tau sebab mama Reza meninggal.... saat nya bangkit Om ikuti saran Bagas.. sodara nya Ayu..
2022-06-12
1
Wiwin Susilowati
makanya jadi orang jangan emosinya di gedein
2022-06-09
0