Sandriza duduk di meja kerjanya di depan ruangan kerja Melinda. Sepanjang hari dia menatap buket mawar kuning itu di atas mejanya. Siang tadi buket mawar kuning itu tiba diantar oleh seorang kurir ke kantor. Sandriza berpikir buket mawar kuning itu adalah untuk tante Melinda. Namun ternyata untuk dirinya. Tidak hanya buket mawar kuning itu namun ada parcel kecil dan cantik yang di dalamnya ada banyak coklat dan satu kotak kecil berwarna merah di dalamnya.
Sandriza penasaran akan isi kotak itu dan ketika ia buka ternyata sebuah cincin yang cukup cantik dengan sinar yang menyilaukan batu ditengah nya.
" Ini cincin mahal." pikir Sandriza siang itu.
Tidak sekedar itu saja yang membuat Sandriza berasa seperti seorang putri adalah Zio menelpon nya dan mengucapkan kata-kata manis dan indah. Hal itu membuat Sandriza menjadi tersanjung dan terbawa suasana yang penuh kasmaran.
" Hari sabtu aku menjemput kamu yah!" ajak Zio melalui VC siang itu.
" Kemana?" tanya Sandriza malu- malu.
" Aku ingin menghabiskan malam minggu bersama kamu." kata Zio.
" Apakah om Koko tidak sedang membutuhkan kamu?" tanya Sandriza.
" Saat ini belum ada kabar! Hari sabtu mungkin dia ada acara dengan keluarga nya. Nanti jika tuan Koko ingin aku menemaninya pergi, aku akan ijin kepada nya untuk mengajak kamu." kata Zio.
" Memang bisa seperti itu?" sahut Sandriza.
" Itu kalau tuan Koko memang janjian dengan tante Melinda. Hahaha. Kalau dengan yang lain aku tidak janji yah!" kata Zio.
" Memang banyak wanita-wanita di sekeliling tuan Koko?" tanya Sandriza.
" Iya! Tapi jangan kamu ceritakan ini dengan tante Melinda yah! Bos mah bebas!" ucap Zio.
" Baiklah! Aku bisa jaga rahasia kok." kata Sandriza.
" Pulang kerja aku jemput kamu deh!" kata Zio sambil tersenyum.
" Pulang kerja biasanya aku dijemput mas Bagas. Kalau tante Melinda tidak ada urusan aku pulang dengan tante Melinda." cerita Sandriza.
" Kalau begitu aku lebih awal menjemput kamu saja biar tidak keduluan di jemput mas Bagas mu itu. Dan biar aku yang minta ijin tante Melinda." kata Zio menantang.
" Kamu berani?" tantang Sandriza.
" Apa yang aku takut kan?" sahut Zio.
" Baiklah!" kata Sandriza.
" Sandriza!" panggil Zio.
" Cantik sekali sih kamu!" kata Zio sambil menatap layar ponsel nya itu tanpa berkedip.
" Kamu juga ganteng hari ini." Sandriza ikut memuji.
" Oh iya, Sandriza! Aku akan membelikan rumah untuk kamu tinggal di kota ini. Supaya aku lebih bebas datang kapan saja menjumpai kamu." kata Zio berjanji.
" Tidak! Aku tidak mau tinggal sendirian di rumah itu. Aku takut hantu!" kata Sandriza polos.
" Hahaha. Tidak ada hantu sayang! Nanti aku akan sering menemani kamu di rumah baru kamu nanti." janji Zio.
" Tidak! Nanti kamu macam- macam dengan aku. Aku kan masih suci dan belum ternoda. Lagian Mas Bagas tidak akan pernah kasih ijin aku keluar dari rumah itu walaupun aku ngontrak rumah atau beli rumah sendiri. Itu akan berbahaya bagi aku." kata Sandriza.
" Aduh! Mas Bagas.. Mas Bagas terus sih! Coba sekali kali kamu mengikuti kemauan aku, sayang!" kata Zio.
" Tidak ah! Nanti kamu nakal sama aku! Aku dan kamu kan belum menikah. Kamu kok rela membelikan rumah untuk aku sih?" kata Sandriza.
" Karena aku mencintaimu Sandriza! Serius! Pokoknya aku akan membelikan rumah padamu. Setelah ini aku akan minta ijin tante Melinda supaya kamu bisa tinggal di rumah baru itu bersama aku." kata Zio.
" Enggak mau! Pokoknya aku tetap tinggal bersama tante Melinda dan mas Bagas." sahut Sandriza lalu menutup VC itu dari Zio.
Sandriza jadi berpikir dan mengingat akan pesan Mas Bagas, kalau dirinya harus selalu berhati-hati dengan modus seorang laki-laki terhadap dirinya. Apalagi dirinya adalah gadis perawan yang datang dari kampung sengaja merantau ke kota. Walaupun ijazah Sandriza seorang sarjana namun kebaikannya kadang dimanfaatkan oleh seorang laki-laki yang berusaha mendekati dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments