Berani melawan Papamu, Reza?
"Hallo keponakan Om tersayang. Bagaimana hari ini? Ada perubahan signifikan?" tanya Om Edward, yang semakin sering datang kerumah, pasca Bagas kecelakaan.
"Maaf, Om. Kondisinya masih seperti itu saja, dan belum ada perubahan. Mohon doanya ya, Om." jawab syifa.
"Oh jelas, cantik. Doa Om kalian ini akan selalu menyertai."jawab Om Edward, dengan senyumnya yang aneh. Syifa pun tampak risih dengan tatapan yang diberikan padanya itu.
" Maaf, Om. Mas Bagas mau mandi dulu, dia risih kalau ada orang lain di kamar." ucap Syifa.
" Oh, baiklah. Om akan tunggu kalian di meja makan. Om lapar, dan ingin minta sarapan disini." jawabya lagi, dengan memegangi perut yang mulai membuncit.
"Jangan terlalu percaya apapun yang Ia ucapkan, Fa. Apapun itu." ucap Bagas.
"Dia jahat?"
"Masih dalam tahap mencari bukti. Dia masuk dalam terduga korupsi di perusahaan. Dan kami curiga ada banyak orang yang terlibat."
"Baiklah..." jawab syifa.
Ia mulai membuka satu persatu pakaian Bagas, lalu membawanya ke kamar mandi. Bagas sebenarnya lebih suka berendam di bathup, tapi keterbatasan menghalanginya melakukan itu. Ia juga kasihan pada Syifa, yang akan kesulitan mengangkatnya nanti.
"Mandi air dingin yok." ajak Syifa.
"Dingin, Fa."
"Tapi bagus, merangsang syaraf tubuhnya. Bahkan, sesekali harus terapi pakai Air es."
"Iya kah? Ajaran siapa?"
"Ajaran dokter lah." jawab Syifa.
Gadis itu lalu mengambil shower, dan menyiram tubuh Bagas dengan air dingin. Bagas tampak menggigil, bibirnya pun tampak membiru. Tapi, Bagas sendiri mengatakan jika Ia merasa segar setelahnya.
Barbershop yang di janjikan Reza pun tak kunjung datang. Dan kini rambut Bagas sudah semakin tampak gondrong. Tapi itu tak mengurangi ketampananya, Ia masih tetap terlihat menawan dengan tatapan matanya yang tajam.
"Mandilah, aku tunggu disini." pinta Bagas.
"Hmmm? Biasanya nunggu diluar? Hmmmm, jangan-jangan mau ngintip ya?"
"Buat apa mengintip, kalau bisa melihat semuanya dengan mudah. Toh kita sah." jawab Bagas, membuat Syifa sontak menutupi tubuh dengan tangannya.
"Iiih, Mas... Ternyata selama ini memperhatikan."
"Ssssstttt, pergilah." pinta Bagas, yang mulai kembali jiwa tegas nya.
Syifa dengan secepat kilat melaksanakan perintah suaminya. Ia pun segera keluar dari kamar mandi, dan memakai pakaiannya dengan rapi. Lalu Ia menghampiri Bagas kembai untuk membawanya sarapan bersama yang lain.
"Cepet? Bersih ngga mandinya?"
"Udah biasa berpacu dengan waktu. Udah, nanti kalau bau lagi, aku mandi lagi. Aku tahu kamu sudah kaparan." jawab Syifa.
Mereka pun segera menghampiri yang lain, dan menyantap sarapan bersamaan.
Syifa menyuapi Bagas dengan menu spesialnya, dan mengesampingkan sarapannya. Di saat itulah, Reza dengan sigap menyuapi Syifa, dengan menikmati sarapannya sendiri.
" Ngga usah repot-repot, Mas. Nanti Ifa bisa makan sendiri."
"Ngga papa, santai aja. Kamu kan lagi nyuapin Bayi gede." jawab Reza.
Suasana menjadi hangat, Mama dan Papa pun mendukung apa yang dilakukan Reza, karen menganggap itu wajar karena keperduliannya.
Namun, di satu sisi, tatapan Om Edward sedikit berbeda akan mereka bertiga. Seperti sedang mencari celah, untuk merancang sebuah rencana. Syifa sesekali melihatnya dengan tatapan takut. Tapi Ia ingat ucapan Bagas, jika tak boleh menganggap ucapannya serius.
"Fa... Kamu masih gadis?" tanya Om Edward.
"Apa maksudnya tanya seperti itu ketika sarapan?" gerutu Bagas dalam hati.
"Ma-masih, Om." jawab syifa gugup.
"Wah... Sayang sekali Bagas anggurin kamu, ya? Padahal, pernikahan kalian harusnya masih begitu hangat saat ini. Bulan madu, dan semua romansa pengantin baru yang indah."
Bagas kesal mendengarnya lagi. Ia bahkan nyaris kelepasan menyergahnya. Tapi untung Reza terlebih dulu menegur sang Papa.
"Bisa ganti topik ngga? Ini meja makan, Pa."
"Kamu keanapa? Sudah berani melawan Papa?"
"Stop Ward... Setiap kamu kesini, cuma mancing huru hara aja. Ngga bosen apa?" bentak Mama Ayu yang kesal.
Om Edward langsung diam, tatapannya pun semakin sinis pada Kakak perempuannya itu. Padahal, dulu mereka tak seperti itu. Tapi semua berubah ketika orang tua mereka meninggal beberapa tahun yang lalu.
Updated 238 Episodes
Comments
Mira Iswanti
masa iya reza terlalu perhatian gitu ke syifa, gak logis aja. sampe suapin makan segala, secara mereka kan beda gen. syifa nya jg harusnya jgn mau donk didusuapin
2022-06-03
3
Cucu Saodah
punya om gaada akhlak emang tuh. ga sopan sopian banget nanya begituan.. syfa lagi kenapa dijawab. diem aja gausah dijawab jatuhin harga diri suami mu fa
2022-06-12
0
Berlian Rasmi Hasibuan
kau masih gadis atau sudah janda....baik katakan saja jangan malu....kayak lagu jadul...dasar orang tu nggak tau malu😖😖😖😖😖😖
2022-06-15
0