Keadaan yang pahit
"Assalamualaikum..." ucap Gibran, yang baru pulang dari sekolahnya.
"Gib, abis ini ganti langsung makan, ya? Kakak siapin makan siangnya."
"Iya, Kak. Abis itu, siapin gerobak sama baksonya, ya? Gibran mau jualan abis ini. Bapak mana?" tanya nya, yang belum mengetahui keadaan sebenarnya.
Syifa diam sejenak, lalu mengambilkan makanan dan mengantarnya ke kamar Gibran.
"Gib, makan dulu." tawar Syifa.
"Lah, taruh di sana aja, nanti Gibran ambil sendiri."
"Kakak mau ngomong. Sini, duduk." ajak Syifa, di renjang kecil dengan kasur yang tipis itu.
"Kenapa, kok kayaknya sedih banget?" tanya Gibran, sembari menyendok makanannya.
"Ayah... Dipenjara, sekarang." jawab Syifa.
"Lah, kok bisa? Ayah kan saksi, kenapa jadi tersangka?" tanya Gibran dengan begitu terkejut.
Syifa pun menceritakan semua kronologisnya pada Gibran, berharap Ia akan mengerti dengan keadaan saat ini. Dan Gibran, harus sabar ketika ada orang yang akan membullynya nanti.
" Gibran itu ngga pernah takut di bully. Tapi, Gibran takut kalau Ayah disana sakit. Ibu sudah sakit, jangan sampai Ayah juga. Meski Gibran harus gantiin Ayah jualan bakso setiap pulang sekolah, tapi maunya Ayah tetap disini sama kita, Kak."
"Iya, Kakak tahu. Kakak juga mau nya begitu, Gib. Tapi keadaan berkata lain. Kakak akan berusaha bebasin Ayah, kamu tenang aja, ya?"
"Terus Gibran harus gimana sekarang?" tanya Gibran, dengan menyeka air matanya.
"Buat Ibu tenang, jangan sampai kamu kelihatan sedih. Bisa?"
Gibran pun mengangguk, meski sebenarnya berat untuk di lakukan. Demi mengalihkan perhatian, Syifa dan Gibran pun menyiapkan dagangan mereka untuk di bawa berkeliling.
"Kamu bisa, Nak?" tanya Ibu mereka dengan lemah.
"Bisa dong. Kan lumayan dapetnya, bisa buat bayaran sekolah." jawab Gibran dengan senyumnya meski berat.
"Yasudah, Gibran pergi dulu ya... Assalamualaikum." ucap Gibran, mulai berjalan dengan sesekali memukuli mangkuk dengan garpu yang Ia pegang.
Syifa menghela nafas lega sejenak. Ia pun duduk sembari meluruskan kaki dan menata fikirannya yang ruwet saat ini. Tapi, ada saja panggilan yang mengganggu istirahatnya.
"Ibu Karu, kenapa lagi?" gumamnya
"Hallo, Bu. Kenapa?"
"Fa, kamu dimana?"
"Di rumah, kenapa? Ada keadaan darurat kah?" tanya Syifa.
"Ehmm, keluarga Bagas... Mereka ingin kamu merawatnya. Kamu harus datang kesini sekarang." pinta Bu Karu.
"Lah... Ini bukan jam dinas saya. Saya aja baru pulang, Bu _ capek." keluh Syifa.
"Mama itu, maunya kamu. Katanya, hanya kamu yang faham. Ayolah, siapa tahu bisa meringankan hukuman Ayahmu." bujuknya.
Seketika Syifa berfikir, apa yang di katakan Ibu Karu itu ada benarnya. Ia pun menyanggupi, lalu mematikan teleponnya untuk mengganti pakaiannya yang rapi. Setelah itu, Syifa berangkat ketika sebelumnya meminta izin pada sang Ibu.
Dengan cepat Syifa menyetir motornya, hingga akhirnya tiba di halaman parkir Rumah sakit. Ia pun berlari, agar sampai ke ruangan itu dan melaksanakan tugasnya.
"Bu, maaf telat." ucapnya pada Bu Karu.
"Oke... Jadi, tugas sore itu hampir sama dengan tugas pagi. Kamu sudah faham itu, jadi ngga perlu saya jelaskan. Doa saya menyertai kamu, semoga dapat sedikit meringankan Ayahmu dengan ini." Ibu Karu memberi semangat pada Syifa.
Syifa pun segera masuk dengan membawa trolinya. Lalu memulai pekerjaannya lagi untuk merawat Bagas. Ia kembali dengan perkenalannya, untuk merangsang pendengaran Bagas agar hafal dengan suaranya. Dan lagi, Bagas kali ini menggerakkan tangannya untuk merespon Syifa.
"Terimakasih, Pak Bagas. Saya akan mulai melakukan tugas saya." ucap Syifa.
Ia lalu memeriksa kembali tanda tanda vital di tubuh Bagas. Denyut nadi, pernafasan, jantung, dan tekanan darah. Dan semua Ia catat tanpa cacat. Ia pun memeriksa urine bag yang diikat di bawah temoat tidur, lalu membuangnya setelah di catat.
"Kamu, harus jadi perawat anak saya. Saya akan cabut kontrak kamu di Rumah sakit ini, dan kamu saya kontrak untuk anak saya."
"Bu, Tuan Bagas sudah menunjukkan tanda perkembangan. Mungkin sebentar lagi akan pulang dan di rawat di rumah. Mohon cari perawat Home care pria, agar Tuan tak merasa kebaratan dengan perawatannya."
"Saya tidak mau... Harus kamu yang merawat dia. Dia hanya mau kamu, dan menolak dengan yang lain."
Updated 238 Episodes
Comments
emaknya Rainnathan
percaya lah syifa, semua akan indah pada waktunya, berdo'a lah spy othor menutup sgl pintu kesulitannya utk mu, dan membuka jln kemudahan utk mu, krn othor lah penyendali nasibmu
2022-06-08
4
Cucu Saodah
ih gaje tuh si mama... bapaknya di penjarakan anaknya dijadikan pengurus anaknya. apa dengan menjarain bapaknya bisa membuat bagas sembuh?... suka aneh deh
2022-06-11
3
Siti Aisyah
semoga ..mamah bahas melembut dgn melihat hasil pekerjaan syifa..dan akan mencabut semua tuntutan pd ayah nya
2022-06-11
0