Hanya kalian, harapanku dalam keluarga ini.
Bagas meminta Reza ke kamarnya, dan Ia didorong syifa untuk masuk terlebih dulu. Bagas sudah terlalu banyak bicara, sehingga takut orang lain mendengar lagi ketika Ia memarahi sepupunya yang berantakan itu.
Bagas masih di kursi rodanya, ditemani Syifa yang nengambil kursi dari meja rias. Sedangkan Reza duduk di ranjang dengan kaki rapat dan wajah tertunduk. Apalagi melihat wajah Bagas yang seolah ingin menerkamnya saat itu juga.
"Kenapa kemari?" tanya Bagas, dengan nada datar.
"Di... Diusir Papa."
"Kenapa bisa diusir? Buat kesalahan?"
"Kesalahan terbesar yang aku lakukan adalah, ketika aku tak menuruti apa maunya Papa. Dan kau tahu itu?" jawab Reza.
"Mama tidak ada..."
"A-aku sudah menelponnya. Dan, Beliau mengizinkan." ucap Reza, dengan menunjukkan riwayat panggilannya.
Bagas menghela nafas panjang. Kasihan, tapi juga kesal dengan nya. Ia selalu menatap Syifa dengan tatapan yang berbeda, meski Bagas yakin Ia tak akan mungkin mau merebut Syifa darinya.
" Dah lah, Mas. Kasihan. Mau di usir, dia mau kemana malam-malam?"
"Fa...."
"Ifa cuma bilang kenyataannya, Mas. Yang paling deket sama Mas Reza, ya keluarga ini."
"Yasudah... Kamu di kamar biasanya." ujar Bagas.
Senyum terurai dari wajah bujangan itu. Ia pun segera menarik kopernya kembali dan berjalan menuju kamarnya.
"Ngga nyuruh Ifa bantu?"
"Kenapa?"
"Bibik udah pada tidur, kamar itu udah lama ngga di tempatin."
"Ngga usah, Dia bisa sendiri." jawab Bagas.
Ia menggerakkan kursi rodanya, lalu mencoba berpindah tempat dari kursi ke ranjang. Kesulitan itu pasti. Ia menjatuhkan tubuh bagian atas pada awalnya, lalu mencoba menarik tubuh bagian bawahnya untuk naik. Belum juga berhasil, Ia memasukkan tangan dalam bagian bawah celana, dan menariknya agar kaki itu ikut naik. Tapi masih juga gagal. Tubuhnya di atas, dan kakinya dibawah menggantung.
Nafasnya tersengal, keringat bercucuran dan wajahnya mulai memerah. Syifa hanya diam menatap setiap usahanya. Setelah di rasa lelah, baru Ia menghampiri dan membantu kaki nya untuk naik.
"Kenapa begini?" tanya Syifa.
"Kenapa?"
"Ifa ada disebelah, tapi kenapa berusaha sendiri. Tapi ketika mau bantu Mas Reza, ngga boleh."
"Kadang, hanya merasa egoku tinggi. Memintanya agar mandiri, sedangkan aku saja seperti ini. Serasa, tak pantas untuk menasehati yang lebih baik dari kita." jawab Bagas.
"Kita ngga akan tahu, siapa yang lebih baik dari diri kita. Justru kita yang harus buat mindset, jika diri kita itu lebih baik dari siapapun. Tapi juga tak lantas membuat kita sombong."
Syifa melepas kaos kaki Bagas, lalu memasangkannya selimut tebal. Tak lupa, mengecup keningnya agar segera tidur.
"Kamu mau pergi?"
"Engga... Mas ngga nyuruh. Cuma mau ganti pakaian." jawab Syifa.
Bagas mengedipkan mata. Baginya terlalu lelah untuk hari ini. Aktifitas, dan semua bicaranya membuat tenggorokannya nyaris sakit. Syifa pun segera memberi air hangat dengan campuran mint, agar kembali lega.
***
Reza tiba di kamarnya. Kamar yang memang biasa Ia pakai ketika menginap. Tapi, karena sudah begitu lama, maka kamar itu begitu berdebu meski di tutup kain putih.
"Jahat emang... Apa salahnya kirim Bibik kesini, kalau memang ngga boleh Syifa nya. Dasar Bucin!" gerutu Reza dengan segala rasa kesalnya.
Ia kemudian membereskan kamar itu, dengan menahan segala rasa kantuknya. Meski hanya setengah yang Ia bereskan.
"Yang penting, tidur dulu. Lanjutin besok lagi aja. Asal punya tempat, yang penting nyaman.
Updated 240 Episodes
Comments
☠🦃⃝⃡ℱTyaSetya✏️𝕵𝖕𝖌🌈နզ⃠
Bagas.... gak mau Syifa bantuin Reza, posesif dan cemburu 🙊🙊🙊
2022-01-29
56
Nevi Umar
peran utamanya kan Syifa Thor,bikin kisahnya Gibran juga sama perempuan juga
2022-01-28
1
shiffa Allen S
mentor terbaik, disetiap cerita pasti ada kata motivasi terbaik, makasi Thor
2022-02-09
6