Mama mendukungmu, sayang.
"Itu tadi siapa?" tanya Syifa.
"Belum saatnya kamu tahu, Fa. Nanti, akan ku beri tahu, itu pasti."
"Yaudah... Mau gimana lagi." jawab Syifa.
Karena hari telah larut, Ia pun membaringkan tubuh Bagas di tempat tidurnya.
"Kamu tidur dimana?" tanya Bagas.
"Emang boleh tidur di sana?" Syifa menunjuk tempat tidurnya.
"Kenapa?"
"Sakit perutnya. Nanti aku gelisah, Mas malah ngga bisa tidur. Biasanya, Ibu elusin pinggang kalau lagi sakit gini." keluh Syifa.
"Sini...." panggil Bagas, dengan menepuk pelan ranjangnya.
Syifa menurut, lalu tidur di sebelah Bagas.
"Hadap kesana." tunjuk Bagas, agar Syifa membelakanginya.
Syifa hanya bisa menurut, meski bertanya-tanya dengan perintah yang diberikan. Ternyata, Bagas menggerakan sedikit tangannya, lalu menyentuh Pinggang belakang Syifa. Ia pun mengusap pelan, sebisa tenaga dan kuasanya.
" Maaf, kalau ngga kerasa. Cuma sebatas ini bisanya." bisik Bagas.
"Iya, ngga papa." jawab haru Syifa.
Tangan itu mengusap dengan lembut, meski hanya beberapa jari yang dapat bergerak. Tapi kehangatannya begitu terasa, membuat rasa sakitnya berkurang.
"Fa, ufah tidur?"
"Malah ngga bisa tidur. Syifa malah kangen sama Ibu." jawab Syifa, terisak.
"Jangan nangis lah. Manja."
"Aku ngga pernah jauh aja, apalagi selama ini."
"Maaf, telah memisahkan kalian." ucap Bagas.
"Boleh peluk ngga?" tanya Syifa.
"Boleh."
Syifa beringsut memutar tubuhnya. Didekapnya tubuh Bagas dengan nembawa tangan untuk merangkulnya, lalu Ia membenamkan wajah disana. Tak menangis lagi, tapi hanya diam dan tak bersuara.
"Fa... Nanti kamu pingsan?"
"Engga... Tadi kan keteknya udah aku kasih deodoran." jawab Syifa.
Bagas hanya tersenyum, lalu kembali mengusap punggung Syifa alakadarnya. Mereka memejamkan mata dalam gelapnya malam, bermimpi dengan indah dengan dunianya masing-masing.
***
"Bik, Bagas mana?" tanya Mama Ayu.
"Mungkin masih di kamar, soalnya Nona juga belum keluar."jawab Bik Darmi.
Mama Ayu melangkah menuju kamar Bagas, tapi Ia tak dapat membuka pintunya karena dikunci dari dalam.
" Aneh, kenapa kuncian?"
" Wajar, Nyah. Kan mereka suami istri, jadi risihlah kalau Nyonya bebas keluar masuk." ucap Bik Darmi.
" Hah? Menurut Bibik?"
"Ya, kalaupun memang belum ngapa-nagapain karena keterbatasan, tapi mereka sungkan juga kalau Nyonya begitu."
"Owh, ehm... Baiklah." jawab Mama Ayu.
Ia sebenarya rindu dengan putranya itu. Tapi seperti yang dibilang, jika mereka punya privasi.
Kelang beberapa menit, Syifa membuka pintu kamar. Ia lalu keluar dan mendorong Bagas keluar dengan kursi rodanya, menyapa Mama Ayu yang menunggunya di meja makan.
"Pagi, Ma..." sapa Syifa, diiringi senyum renyah Bagas.
"Hey, sayang? Mama kangen." peluk, dan kecup Mama Ayu pada kesayangannya..
Memang benar kata pepatah, jika anak lelaki akan selalu jadi anak kecil bagi Mamanya.
Sebenarnya Bagas tak pernah manja. Tapi mungkin karena kondisinya itu, Mama Ayu ingin lebih memberi perhatian padanya.
"Syifa, kenapa pintu kamar di kunci?" lirik sang mertua padanya.
"Maaf, Mas Bagas yang minta." jawab Syifa.
"Bagas aja masih belum bisa bicara loh. Darimana kamu tahu bahwa Bagas minta semua itu?"
"Maaf, Ma. Isyarat dari mata sama bibirnya." jawab nya, dengan menundukkan kepala.
"Mama harap, itu bukan alasan kamu saja. Yaudah, ayo kita sarapan. Papa ngga bisa ikut, karena harus keluar kota pagi-pagi."
Mama Ayu kembali dengan wajah datarnya. Membuat Syifa merasa tak enak hati padanya. Ia merasa, seolah Mama Ayu sedang menganggapnya sebagai pengarang saat ini.
Bagas yang melihatnya pun merasa bersalah pada Syifa, karena Ia lah yang penyebab ini terjadi.
"Maaf, jika rahasia itu justru memojokkanmu, Fa. Kamu harus kuat, karena aku pun akan kuat demi kamu dan kita." batin Bagas, yang tatapannya tertumpu pada Syifa yang murung.
Syifa melakukan rutinitas rutinnya untuk menyuapi Bagas, meski perasaannya aneh. Tapi Bagas terus memberi dukungan dengan tatapan tajam nya itu, mengisyaratkan sebuah ungkapan yang mungkin hanya Syifa yang mengerti maksudnya.
Sarapan selesai. Mama Ayu menyandang tasnya untuk berangkat. Tak lupa Ia mengecup kembali kening anaknya, dan memberi semangat untuk hari ini.
"Demi apapun itu, Mama akan dukung apa yang membuatmu semangat." bisik sang Mama.
Updated 238 Episodes
Comments
Lilik Juhariah
novel ini bagus banget sy pernah baca tapi baca lagi gk bosen, alurnya ringan tapi mengena, gk ada pemerkosaan free sex dan tata bahasa bagus sehingga alurnya juga enak
2022-06-22
1
Asfar
semangat bagas hanya syifa...dukungan mama akn menjadi pembakar semangat bagas utk sembuh demi syifa dan diri sendiri
2022-06-20
0
Cucu Saodah
nah mulai bisa tidur pelukan... semangat ya kalean... biar makin mesra makin semangat sembuh
2022-06-12
1