Syifa tak sepolos yang Bagas kira.
Ucapan sang Papa kembali meresahkan hati Reza. Apalagi, memang saat itu hanya dia yang ada disamping Mamanya. Tapi, lama kelamaan Ia faham akan semua yang terjdi. Karena memang, asal mula permasalahan adalah dari kesalahan fatal papanya kala itu.
Namun, meski Ia banyak tahu. Ia. Memilh buta setelah melihat, dan tuli setelah mendengar, dan bahkan bisu setelah banyak mencari tahu.
"Mobilmu, kenapa lecet?" tanya Papa Reza padanya.
"Kebaret anak-anak. Besok Reza bawa ke bengkel."
"Mahal baret itu, minta anak itu bertanggung jawab. Seenaknya saja menabrak mobil orang."
"Pa... Bisa berhenti ngomel ngga? Kalau engga Papa naik taxi aja. Aku mau kekantor." sergah Reza yang mulai jengah dengan Papanya.
Mobil pun Ia tepikan. Sebenarnya tak begitu jauh lagi dengan rumah mereka. Tapi karena faktor usia, Om Edward tak akan kuat berjalan sendiri hingga sampai di rumah.
" Brengsek, durhaka kamu Reza!" Om Edward meracau. Tapi Reza langsung pergi, meninggalkan Papanya setelah menghentikan taxi yang lewat.
Reza tiba di kantor. Ia langsung masuk ke dalam ruangan, dan mulai membuka semua file yang ada di mejanya. Tapi, fikiran serasa sudah tak mood lagi. Semuanya kacau, Ia merasa malas untuk hari ini.
"Selalu mengganggu mood. Bagaimana bisa menjadi yang Ia inginkan, jika masih saja mengaturku seenak hati." gerutu Reza, yang menyandarkan kepala di bahu kursi.
***
Siang hari yang terik. Syifa membawa Bagas di teras belakang untuk menikmati taman bunga. Terasa segar disana dengan pemandangan tang cukup indah.
Bagas duduk santai dengan tangan kanan menggunakan alat terapi listriknya. Sementara Syifa, sedang memotongi kuku jari kirinya yang mulai panjang. Bagas terus menatap. Syifa saat itu. Menatap keindahan yang lebih dari taman di hadapannya.
Gadis cantik bermata terang, dengan rambut panjang yang diikat buntut kuda. Memperlihatkan lehernya yang jenjang, dan rahangnya yang begitu menawan. Apalagi, bibirnya yang tipis dan tampak begitu seksi di mata Bagas saat ini. Meski, Syifa adalah gadis yang nyaris tak pernah menggunakan polesan make up di wajahnya.
"Mas, terapinya gantian tangan sini. Tangan yang itu mau ku potong kukunya." ucap Syifa, membuyarkan semua lamunan Bagas.
"Ya, Fa?" balasnya, sedikit kikuk.
Syifa lalu melepas alat itu, dan memindahkan di tangan yang sebelahnya.
"Fa...?"
"Ya, Mas? Kenapa?"
"Udah lama jadi perawat?"
"Kalau kerja di Rumah sakit secara resmi sih, baru Dua tahunan. Kenapa?"
"Kamu, seperti sudah begitu banyak pengalaman. Begitu terampil dengan pasien, begitu juga aku."
"Ya, kan aku di didik begitu. Melayani pasien dari semua jenis penyakit, dari yang ringan sampai yang parah." balas Syifa.
"Semua pasien kamu pegang?"
"Ya... Soalnya Rumah sakit itu bukan Rumah sakit khusus. Jadi, kalau ada pasien ya pegang. Mau cewek mau cowok."
"Jadi, kamu udah biasa juga, memeriksa seluruh tubuh pasien."
"Iya, Mas. Kenapa sih? Arah pembicaraannya kemana?"
"Eng-engga... Cuma kadang, penasaran aja. Kami kalau lagi mandiin aku, kayaknya ngga kikuk sama sekali. Bahkan kalau....... Anu.." ucapan Bagas terbata-bata, dan wajahnya memerah.
"Syifa tahu maksudnya. Mas... Maaf ya, sebelum lihat Junior, Syifa sudah sering lihat, Mas. Jadi Syifa ngga kaget lagi."
"Ka-kamu tahu tentang Junior?" mata Bagas membulat.
"Ya... Hampir semua pria menyebutnya dengan itu." jawab Syifa, dengan wajah datarnya.
Bagas tahu, jika pekerjaan Syifa membuatnya tak sepolos yang Ia kira. Tapi Bagas yakin, jika Syifa adalah gadis yang baik, dan dapat menjaga kehormatannya.
Bagas menghentikan percakapan mereka, karena Ia takut ada orang lain yang tanpa sengaja mendengarnya. Ia memilih kembali diam, dan menunda pertanyaan yang lain lagi. Kini Ia kembali menikmati semua terapi, sembari terus menatap istrinya yang menawan itu.
Syifa telah menyelesaikan pemotongan kukunya. Ia pun duduk santai di sebelah Bagas, dengan menggenggam tangan Bagas seperti biasa. Menggerakkan nya kesegala susi, dan sesekali menggengamnya sekuat tenaga.
Namun, kali ini terasa lain. Bagas membalas genggaman tangan itu, meski tak kuat seperti seharusnya.
Updated 238 Episodes
Comments
bennie>.<
dan seketika cita² ku mahu menjadi nurse pudar🙂
2022-06-23
1
Cucu Saodah
ecie... ada yg mulai jatuh cinta. neh... ayooo genggamg erat dulu tangannya... baru nanti bisa genggam hatinya syfa
2022-06-12
1
Mira Iyan
kayak nya emang papa reza dalang dari musibah yv menimpa bagas
2022-06-04
1