Makan lah dengan cinta..
Bagas telah di bawa ke kamar oleh Papanya. Ia duduk, dan istirahat di ranjang sembari fokus memasang telinga. Is ingin tahu, kapan mereka sampai.
"Dia, sampai." ucap Bagas.
Ia kemudian pindah lagi, ke kursi rodanya, dan berjalan keluar menghampiri mereka yang datang.
"Assalamualaikum..." ucap Reza, dengan Syifa dalam gendongannya.
"Syifa....?" panggil Bagas lirih.
Syifa menegakkan kepala, lalu turun dari gendongan Reza. Ia menatap Bagas, yang juga menatapnya dengan mata merah menahan air mata.
"Mas... Maaf, Ifa pulangnya telat." ucap Syifa, dengan merapikan rambutnya yang berantakan.
Bagas mengulurkan tangan, dan Syifa pun berlari memeluknya.
"Maafkan aku. Maaf." ucap Bagas, dengan segala sesal yang ada.
"Bagas, Syifa. Kalian kembali ke kamar dan istirahat. Syifa tampak begitu capek, dan butuh membersihkan dirinya." ucap Mama Ayu.
"Ma, Reza... Terimakasih." ucap Bagas pada mereka.
"Mas, tas sama Hp Ifa hilang." lapor Syifa, sembari berjalan menuju kamar.
"Kita beli lagi."
"Kan, perusahaan udah pindah tangan gara-gara Ifa tanda tangan tadi. Emang, ada uangnya?"
"Tanda tangan kamu berlaku, jika aku masih sakit. Nyatanya, tangan ku sudah sembuh. Meski dengan itu, aku harus segera kembali ke kantor." jawab Bagas.
Syifa kemudian pamit mandi, dan Bagas berinisiatif untuk menyiapkan pakaian untuk sang istri. Meski sulit ketika mengambilnya, tapi berhasil dengan sebuah piyama pendek milik Syifa.
"Mas, tangan Ifa luka." lapor Syifa, yang keluar dari kamar mandi.
Lukanya cukup parah, dengan beberapa memar. Diewajahnya juga, ada beberapa goresan, tapi cukup jelas terlihat meski dari kejauhan. Bagas tampak begitu perih melihatnya.
"Entah, begitu sakit melihatmu terluka seperti itu." batin Bagas.
Syifa yang telah mengganti pakaian, lalu menghampiri Bagas dengan kotak P3knya. Bagas membalut luka yang ada di pergelangan tangan, dan beberapa yang di wajah dengan begitu terampil.
"Awwwh, sakit, Mas. Pelan-pelan." pekik Syifa.
"Iya, ini udah pelan. Sabar dikit dong, kalau udah selesai kan enak." ucap Bagas.
Deeeeeggg! Langkah Reza terhenti tepat di depan pintu. Ia yang berniat baik membawakan makan malam untuk Syifa, hanya bisa terdiam hampa, menyandarkan kepala di badan pintu tersebut.
" Katanya sakit, katanya lelah. Tapi, kenapa? Entahlah, Aku tak tak tahu. Semakin lama begini, otakku akan semakin kotor. Lebih baik, aku pergi. Biarkan mereka kelaparan dengan cinta yang mereka miliki." ujar Reza, kesal.
Ia pun melangkahkan kaki, meninggalkan ruangan kedua sejoli itu. Makanan yang Ia bawa pun, Ia santap sendiri dengan begitu kesal di meja makan.
Bagas telah selesai dengan balutannya. Luka tertutup rapi, dan rasa sakitnya seolah hilang seketika. Ia pun memberikan lengannya pada Syifa.
"Kenapa?" tanya Syifa.
"Maaf. Padahal, kamu tak ingin pergi, tapi aku memaksamu. Maaf, telah membawamu dalam kondisi yang begitu menyakitkan. Padahal, aku belum bisa melakukan apapun untukmu."
Syifa pun memicingkan mata, menatap Bagas dengan tajam lalu memberikan cubitan gemas padanya.
"Iiiiiiih...! Ini, hukuman karena Mas ngga mau makan. Terus ini hukuman karena Mas, bahkan ngga mau menyentuh obat sama sekali." ucap Syifa. Sontak Bagas meringis kesakitan karenanya.
"Si-siapa yang bilang? Reza?"
"Siapa lagi? Gimana mau melindungi, kalau diri sendiri ngga bisa jaga kesehatan? Yang ada malah lemes, ngga sembuh-sembuh." omel Syifa.
Bagas hanya tersenyum menatapnya. Ia bahagia, karena senyum Syifa kembali.
"Hanya tinggal kalian. Kau, dan seluruh keluargamu. Tak akan pernah lepas dariku." batin Bagas, yang semakin menyimpan dendam mendalam pada musuh besarnya itu.
Updated 238 Episodes
Comments
Siti Aisyah
bener kan ....bagas gak bodoh...jangan dlu julid komennya...
2022-06-13
1
Berlian Rasmi Hasibuan
siapa sihc yg buat kekacauan.....jd penasaran thorrrrr😁😁😁😁
2022-06-17
0
Kar Genjreng
masih rahasia Thor tu si musuh besar💪💪💪😁😁😁😁 wek wek wek wek 🤗🤗🤗🤗
2022-06-11
0