Lakukan saja, apa yang harus dilakukan
"Mas ngga papa? Ifa lihat, tadi mereka mukul Mas bagian belakang."
"Untuk saat ini, belum ada rasa sakit. Entah nanti. Yang penting kamu sehat dulu sekarang."
"Tapi bosen, Ifa pengen pulang. Udah sehat kok."
"Ifa...."
"Serius, Mas. Ifa sehat, bahkan sangat sehat. Ini infusnya cuma antibiotik, nanti lanjutkan pakai obat oral aja."
"Yasudah... Minta Reza urus kepulangan kamu. Eh, dimana dia?" tanya Bagas, mencari reza yang sudah tak ada lagi di dekatnya.
Bagas meraih kursi rodanya, lalu mencoba berpindah dari brankar Syifa.
"Nanti jatuh, biar Ifa aja bantuin."
"Ngga usah, jangan. Bisa kok. Kalau ngga usaha, ngga akan bisa." ucap Bagas, yang akhirnya berhasil berpindah tempat.
"Ifa istirahat aja, Mas mau cari Reza. Tadi, lupa bawa Hp soalnya."
"Iya, hati-hati." pesan Syifa, lalu kembali berbaring di brankarnya.
Bagas keluar, berkeliling mencari Reza di setiap sudut ruangan. Hingga menemukannya di sebuah pos jaga untuk para perawat.
"Ngapain disini?" tanya Bagas.
"Ngecengin suster, siapa tahu ada yang nempel. Daripada harus bertahan disana, tapi sakit." jawab Reza.
Bagas hanya mencebik bibir, lalu memanggil perawat yang ada disana.
"Iya, Pak? Ada apa?"
"Istri saya, dia mau pulang saja. Dia bilang sudah baik-baik saja." balas Bagas.
"Baiklah, kami akan segera urus administrasi untuk kepulangannya. Dan juga, akan melepas infus dan semua alat yang terpasang."
"Ya, terimakasih." ucap Bagas, kemudian, tatapan nya beralih ke Reza. Tatapan begitu tajam, sungkan, tapi harus di utarakan meski akan begitu sakit.
"Kenapa?" tanya Reza. "Kenapa lihatin gue begitu?"
"Ikut aku." pinta Bagas.
Reza beralih, lalu mendorong Bagas menelusuri lorong Rumah sakit, menuju tempat yang sepi dan tenang. Lalu, Ia pun duduk dan menghadap Bagas. Begitu serius tatapannya kali ini.
"Papa mu?"
"Kenapa lagi dengan Papa? Dia buat masalah?"
"Mungkin. Dan kali ini, harus benar-benar kami selidiki. Bukan karena Syifa, tapi kali ini benar-benar sudah diambang batas. Dia sudah berani membuat onar di rumah peninggalan Kakek."
"Lalu, kenapa membicarakan ini padaku? Lakukan saja, apa yang perlu di lakukan. Bicara seperti ini, bukankah kami takut jika akan bocor padanya?"
"Za....."
"Aku tahu, jika hingga saat ini kau begitu sulit mempercayaiku. Meski aku bahkan berusaha sekuat tenaga untukmu. Aku hanya ingin, kau melihatku dari kerja keras yang ku lakukan. Tanpa memandang Papa, dan semua tentangnya." ucap Reza.
"Maaf, aku hanya ingin yang terbaik untuk kita semua, Za. Menghindari pertikaian, hanya karena saling curiga.."
"Ya, aku faham. Sangat faham karena posisimu memang sulit. Yasudah, lakukan apa yang harus di lakukan. Aku tahu, kau sudah begitu menahan semua ini sejak lama. Hanya karena, dia itu Om, Adik Mama, dan Papaku. Bertindaklah, sesuai apa yang menurutmu benar, dan aku akan selalu mendukungnya. " balas Reza, yang tampak berusaha ikhlas dengan segala keadaan.
" Kau tak apa?"
" Ya jelas, aku bahkan merasa lega sekarang. Kalau memang itu yang terbaik untuk kita semua. Ayo, Syifa pasti sudah menunggu." ajak Bagas.
Reza kembali berdiri, menggenggam dan mendorong kursi roda Bagas untuk kembali pada Syifa. Menyusuri lorong panjang itu berdua, sembari bersenda gurau seperti biasa. Seolah tak ada apapun yang baru terjadi diantara mereka. Bahkan, tak jarang saling lempar ejekan satu sama lain.
"Mas, kok lama." tanga Syifa, yang ternyata sudah sangat siap untuk pulang.
"Maaf, nemenin Reza curhat dulu soalnya." balas Bagas.
Karena memang mereka tak membawa apapun ketika datang, mereka pun tak begitu repot ketika pulang. Hanya membawa badan, dan beberapa obat yang diberikan dokter untuk Syifa.
Updated 238 Episodes
Comments
Kar Genjreng
Walaupun itu ayah nya tapi Reza bersikap adil.. yang benar ya di benarkan... yang salah walaupun itu orang tuanya... mau bagaimana lagi ya ga... siap thor.. 👍👍👍👍
2022-06-02
2
Kokom Komala
sukurlah Syifa cepet pulang dari rmh sakit biar cepet menunanykan bulan madu
2022-05-29
0
Berlian Rasmi Hasibuan
d kacangin tuh mas bagas....tp bagusssssslah menurutku😂😂😂😂😂😂
2022-06-17
0