Bercandanya ngga lucu, Humairah.
"Tuan... Tuan tak apa?" tanya Farhan yang berlari menghampirinya.
"Farhan, periksa Bibik di belakang."
"Baik." ucap Farhan, lalu masuk ke dalam. Ia mendapati Bik Darmi dan Bik Minah terkurung di kamar mandi dapur. Sedang kan kondisi baik-baik saja.
Bagas membawa kursi roda nya menuju kamar, dan mencari jejak yang terjadi di sana.
"Apa yang mereka cari? Berkas apa? Tapi, kenapa Syifa begitu mereka incar, sehingga tujuan awal di lupakan?" fikir Bagas.
Ia pun menghampiri nakas, dan terdapat darah Syifa disana.
"Maafkan aku, Humairah. Aku yang belum berguna ini, belum dapat melindungimu, hingga darah mu harus keluar demi aku. Demi Tuhan, ini tak akan terjadi lagi." sumpahnya.
Dengan keinginan keras, bukan hanya semangat yang terpacu, tapi jiga ambisi. Bagas menelpon pengacaranya, lalu memanggil Farhan untuk mengambil sesuatu di kamarnya paling atas.
Sebuah file berisi dokumen penting, lalu Ia meminta Farhan untuk mengantarkannya kepada Pak Bonar.
"Tidakkah, menghampiri Nyonya, di Rumah sakit?" tanya Farhan.
"Setelah ini, kita akan langsung kesana." jawab Bagas dengan wajah datar.
Farhan pun mengangguk, dan mulai menaikkan Bagas ke dalam mobilnya.
***
"Setidaknya, berkas ini aman disini." ucap Bagas, pada Pak Bonar.
"Kenapa, ada sesuatu?"
"Rumah kami di serang, tadi. Awalnya mereka bilang berkas, tapi entah kenapa jusru menyerang Syifa. Dan sekarang, dia di Rumah Sakit karena luka di kepala." jawab Bagas, yang tampak begitu cemas.
"Oh, mungkin mereka ingin agar Syifa........"
"Mungkinlah... Rasa bersalah ini semakin tinggi padanya." sesal Bagas.
"Baiklah, ini aman dan langsung akan ku kerjakan sesuai yang kamu mau. Paling lambat seminggu, maka akan ada panggilan untuk penanganan kasus." ucap Pak Bonar.
"Baik, aku akan pergi pada Syifa. Semua aku percayakan pada Anda, Pak Bonar." balas Bagas, lalu meminta Farhan untuk mengantar nya ke Rumah sakit.
***
"Za, gimana kondisi Syifa?"
"Di rawat, tapi hanya semalam untuk sekedar observasi. Tanggung juga, karena hari sudah malam. Sesekali, dia jadi pasien." jawab Reza, yang kini duduk di samping Syifa.
Syifa tampak tidur pulas, dengan infus di lengan dan verban di kepala.
"Cidera tak terlalu parah, hasil rontgen pun menyatakan aman." imbuh Reza.
Bagas memintanya, untuk membawa tubuhnya duduk di brankar Syifa. Ia ingin mengusap rambutnya, meminta maaf atas segala kesakitan yang telah Ia berikan pada istrinya itu. Dan Reza pun membimbingnya naik ke brankar, lalu duduk di kursinya kembali.
"Sayang, apa itu sakit? Maafkan aku, yang hingga sekarang belum bisa membuatmu bahagia. Aku terlalu banyak memberi harapan dan janji, tapi belum dapat aku tepati. Aku... Bahkan mulai mempertanyakan keajaiban yang ada. Kenapa tak kunjung menghampiriku?" ucap Bagas, dengan air mata berderai.
" Sabar, Gas. Dia ngga terlalu parah, kok." lirih Reza.
Bagas berusaha membungkuk, memeluk Syifa dengan rasa sesal di hatinya. Tapi, sebuah pandangan menganggu fikirannya. Ketika Ia melihat sebuah buah Pisang, yang nyaris separuh habis.
"Reza ngga makan Pisang, dia ngga suka. Jadi?" gumamnya dalam hati.
Bagas lalu mengambil Pisang itu, dan mencocokkan sisa gigitan itu di bibir mungil Syifa.
"Cocok ukuranya, apalagi gestur giginya, tapi....."
Bagas meletakkan pisang itu lagi ditempatnya. Ia kembali membungkuk, dan mengendus bibir Syifa.
Cuuupppp!! Syifa mengecup bibir Bagas, dengan tawa gemasnya. Lalu duduk melempar tawa ke Bagas.
"Bhaaaaaa.....! Ifa bangun." ucap syifa, tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Bagas membulatkan mata, antara senang dan kesal. Ia pun menatap Reza, tapi sepupunya itu hanya mengedikkan bahunya.
"Kalian sekongkol?" tanya Bagas dengan wajah datarnya.
"Ya, Syifa mau ngetes seberapa cemas loe ke dia. Gua mah, nurut aja." jawab Reza.
"Ifaaaaaaa!! Beraninya, kamu." lirih Bagas, dengan tatapan tajamnya.
"Sesekali, lihat Mas nangisin aku."
"Bercandanya ngga lucu, Humairah. Aku setengah mati cemas mikirin kamu. Kamu malah bercanda. Minta di hukum." omel Bagas dengan mencubit lengan Syifa.
Tapi Syifa tak merespon, hanya tertawa mengalungkan lengan di leher Bagas. Mereka pun saling berbalas kecupan setelahnya.
"Kan..... Kan.... Keluar ah, ngeselin mereka." gerutu Reza yang tampak jengah dengan pemandangan.
Updated 238 Episodes
Comments
Kar Genjreng
kasian Reza jomblonya meronta ronta. 🤭🤭🤭🤭🤭🤭tega ya no berdua ngeselin ya Za... ketok aja Za... pakai pusang bekas gigitan Asyifa..
2022-06-02
1
pandan wangi
sabar rezaa sebentar lagi lo juga bisa seperti mereka, bilang sama authornya suruh cepet2 mempertemukan lo sama bidadarimu 😎😎😎😍
2022-06-23
0
Kokom Komala
😲😲😲😲 kasian deh reja masih aja jomblo tapi tenang aja reja sebentar lagi punya pacar
2022-05-29
0