Aku selalu gagal, Bu.
Reza menghentikan motornya. Ia masuk ke dalam rumah sang Papa, dan beristirahat sejenak disana.
Tampak Papanya sedang duduk bersandar di sofa, dengan memeluk foto Ibunya yang cantik jelita. Dengan sanggul, dan kebaya khas jaman dulu dan dandanan yang natural. Ia duduk melamun, dengan tatapan yang kosong.
"Pa... Sudah makan?" tanya Reza, menghampiri.
"Belum." jawabnya singkat.
Reza lalu melepaskan jasnya, dan melangkahkan kakinya menuju dapur. Ia memasak, meski sederhana karena memang hanya ada bahan seadanya di sana. Pembantu yang ada, hanya datang beberapa hari sekali untuk beberes. Itupun jika Papa Reza tak ada di rumah.
Usai memasak, Reza pun menghampiri Sang Papa untuk menyuapinya.
"Kamu, sudah pulang?" tanya sang Papa.
"Reza izin lebih cepat. Karena tahu, Papa butuh Reza hari ini. Ke makam Nenek?" tanya Reza.
Om Edward mengangguk, dan tampak antusias memenuhi ajakan Anak semata wayangnya itu.
Usai menyuapi sang Ayah, Reza membawanya ke kamar untuk berbenah diri. Ia mendadani sang Papa dengan begitu rapi, dengan baju koko dan peci hitam dikepalanya. Setelah itu, Ia membersihkan diri dan berdandan serupa dengan sang Papa.
"Ngga bawa, rangkaian bunga?" tanya Om Edward padanya.
"Kita beli aja dijalan." jawab Reza, lalu mulai menyetir menuju sebuah pemakaman, dimana Mama dan Neneknya dimakamkan disana.
"Mba, bunga mawar putihnya, Dua." pinta Reza, pada seorang pedagang yang ada di lampu merah.
"Kenapa Dua?" tanya Om Edward.
"Satu buat Mama."
"Mamamu, alergi bunga."
"Itu ketika Mama masih ada. Tapi sekarang, Mama bisa menghirup mawar putih itu dengan bebas tanpa bersin sama sekali." jawab Reza.
Tiba di pemakaman. Mereka beriringan dengan mawarnya masing-masing. Berjalan menuju Dua buah makam yang berdampingan. Itulah Makam Nenek, dan Mama Reza.
Awalnya, makam itu adalah makam keluarga Nugraha. Tapi, Om Edward dan Klannya tak mau menerima ketika Oma Bagas akan dimakamkan disana, sehingga Makam Kakek Nugraha dan istrinya (Mamanya Mama Ayu) di pindahkan ke tempat lain. Maka dari itu, Reza sendiri tak membawa Marga Nugraha di belakang namanya.
Om Edward bersimpuh, tertunduk lesu sembari menangis di pusara sang Ibu. Sedangkan Reza diam dengan doa nya dalam hati.
"Bu... Aku gagal lagi. Berkali-kali, selalu gagal dan terus tak dapat menepati janji. Aku tahu, Ibu bahkan tak pernah memintaku merebut perusahaan. Tapi aku tahu, batin Ibu juga ingin mendapatkan hak dan nama besar dalam perusahaan itu. Aku... Tak dapat menghadiahkannya lagi, bahkan tepat di hari kematian Ibu. " ucap Om Edward, dengan air mata yang menganak sungai.
Reza hanya menatapnya. Ia tak mau merusak moment yang ada. Karena disini, Om Edward bisa tulus dengan segala rasanya, tak seperti ketika bersama yang lain.
" Ma... Mama pasti tahu jika Reza sedang bingung sekarang. Benar, Ma, kepala Reza bahkan sampai sakit memikirkan semua ini. Tapi ketika ingat pesan Mama, Reza harus kembali bangkit dan semangat untuk menyadarkan Papa, meski entah kapan itu terwujud." ucap Reza dalam hati, dengan menatap pusara sang Mama yang terawat dengan rapi.
" Tapi, Ma... Ini kali pertama, Reza dan Papa menyesali sebuah kesalahan yang sama. Yaitu ketika, kami berdua tak mampu mewujudkan keinginan bidadari kami di akhir hayatnya." imbuh Reza.
Meski, sebenarnya keinginan Ibu Edward belum tentu seperti itu adanya. Karena ketika meninggal, Om Edward tengah berada di luar Negri untuk menjalani kuliahnya bersama Mama Ayu.
Updated 238 Episodes
Comments
Kokom Komala
semoga papa kamu cepet menyadari reja apa yang telah di lakukanya itu salah
2022-05-30
0
Kar Genjreng
Om Edward lekaslah sadar... dan menjadi Kelurga nya damai kembali... 🤗🤗🤗🤗🤩🤩🤩🤩
2022-06-12
0
Puri Sintia
papa nya reza tuh jdi kyk punya dua kepribadian ya?🤔
2022-06-23
0