Takaran bahagia manusia itu, berbeda
"Fa, jangan terlalu keras gitu sama adeknya lah." tegur Bagas.
"Keras demi kebaikan dia, Mas. Kami orang susah, yang apapun serba sulit. Ketika ditolong dengan keberuntungan, kami harus memanfaatkan dengan baik. Bahkan, hidup kami serasa tak pernah punya pilihan sama sekali. Selain ikhlas dan menerima apa yang ada. Ngga kayak kalian, yang cukup bahkan berlebih."
Syifa membalik badan, lalu meninggalkan mereka dan masuk ke dalam kamarnya.
" Gas.... Syifa garang banget kalau lagi tegas." lirih Reza.
" Ya, seperti itu lah Humairahku. Terlalu manis ketika tersenyum, menyeramkan ketika marah. Tolong, za_bawa gue ke kamar." pinta Bagas
Reza pun memindahkan Bagas ke kursi rodanya. Lalu mendorong untuk masuk ke dalam kamar. Syifa tak ada, dan entah kemana.
" Mungkin, lagi siap-siap untuk shalat." ucap Bagas.
" Oke, gue pergi, ya? Tolong sampaikan permintaan maaf gue sama dia. Jadi ngga enak, mancing emosi."
"Ya, ngga papa. Makasih." jawab Bagas.
Ia duduk dalam diam, menyandarkan kepala, dan mengetuk-ngetukkan jarinya di kursi. Hingga Syifa datang dari kamar mandi.
"Mau shalat?"
"Iya, kenapa?"
"Tak apa, shalatlah dulu. Aku akan menunggu."
"Mau pindah dulu ngga?" tanya Syifa, dibalas gelengan kepala Bagas.
Syifa mulai mengenakan mukenahnya, lalu membaca niat dan shalat sesuai rakaatnya. Bagas hanya memperhatikan, setiap kehusyukan dari wajah dan mata Syifa. Sembari mengagumi kecsntikan alami istrinya itu.
" Assalamualaikum warrahmatullah... Assalamualaikum warrahmatullah." ucap Syifa, di akhir rakaatnya.
Ia pun segera menghsmpiri Bagas, dan mencium tangannya. Bagas menambah dengan mencium keningnya dengan mesra.
"Masih galau?"
"Cuma kesel aja, dibeliin Hp malah main game begituan. Bukannya belajar yang bener. Apalagi bantu ayah di rumah."
"Fa, bahagia itu bagaimana?" tanya Bagas.
"Ketika kita bisa melakukan, apa yang kita inginkan. Dengan segala rasa puas dalam diri kita." jawab syifa.
"Gibran pun begitu. Sesekali Ia ingin bahagia, Fa. Mungkin dengan game, atau permainan lain. Kita ngga tahu, seberapa keras dia sudah berusaha dengan kelas onlinenya. Seberapa lelah dia membantu Ayah. Kan Syifa ngga pernah lihat."
Syifa kemudian menyandarkan kepalanya di lutut Bagas, dan Bagas membelainya disana.
"Mas tahu, kamu ingin yang terbaik buat dia dan keluarga. Tapi, yang terbaik menurut kita, belum tentu baik menurut dia. Biarkan dia dengan dunianya, kita hanya bisa bimbing pelan-pelan."
"Syifa hanya ingin, dia meraih beasiswa dan kuliah dengan baik. Mengangkat derajad Ayah dan Ibu, Mas. Apa Ifa memaksa kehendak?" tanya Syifa.
"Tidak juga. Tapi, kemampuan setiap individu itu berbeda. Ada yang kuat seperti kamu, ada juga yang lemah. Kalau ngga bisa beasiswa, ya kuliah umum lah. Gibran punya Kakak ipar konglomerat 'kan katamu? Manfaatkan uangnya, manfaatkan semuanya."
"Nanti dikira matre?" jawab Syifa, dengan mendongakkan kepalanya menghadap sang suami.
"Perempuan, kalau ngga matre itu aneh, Fa. Terlalu mandiri, tanda nya dia siap hidup sendiri kapan saja. Aku ngga mau. Maunya, ketika aku ketergantungan dengan mu, kamu juga harus bergantung denganku. Jadi, kita tak bisa meninggalkan satu sama lain."
"Gombal."
"Kumpulan gombal itu, kalau di rangkai bisa membuat sebuah karya yang cantik." tawa Bagas, mengisi ruangan itu.
"Ih, apaan sih." sambung Syifa yang juga tertawa karena godaan suaminya.
Mereka tertawa tertawa renyah, sembari memainkan hidung satu sama lain. Sedih berganti tawa ketika mereka dapat saling mengisi, meski kadang banyak pertentangan unik diantara mereka.
Benar kata Bagas, mereka sudah bergantung satu sama lain. Dan mungkin, akan sulit untuk sebuah kata perpisahan.
"Tidur yuk, ngantuk." ajak Bagas.
Syifa pun beralih, merebahkan tubuh Bagas di ranjang mereka. Syifa tak langsung menyusul, tapi membereskan dahulu alat shalat yang masih tergelar di lantai. Lalu, Ia menyusul sang suami dalam pelukannya.
Updated 238 Episodes
Comments
Yadi salman Salman
ko bagas dan keluarga nya ga shalat minimal syifa kasih tahu suami nya untuk shalat, ini nol pisan eiy
2022-06-27
0
Bambang
impian rumah tangga ? bisa memiliki istri yang siap,mau dan bisa menerima kita apa adanya
2022-05-30
0
Desmawati
duh ngk mau berhenti bacanya,mau lanjut teruussss...
2022-06-22
0