3 kecupan sebelum tidur.
Syifa mengguyur tubuhnya dengan air mancur yang hangat. Begitu nyaman, seolah melebur segala yang Ia rasakan. Tubuh, jiwa, dan batinnya begitu lelah saat ini. Meski Ia juga bahagia, ketika Bagas memperlihatkan semua kemajuan yang Ia alami.
"Ikhlas, aku harus ikhlas. Menjalani semua yang telah di gariskan untuk hidupku. Segala yang aku perjuangkan, semoga berbuah manis pada akhirnya. Meski aku masih belum memahami, rasa yang yang ada dalam hati saat ini." ucap Syifa.
Ia segera menyelesaikan mandinya, lalu menyusul Bagas setelah berganti pakaian dan melaksanakan shalat ashar. Seperti yang telah Ia ucapkan, selalu ada nama Bagas dalam setiap doa yang Ia panjatkan. Lantunan doa yang begitu tulus, meski tanpa derai air mata.
***
"Bagas, maaf ya kalau anak Ibu merepotkan. Syifa memang terkadang seperti anak kecil, padahal tak pernah terdidik manja. Hanya, kadang dia begitu ketika sudah nyaman dengan seseorang. Syifa anak yang biasa mandiri, tak pernah menggantungkan apapun pada orang lain. Sekolah sambil kerja, kuliah pun dapat beasiswa. Cita-citanya hanyalah membuat kami bangga dengan segala prestasinya." ucap Bu Mariam, mengobrol satu arah dengan sang menantu.
Bagas hanya memberi respon tatapan, yang menandakan jika Ia sedang menjadi pendengar yang baik. Apalagi bahasan utamanya adalah Syifa, Ia begitu antusias membahasnya.
Belum selesai Ibu Mariam bercerita, Syifa telah datang menghampiri mereka. Syifa meraih kursi roda Bagas, dan membawanya untuk duduk santai di depan Tv. Ia mengupaskan apel, dan beberapa buah lain dan meminta Bagas untuk meraih dan memakannya sendiri.
"Mulai cuek, ngga mau suapin lagi?" bisik Bagas kesal.
"Belajar, Mas. Kalau disuapin terus, kapan bisanya."
Bibir Bagas mengecap kesal. Ia masih ingin dimanja oleh Syifa, tapi Syifa justru menyuruhnya mandiri. Rasanya, menyesal Bagas menunjukkan kemajuan akan kesembuhannya.
Bagas perlahan meraih buahnya. Dengan tangan yang belum stabil, berkali-kali potongan buah itu jatuh ke piring. Bagas merasa kesal, dan nyaris menyerah dengan itu semua.
"Kalau berhasil, Tiga ciuman sebelum tidur." ucap Syifa.
Mata Bagas melotot, Ia pun kembali antusias meraih buah itu lagi. Meski berkali-kali gagal, tapi Syifa tak mengizinkan yang lain untuk membantu. Hingga akhirnya, Bagas berhasil meraih Satu potongan yang tersisa, setelah yang lain jatuh ke lantai.
"Yesss..." ucap Bagas, dengan wajah yang semringah. Ia pun segera menatap wajah Syifa, dan memberikan kedipan untuk gadisnya itu.
"Dasar Omes, yang begitu aja semangat." ledek Syifa.
"Biarin, setidaknya ada semangat hidup buat aku." balas Bagas, menggigit buahnya begitu nikmat.
Aroma sedap tercium begitu nikmat. Tampak Ibu Mariam dibantu Bik Darmi menyiapkan makan malam untuk mereka semua. Meski di larang, tapi Bu Mariam tetap nekat memasak karena itu hoby nya. Apalagi, memang semua tersedia lengkap disana.
"Fa, ajak Bagas makan dulu. Udah waktunya dia makan ini." seru Bu Mariam pada putrinya.
"Iya, bentar." jawab Syifa.
"Ibu perhatian banget, ya?"
"Ya iyalah, sama menantu. Kalau sama anaknya, mana mau begitu." balas Syifa.
Ia kemudian mendorong Bagas ke meja makan, dan mengambilkan nasi untuknya. Ikan goreng, dengan sayur kangkung di dampingi sambal terasi. Memang pasangan yang begitu nikmat. Tapi sayang, Bagas tak dapat maksimal menikmatinya. Ia masih memilih makanan demi kesehatan, hingga hanya dapat menatap sedih semua menu yang tersedia.
"Padahal, itu menu enak banget, Fa." ucap Bagas.
Mereka kini telah kembali kekamar, dan Syifa tengah menyiapkan obat untuknya.
"Besok ya, kalau udah sembuh. Aku janji bakal masakin kayak gitu. Masakan ku, ngga kalah sama masakan Ibu." puji Syifa pada dirinya sendiri, sembari meminumkan obat pada Bagas.
"Dah, selesai... Istirahat, yuk." ajak Syifa.
Namun, Bagas justru menatapnya tajam. Menahan ujung baju Syifa dengan jari-jari tremornya.
"Psssstt... Ssstttt!!" kodenya, dengan tatapan penuh ingin.
"Ih, apa?"
"Kan, pura-pura lupa. Dasar PHP." balas Bagas.
Syifa membalasnya senyum. Ia menghampiri Bagas sesudah menyimpan bakinya. Ia pun meraih wajah Bagas, dan menunaikan janjinya tadi.
Cup... Mendarat di kening.
Cup... Pipi kanan, dan yang terakhir pipi kiri Bagas.
"Ingin tangan ini meraihmu, mendekap dalam pelukanku. Lalu, aku akan memberi lebih dari yang kau berikan padaku. Humairahku."
Updated 238 Episodes
Comments
what's up
PHP itu ape ye 🐱
2022-05-29
2
Lina Herlina Muhtar
aku jadi kepikiran terus mertuanya lupa bawa pepaya secara siffa juga lupa bilang sama ortunya utk dibawakan ya... Thor... wkwkwk
2022-05-31
2
shychylove❤️❤️
kalo ceritanya seru kyk gini ampek lupa utk komen..tpi gk lupa utk like tiap bab nya😍😍
2022-06-08
0