Ada saja penemuan hari ini.
"Fa, gerah." keluh Bagas.
"Ehm, kipas angin, ya? Ngga ada ac soalnya. Kipas angin pun kecil."
"Disini, ada toko perabotan? Beli dulu sana, yang besar. Ngga kerasa kalau kecil."
"Jauuuuuh. Tapi, yaudah lah Ifa berangkat. Pakai motor Ayah aja. Nanti orang sana suruh anter. Mana duitnya?" Syifa menyodorkan tangan.
"Duit ada di kamu semua, Mas ngga pegang duit. Emang bisa pakai Credit card?"
"Oh iya, lupa."
Syifa membawa Bagas untuk duduk diteras. Sementara Syifa pamit dan menghidupkan motor Supra fit jadul milik Ayahnya. Bunyinya sudah begitu berisik, kondisinya pun sudah usang. Tapi Syifa masih bisa dengan baik menggunakannya.
"Kalau lagi begitu, kelihatan keren kamu, Fa. Badass....." puji Bagas dengan senyum renyahnya.
"Kemana, Fa?" tanya Bu Sus.
"Beli kipas angin." balas Syifa, tanpa menoleh. Tapi itu biasa bagi mereka.
"Bagas, kok sendirian, ngga pakai baju lagi. Kegerahan?" tanya Bu Mariam, yang menghampirinya.
Ibu mariam mulai mempersiapkan dagangan, membawa semua bahan ke gerobak. Dan Pak Abu mengangkat air di dalam dandang yang sudah di masak di dapurnya.
Bagas hanya mengangguk, sedikit malu sebenarnya karena Ia tak pernah memakai singlet di depan orang asing. Meski itu mertuanya sendiri.
Terlihat seorang wanita paruh baya datang tergesa-gesa. Ia menampakkan wajah penuh emosi, menghampiri rumah Syifa dengan bibir komat kamit entah berkata apa.
"Fa! Syifa....! Keluar kamu!" pekiknya dari kejauhan.
"Bu Yana, kenapa teriak-teriak di rumah saya?" tanya Bu Mariam.
"Mana anakmu itu. Lancang dia sama anak dan menantu saya. Masa, dia nawarin kerjaan jadi supirnya. Ngga sopan!" cibirnya.
"Ngga sopan apanya? Farhan kan memang lagi ngga ada kerjaan. Apa salahnya jadi supir Syifa. Lumayan, dapat gaji. Masih bisa urus kebun." balas Pak Abu.
"Gengsi lah, Ngga ada martabatnya. Apalagi jadi supir Anakmu. Mau gaji berapa dia ke anakku? Sok-sokan cari supir, mending benerin rumah Ayahnya tuh. Sok kaya rumah Ayahnya kumuh."
"Yana! Jaga ucapan kamu. Rumah ini urusan saya dan suami saya. Ngga ada urusan sama anak dan menantu saya. Apa urusan kamu komentar begitu? Udah syukur, Syifa mau bantu anak kamu. Gengsi aja di gedein." tukas Ibu Mariam.
Bagas hanya dapat menatap perdebatan mereka. Ucapan Ibu Yana ada benarnya. Ketika Sang menantu kaya, kenapa rumah mertuanya seperti ini.
" Aku salah, aku kurang perhatian. Hanya memikirkan diriku sendiri." fikir Bagas.
Dari jauh, tampak Syifa pulang dengan sebuah motor becak dibelakanya.
"Kenapa ini?" tanya Syifa.
"Ini, Bu Yana ngga terima kalau kamu nawarin Farhan jadi supir. Menghina katanya." jawab Pak Abu, dengan nada santai.
"Ini, taro dimana, Mba?" tanya sang kurir.
"Ya, disana aja. Makasih ya, Pak." ucap Syifa, dengan memberikan selembar uang biru pada kurirnya.
Tampak Bu Yana menatap tajam barang yang di beli Syifa. Menelisik akan apa isi di dalamnya.
"Kenapa menghina, Bu?" tanya Syifa, yang membuyarkan konsesntrasinya.
"Ya, kamu menghina keluarga saya. Nawarin kerjaan kok supir. Anak dan mantu saya itu sarjana, cocoknya jadi PNS. Bukan supir."
"Nyatanya gimana? Mereka semua pun lagi ngga pada kerja. Mau ke sana 'kan perlu ujian, dan ngga tahu kapan. Apalagi, mau nya dengan cara yang murni. Apa salahnya, sambil menunggu, Farhan jadi supir saya? Kan saya gaji. Daripada nganggur, anak butuh susu." jawab Syifa.
" Saya butuh supir pribadi, karena supir kami yang Satunya sibuk sama Mama mertua. Kasihan, bolak balik. Udah deh, ngga usah mikirin gengsi, daripada Ibu yang nanggung mereka sampai entah kapan. Gaji mah gampang, suami saya yang bayar." imbuh Syifa, dengan begitu bangganya.
Bu Yana mengerucutkan bibirnya. Masih tak terima, tapi apa yang dikatakan Syifa itu benar. Akhirnya, Ia menghentakkan kaki dan pergi dengan perasaan kesal.
"Ck.... Ada saja penemuan hari ini." gumam Syifa.
Ia memdorong Bagas masuk kembali ke ruang tamu. Ia menghidupkan ac barunya yang dingin, dan mendudukkan Bagas di sofa dengan kakinya di luruskan. Barulah, Bagas merasa begitu nyaman, dan dapat beristirahat dengan lelap.
Updated 238 Episodes
Comments
Siti Aisyah
heran yaa gas...begitulah kehidupan orng menengah ke bawah..ribut antar tetangga..ngoceh seenak mangap nya tp itu sdh khas hidup di perkampungan ..bener kata syifa byk penemuannya hahhahaaa...
2022-06-12
3
Enny Sulasmi
tpi ada baiknya bu Yana bilang gitu dong Bagas kan akhirnya Bagas bisa bangun / beli rmh buat mertuanya ga ha haaa
2022-06-10
0
afreina kaif
aduh berasa diriku yg selalu diomongi terus nasib ya jadi kaum menengah kebawah hanya bisa sabar😁😁😁
2022-06-22
0