Mati dalam keadaan glowing
Posisi kini telah berubah. Bagas yang memeluk Syifa dari belakang dengan erat seolah tak akan pernah ingin melepasnya sedetikpun. Hingga Syifa terbangun ketika Adzan ashar tiba. Ia pun membuka mata, dan meminta bagas untuk Bangun bersamanya.
"Mas, bangun, Mas. Udah sore."
Tapi Bagas tak langsung bangun. Ia justru memeluk Syifa semakin erat. Semakin Syifa berusaha lepas, Bagas semakin mendekapnya..
"Eeerrrghh, bangun udah_sore..." elak Syifa, berusaha melepas pelukan Bagas.
"Ngga mau... Masih mau begini." ucap Bagas, dengan berkali-kali mengecupi pipi Syifa dan memainkan nya seperti daging kenyal.
"Mas, udah lah. Ayo bangun, terus mandi."
"Makin ngelawan, makin gemesin, Humairah." ucap Bagas.
Syifa akhirnya pasrah, hanya diam menerima semua perlakuan Bagas padanya. Bagas seolah sedang mengecupi bayi gembul dan menciuminya dengan begitu gemas. Sesekali Syifa kegelian, karena kumis dan jenggot tipis Bagas bergesekan dengan leher dan telinganya.
"Geliiiii!" pekik Syifa, tapi Bagas hanya tertawa dengan responnya.
"Ayo lah, mandi. Biar seger nanti pas Mama pulang." pintanya lagi.
"Iya, iya." ucap Bagas, lalu melepas pelukannya dan kembali terlentang diatas ranjangnya yang empuk itu.
"Ayo bangun." Syifa menjulurkan tangannya.
Bagas perlahan meraihnya, dan Syifa menariknya sekuat tenaga. Sampai di tepi ranjang, Bagas pun menggeserkan tubuhnya untuk turun dan Syifa mendekapnya untuk berdiri. Bagas tegak dalam pelukan Syifa, dengan kaki yang gemetar namun belum terasa apapun olenya.
"Coba, kamu lepas aku." pinta Bagas.
"Jangan main-main, nanti jatuh."
"Sekali aja, kita coba." ucap Bagas, sembari sedikit mendorong tubuh Syifa darinya.
Syifa sedikit demi sedikit mundur, tapi memang Bagas sama sekali belum dapat menapakkan kakinya utuh di lantai. Masih seperti tak ada tenaga, atau bahkan tak ada otot dan tulang di kakinya. Nyaris jatuh, untung Syifa mendekapnya kembali.
"Hampir 'kan?"
"Iya, besok di coba lagi." ucap Syifa, lalu mendudukkan Syifa ke kursi roda untuk melucuti pakaiannya.
Syifa mengeramasi Bagas sore ini. Hari yang panas, membuatnya banyak berkringat. Untung saja tak menimbulkan ruam di bagian yang lembab. Syifa pun menggosok bagian itu dengan sabun khusus dari dokter kulit yang dihubunginya beberapa waktu lalu.
Usai mandi, Bagas di letakkan di depan tv. Tali karet yang Ia pesan datang, dan di pasang di ujung sofabed agar Bagas dapat melatih kekuatan tangannya di sana. Kaki dibuat lurus, dan tubuh bersandar di bahu sofa panjang itu. Sementara pergelangan tangan di pasangi tali agar dapat menariknya dengan baik.
"Dah, coba latihan sendiri, ya? Ifa mau mandi dulu." kecup Syifa pada suaminya itu.
Sepeninggal Syifa, Bagas pun mulai melakukan aksinya. Menarik dan melepaskannya, seperti itu berkali-kali. Hingga tanpa sadar, Mama Ayu telah datang menyapanya.
"Bagas ngapain, sayang?"
"Latihan, Ma. Buat otot tangan. Mama udah pulang? Sendiri?"
"Iya, Papa masih ada rapat soalnya. Mama mandi dulu, ya. Nanti kita ngobrol bersama." pamit sang Mama padanya.
Mama Ayu pun naik ke kamarnya, lalu masuk. Ia melepaskan pakaian dan merebahkan dirinya sebentar di ranjang. Entah kenapa, ucapan para sahabatnya selalu terngiang dikepala.
"Tiba-tiba, aku pengen cucu." gumamnya dengan mata yang terpejam. Membayangkan Ia berlarian dengan balita kecil yang begitu menggemaskan.
"Mas, Mama udah pulang?" tanya Syifa.
"Udah, mau mandi katanya."
"Owh, iya." balas Syifa, lalu duduk di belakang Bagas dan memijat bahunya.
"Kenapa semua alatnya dari karet, Fa? Bola karet, dan ini tali karet?" tanya Bagas.
"Ya, karena dia elastis. Gampang kembali ke bentuk semula. Kayak bola karet, kan enak buat latihan telapak tangan?"
"Iya, latihan ketajaman imajinasi juga." balas Bagas.
Sedang asyik mereka bersenda gurau, terdengar jeritan dari kamar Mama Ayu. Begitu kuat dan terdengar sangat ketakutan.
"Aaarrrghh... Tolooong.!!!"
"Fa, Mama." ucap Bagas.
Syifa pun spontan berlari keatas, menghampiri sang mertua untuk memberikan pertolongan.
"Ma! Mama dimana?" pekik Syifa.
"Dikamar mandi, Fa. Masuk aja." jawab Mama Ayu.
Syifa pun menurutinya, membuka pintu kamar mandi dan melihat Mama sedang ketakutan di pojok kamar mandi.
"Kenapa?"
"I_ itu, ada kecoa!"
"Lah, mana?"
"Itu..." tunjuk Mama Ayu dengan tubuh bergidik.
"Hiiii..." Syifa pun kegelian.
Akhirnya dengan membuang rasa geli, Syifa dengan spontan meraih semprotan dari lemari kaca. Ia mendekati kecoa itu dan menyemprotnya hingga mati karena busanya.
"Akhirnya, musnah." ucapnya dengan bangga.
"Fa... Kamu tahu, apa yang kamu gunakan?" lirik Mama Ayu.
"Apa...?" tanya Syifa, sembari melirik genggamannya.
Ternyata, sebuah sabun muka terkenal dengan merk M* G**w yang Ia semprotkan.
"Wooow, kecoa ini mati dalam keadan Glowing." ucap Syifa.
Updated 238 Episodes
Comments
Siti Aisyah
beruntung sekali tuh kecoa mati dlm keadaan glowing ..laah kita yg msh hidup pun blm tentu bisa nyoba 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-06-12
1
Mommy Aldito
🤣🤣🤣 jadi kecoa tercantik sejagat raya... tapi sayang dah meninggoy... 🤭
2022-06-03
2
pandan wangi
hahahaha shifa.. shifa, kecoanya mati dgn keadaan gliwing, ngetawain kamu sampai sakit perut😂😂😂😂😂😂😂😂
2022-06-22
0