Tak ada yang dapat menolak pesona Syifa.
Makanan datang, Syifa dengan cepat melahapnya karena memang sudah kelaparan. Apalagi, ketegangan tadi membuat adrenalinnya terpacu, sehingga menambah rasa lapar yang ada.
"Fa, hati-hati makannya." tegur Mama Ayu.
"Iya, ini udah pelan, Ma."
"Yasudah, Mama pamit dulu. Jangan terlalu lama pulangnya, inget kesehatan Bagas."
Syifa hanya mengangguk, lalu mencium tangan mertuanya sebelum pergi.
Tak lama setelahnya, Ali kembali masuk dan menemui Bagas di ruangannya.
"Pak, sudah membaik?" tanya Ali dengan begitu sopan.
Bagas mengangguk, sembari matanya menelusuri ruangan untuk mengecek keberadaan CCTV. Ia menaruhnya beberapa, dan ternyata sudah hilang dan entah siapa yang mengambilnya. Tapi ada Satu yang terselip, dan masih tersimpan rapi di tempatnya.
"Saya, memgeceknya setiap hari, sembari membersihkan ruangan." ucap Ali, yang bekerja sebagai OB itu.
Lelaki seusia Syifa itu, sudah Tiga tahun mengikuti Bagas, pasca di pungut ketika mencopet nya kala itu. Merasa berhutang budi yang amat besar, juga karena Bagas telah membayar biaya perawatan Ibunya di Rumah sakit. Ali pun memutuskan untuk menjadi tangan kanan Bagas tanpa diketahui siapapun.
"Sepanjang hari saya berangkat lebih pagi, dan pulang lebih lama dari yang lain. Saya pun menemukan beberapa kejanggalan, dan saya sudah menyimpan dan memberikannya pada Pak Bonar. Saya sudah berusaha yang terbaik, Pak."
Bagas pun mengangguk anggukkan kepalanya. Itu membuat Ali merasa begitu senang, lalu pamit permisi untuk kembali bekerja.
" Itu, cowok yang kirim file di email?" tanya Syifa.
" Ya, orang kepercayaanku."jawab Bagas. Ia mendongakkan kepalanya menghadap langit-langit, memejamkan matanya sejenak menkmati aroma yang memang Ia suka dari ruangannya itu.
" Ali benar-benar menjaganya dengan baik."gumam Bagas dalam hati.
Selesai makan, Syifa membereskan semuanya dan membuang ke tong sampah. Ia pun istirahat sejenak, dengan meletakkan tubuhnya menelungkup, tepat diatas tubuh suaminya.
" Ngantuk?"
" Engga, Bete aja. Disini mau ngapain?"
" Bentar lagi kita pulang." ucap Bagas, dengan mengusap rambut Syifa yang masih rapi dan tergerai indah itu.
Lama kelamaan, Syifa tertidur dalam dekapan Bagas. Bagas pun ikut memejamkan mata sembari menunggu Syifa bangun dari tidurnya.
***
" Reza, bawa ini ke Bagas dan Syifa. Mereka harus tanda tangan ini lagi." pinta Papa Erland.
"Baik, Om."
Reza pun segera berjalan santai, menuju ruangan Reza yang lumayan jauh dari tempatnya saat ini. Tapi, dintengah jalan Ia di hadang Papanya dan menariknya ke sebuah ruangan kosong.
Om Edward melayangkan bogem, namum terhenti oleh sebuah CCTV yang Ia lihat di pojok ruangan.
"Kenapa ngga jadi? Punya takut rupanya?" tanya Reza.
"Jangan menantang, kamu yang akan sakit nanti."
"Udah biasa, bahkan udah ngga bisa ngerasain sakit nya." ujar Reza, sembari merapikan jasnya yang berantakan.
"Ada perlu apa Papa seret Reza kemari?"
"Mengenai kegoblokan kamu itu. Kenapa bisa sampai sebodoh ini, setan apa yang merasuki jiwa kamu?"
"Setan apa? Justru Reza seperti ini, untuk mengeluarkan iblis yang bersemayam dalam tubuh Papa."
"Kamu... Aaaarrrkkhh! Untung ini di kantor." gerutu Om Edward yang mulai kesal lagi..
"Kamu suka dia?"
"Siapa?" tanya Reza.
"Istri kontrak Bagas, atau perawatnya, atau siapalah itu? Kamu suka dia?"
"Tak ada yang dapat menolak pesona gadis seperti dia. Tulus, cantik, dan begitu sempurna. Tapi, tak mungkin dapat memilikinya." balas Reza.
"Cinta katakan cinta, tidak katakan tidak. Plin plan kamu!"
"Ya, Reza Plin plan. Maka dari itu, Reza bertekad menebus kesalahan yang telah Papa perbuat selama ini. Tak perduli, jika Papa nantinya akan membunuh Reza sekalipun."
Reza kemudian menyingkirkan tangan sang Papa dari tubuhnya. Ia segera berjalan keluar, dan kembali menuju ruangan Bagas. Mengusap sedikit netranya yang menetes, dan menggantinya kembali dengan senyum ceria yang selalu Ia berikan untuk keduanya.
" Bagas, ini ada, file........ Ya, tidur berduaan." ucap Reza, yang terkejut melihat mereka berdua.
Ia pun tersenyum, lalu mengeluarkan Hp, dan memotret pemandangan indah yang Ia lihat barusan.
"Lucunya, ketika melihat kalian bucin seperti ini.".
Updated 238 Episodes
Comments
Eka Kurniawan
Bener" kasihan y Reza sllu jadi boneka ayahnya, reza bagus tidak menurut tpi kasihan jadi bulan" nan sangat ayah yang gila kekuasaan
2022-06-08
2
Kar Genjreng
Reza liat pemandangan yang lucu... setelah abis nyesek dengan ulah babe nya yg kejam dan bengis.. eh dapat hiburan... yo wis teruske yo...
2022-05-28
0
Al Maulana
kasian bngt sih reza kasih jodoh yg baik dong thor yg menyayangi reza dan pengrtian
2022-06-20
0