Kapan kaki ini bergeak?
Terasa sebuah sentuhan begitu lembut, sentuhan yang membangunkannya dari tidur yang mulai nyenyak. Syifa pun mendekap tangan itu, lalu membuka matanya lebar-lebar.
"Ini, tangan siapa?" ucapnya bingung.
Ia menatap tangan itu, dan menelusuri jengkal demi jengkalnya. Mata membulat, ketika melihat itu adalah tangan Bagas.
"Mas?"
"Huuusst, diam. Biar begini saja, setidaknya bisa meraihmu meski sakit rasanya." ucap Bagas lirih.
"Udah malem, tidur."
"Bentar aja, Fa. Ngga ada yang lihat."
"Males di marah Mama lagi, Mas."
"Fa, patuh." sergah Bagas.
Bagas kembali mengusap wajah Syifa, mengusap inci tiap inci wajah dengan sesekali memejamkan matanya. Hingga Bagas menemukan sesuatu dan memainkan jarinya disana.
"Mas..."
"Ya...?"
"Itu jerawat, kenapa buat mainan?"
"Asyik, Fa."
"Ya, tapi sakit. Jangan gitu lah. Dituil-tuil begitu, nanti berdarah."
"Suka sekali mengganggu kesenangan orang." kesal Bagas, lalu menurunkan tangannya perlahan.
Syifa mengganti posisinya. Ia kembali merebahkan tubuh Bagas, dan tidur di sampingnya. Tidur berdua dengan pulas, berharap apa yang terjadi hari ini adalah sebuah perkembangan nyata, dan bukan hanya mimpi.
***
Mama Ayu sedang tenggelam dalam lamunannya. Rasa sesal dan kesal beradu menjadi satu dalam hatinya. Di saat seperti ini, Syifa lah yang faham dengan Bagas. Maunya, maksudnya, dan semua tanda yang diberikan hanya Syifa yang memahami.
"Maaf, Mama telah gagal lagi kali ini. Setelah gagal menjadi Mama ketika kamu bayi, kini Mama gagal menjadi Mama yang sempurna ketika kamu sakit. Tapi lagi-lagi Mama ngga bisa." sesal Mama Ayu.
Ia duduk menghadap foto keluarga mereka. Foto yang diambil ketika Bagas berusia Tujuh belas tahun. Hanya itu yang dapat mereka ambil, karena setelahnya, Bagas langsung di tempa dengan sebuah aturan yang ketat dari sang Kakek, untuk menjadi pewaris.
Bagas aslinya adalah orang yang ceria. Tapi setelah semua amanat yang dilimpahkan, kepribadiannya seolah berubah drastis. Bahkan sebagian orang menganggapnya arogan. Tapi Ia tetap Bagas kesayangan keluarga.
***
"Mas... Tangannya masih bisa di gerakin?" tanya Syifa.
Ia yang sedang menyisir rambut Bagas, setelah selesai memandikannya. Ingin di lihat lagi, bagaimana cara Bagas mengangkat tangannya semalam.
Perlahan Bagas menuruti perintah itu, dan mulai menaikkan tangan nya perlahan. Jengkal tiap jengkal, menghadap lurus kedepan.
Plaaakkk!! Syifa menepuk lengan itu cukup kuat, hingga tangannya terjatuh.
"Tadi disuruh angkat, sekarang malah di jatuhin. Aneh."
"Uji kekuatan, Mas." balas Syifa.
Ia lalu mengangkat tangan Bagas, menggerakkan nya ke kanan dan ke kiri, lalu beberapa kali melipatnya. Bergantian, dari tangan bagian bawah, hingga lengan atas. Dan Syifa menahan bahu untuk terus memutar tangan itu.
"Perlu kasih tahu Mama tentang ini." ucap Syifa.
"Fa..."
"Ini penting, karena kalau udah begini harus mulai terapi robotik untuk lengannya. Kalau udah lengan, tinggal kaki lagi. Tapi kalau Kaki lama, karena pusatnya dari tulang panggul." jawab Syifa.
"Masih marah?" tanya Bagas.
"Engga...."
"Jangan bohong. Kelihatan dari jerawatnya."
"Jerawatnya nanti Ifa pencet biar ngga banyak kasih tahu." jawabnya cuek.
Syifa berdiri, dan akan melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Bagas. Tapi Bagas menahannya.
"Ifa mau mandi, udah kecut nih."
Bagas diam, menarik tubuh Syifa perlahan hingga Ia membungkuk di hadapannya.
"Kenapa?" tanya Syifa lagi.
Bagas menatapnya tajam, mata bertemu mata tanpa penghalang. Tangan itu kembali meraih wajah Syifa, dan meraba wajah itu dengan lembut. Memainkan hidungnya yang tak terlalu mancung itu, lalu mengusap matanya.
"Tai matanya masih ada." ledek Bagas setelah mendapatkan sebuah harta karun disana.
"Dah dibilang mau mandi, masih di tahan. Kenapa? Mau ikut?"
"Hah, boleh?" tanya Bagas dengan senyum devilnya.
"Ish... Apaan?" Syifa lalu meraih handuk, dan berlari kekamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Bagas duduk, tersenyum sendiri menatap tangan yang sudah mampu bergerak. Meski tangan itu masih dalam keadaan belum seimbang, dan bahkan tremor.
"Tangan dan suara. Mereka sedikit cepat kembali karena tak terlalu parah. Tapi, bagaimana dengan kaki ini? Yang bahkan sampai sekarang tak ada rasa apapun ketika berusaha aku gerakkan."
Updated 241 Episodes
Comments
Ecine Ai'nur Betric
setiap baca demi episode bikin hati jadi ter²enyuh...sampai ketwa²dan senyum²sendri dibuatnya TERIMA Kasih thooor alurnya bnr² bgus bngt dan terima kasih telah mengisi hari²ku😊
2022-01-22
128
atin p
semangat y abang Bagas..akan indah pada waktunya...sabar y...nunggu othor berbaik hati
2022-01-23
60
Sumarlia Lia
Di saat aku sedih dgn hidup syifa tau2nya jerawat nongol kan aku jadi gimana gitu☺☺
2022-02-25
18