Ternodai oleh tangan.
"Aku tahu kamu rindu mereka, Fa. Maaf, jika aku yang tak mampu jauh dari kamu." batin Bagas, yang ternyata mendengar rintihan itu.
Berat bagi Bagas mendengar Syifa menangis, bahkan sesak dibuatnya.
Syifa berhenti menelpon. Ia pun mengusap air matanya, menghampiri Bagas yang kembali memejamkan mata meski hanya pura-pura.
" Mas, bangun yuk. Udah sore, waktunya mandi. Kan janjinya, kateter mau dibuka." bujuk Syifa.
"Kamu kenapa? Sakit?" tanya Bagas, kala melihat Syifa tampak pucat.
"Engga... Aku, cuma lagi dateng bulan aja. Sakit banget perutnya, padahal biasanya ngga pernah sesakit ini. Nanti aku minum obat."jawabnya.
Syifa meraih laci, lalu mengambil beberapa alat untuk melakukan tindakannya. Sarung tangan, spuit besar 20cc, dan kantung plastik besar untuk membuang sampah. Sebelumnya, Ia membuang isi urine bag Bagas terlebih dahulu, lalu membuka pakaian bawahnya untuk melakukan tugas.
Syifa memang sudah terbiasa melihat area terlarang pria. Tapi, entah kenapa kali ini terasa kikuk. Untung saja Ia masih bisa fokus untuk melakukan tugasnya.
"Tahan dikit, ya? Aku tarik selangnya pelan-pelan." bisik Syifa.
Wajah Bagas tampak sedikit tegang ketika selang itu di tarik. Terasa ngilu, dan bahkan sedikit sakit. Apalagi, ketika Syifa menatap sesuatu yang tampak lain dari biasanya.
"Fa... Maaf." ucap Bagas.
"Ya, itu normal. Kan memang harus begitu. Kalau engga, bakal susah." jawab Syifa.
Bagas mengendus nafas lega, ketika selang itu telah benar-benar lepas dar tempatnya. Tapi, Ia merasa tangan Syifa telah melepas keperjakaannya saat itu juga.
"Astaga... Aku seperti telah di nodai hanya dengan satu sentuhan tangan." gumam Bagas dalam hati.
Syifa pun membuang sampah itu di kantong plastik, lalu membuangnya k ke tong sampah yang ada di dapur. Lalu Ia kembali pada Bagas.
"Dah yok, mandi." raihnya pada kursi roda itu.
***
"Tante... Kenapa panggil Reza?"
"Za... Papamu gimana?"
"Ya, begitu. Masih suka meracau, kadang Reza kesel sama dia. Kalau udah bicara, semua kejadian masa lalu terus diungkit, bahkan sampai kejadian Mama meninggal. Masih saja menyalahkan keluarga kita." jawab Reza dengan terus terang.
"Za... Maaf, dengan kejadian dulu. Andai Tante bisa, pasti semua ngga akan terjadi."
"Tan... Setiap kesalahan patut mendapatkan hukuman yang setimpal. Begitu juga Papa. Reza tahu, karena Tante ngga bisa berbuat banyak. Itu semua keputusan direksi, dan tak bisa di ganggu gugat."
"Ya... Tapi dendamnya masih hingga sekarang. Tante rindu adik Tante yang dulu, Za. Yang ceria, dan selalu sigap dalam bekerja. Apalagi, kondisi yang sedang seperti ini. Semuanya terasa sakit."
Mama ayu kembali bersedih mengingat semuanya. Sosok yang kuat dan tegas itu, seketika menjadi lemah karena semua ujian yang ada. Keluarganya tercerai berai, setelah Ayah dan Ibunya pergi. Harta yang ditinggalkan, bukan jadi pemersatu. Tapi justru menjadi jalan terpecah belahnya keluarga Nugraha.
Reza hanya bisa memeluk, tanpa bisa berjanji apa-apa untuk Tantenya. Tapi Ia akan berusaha sekuat tenaga, agar keadaan kembali seperti dulu lagi.
"Ketika Bagas sembuh, semua akan kembali. Reza akan terus di belakangnya, seperti Papa yang selalu ada di belakang Tante kala itu." ucap Reza.
Di depan Bagas, mereka tak akan pernah mengeluarkan air mata itu. Mereka akan berusaha tersenyum dan memberi semangat untuknya. Senyum manis, pelukan hangat, dan semua hal yang positif yang mereka tampilkan.
Hanya saja mereka tak tahu, jika sebenarnya Bagas mengetahui semua yang terjadi saat itu.
Malam tiba. Mama, Papa, bahkan Reza tak ada yang pulang kerumah. Mereka begitu sibuk dengan perkembangan perusahaan itu. Bahu membahu agar tak goyah karena ketiadaan Bagas.
"Mas, belum tidur?" tanya Syifa.
"Fa... Ambil laptopku di nakas." pinta Bagas.
Syifa menuruti, lalu menaruhnya di pangkuan Bagas.
"Buka... Aku dikte paswordnya."
Syifa pun kembali menuruti, bahkan ketika Bagas memintanya membuka Email miliknya.
"Ada pesan, tolong buka. Aku ingin dengar."
"Ini?" tanya Syifa dan Bagas kembali mengangguk.
Klik! Syifa menekan tombol, lalu pesa suara pun terdengar. Bagas begitu memperhatikan dan mencerna isi pesan tersebut. Wajahnya pun berubah menjadi tegang karena mendengar isinya. Tapi Syifa tak faham, Ia hanya menatap Bagas dengan segala kekesalan hatinya.
Updated 238 Episodes
Comments
Cucu Saodah
jangan nambah deh tugas syfa. jangan dilibatkan dalam perusahaan kasian loh
2022-06-12
0
Lucia Mckim
sy suka dengar apa jadi selanjutnya syifa dan bagas.
lanjut
2022-06-14
0
Berlian Rasmi Hasibuan
sang pebisnis tangguh👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻💪💪💪💪💪
2022-06-15
0