Di balkon hotel mewah dimana ada Koko dan Melinda.
" Aku pulang yah!" pamit Melinda setelah sudah siap semuanya.
" Sebenarnya aku masih ingin berlama- lama dengan kamu, Melinda!" ucap Koko.
" Tapi ini sudah dua hari aku bersama kamu loh, Koko! Anak-anak aku pasti akan mencari- cari aku kemana mama nya pergi. Apalagi anak sulung aku, si Bagas. Dia selalu posesif terhadap mama nya. Kalau yang dua sih suka ditempat papa nya." kata Melinda.
" Baiklah! Hari sabtu kita ketemuan lagi yah!" kata Koko akhirnya.
" Aku pamit yah!" ucap Melinda lagi.
" Kasih aku ciuman dulu."rengek Koko.
Melinda mendekati Koko lalu mencium pipi kanan Koko. Namun Koko tidak puas dengan ciuman seperti itu. Ditariknya tangan Melinda hingga kembali dalam pelukan Koko. Koko mulai meraup bibir Melinda. Melinda ngos-ngosan nafasnya.
" Koko, cukup hentikan!" kata Melinda sambil mendorong Koko.
" Lain kali aku ingin lebih, Melinda!" kata Koko akhirnya.
" Kamu yakin?" tantang Melinda.
" Yakin! Sangat yakin! Siapkan diri kamu, Melinda!" kata Koko sambil tersenyum nakal.
" Baiklah!" sahut Melinda sambil melanjutkan langkahnya keluar dari kamar hotel itu.
*******
Melinda mulai menjalankan mobilnya ke perusahaan nya. Hari masih pagi dan Melinda sengaja datang lebih awal ke kantor nya. Melinda dengan langkah yang penuh semangat langsung menuju ruang kerjanya. Sandriza sudah pergi ke kantor di antar oleh Bagas. Dan Bagas sengaja menuju kedatangan mama nya di ruang kerja mamanya itu.
Melinda terkejut ketika Bagas sudah duduk di kursi presdir kursinya. Namun secepatnya Melinda berusaha tenang dengan mata tajam yang penuh amarah dan siap menghujani pertanyaan kepada mama nya itu.
Sandriza juga ikut menunggu di ruang kerja itu. Sandriza duduk di kursi sofa ruangan itu.
" Mama! Terlihat segar yah!" sindir Bagas lalu pindah ke kursi sofa dekat dengan Sandriza.
Melinda mulai duduk di kursi presdir nya. Dengan sangat santai Melinda mulai berbenah dan membuka laptop nya.
" Sandriza! Tolong kamu pesan kan dua porsi soto daging dan dua juz jeruk yah! Kamu kalau mau soto nya pesan saja tiga." kata Melinda.
" Baik tante!" sahut Sandriza lalu bergegas meninggalkan ruangan kerja itu.
Sesaat Bagas menatap mama nya penuh ketidaksukaan. Betapa tidak? Bagas tidak ingin jika mamanya menjalin hiburan dengan seorang pria yang masih memiliki istri. Bagas tidak ingin mama nya merusak pagar ayu itu.
" Mama! Aku menyayangi mama. Sangat menyayangi mama. Tapi aku pun juga tahu mama juga berhak mendapatkan kebahagiaan itu. Namun aku tidak ingin, mama salah langkah." kata Bagas akhirnya.
Melinda menatap Bagas dengan teduh namun matanya sungguh-sungguh memperlihatkan ketajaman nya.
" Apa yang kamu ketahui dari mama, hah?" tanya Melinda mulai emosi.
" Santai saja, mama ku yang masih segar dan cantik! Aku tidak melarang semua yang menjadi kesenangan dari mama. Tapi, tolong jangan menjalin hubungan dengan laki-laki yang sudah beristri. Bukankah mama bercerai dengan papa karena papa berselingkuh dan menjalin hubungan dengan wanita muda itu?" kata Bagas yang membuat Melinda melotot.
" Jadi bukankah mama pernah merasakan sakit ketika dikhianati oleh suami? Jadi jangan berhubungan dengan suami orang, itu sama dengan mama menyakiti istrinya, ma!" kata Bagas to the point.
" Bagas!!" teriak Melinda.
" Sudahlah! Itu saja yang ingin aku omongin ke mama. Setelah ini terserah mama. Mau mendengarkan kata aku atau masih tetap dengan kesenangan mama itu. Memang kalau sudah jatuh cinta yang kedua kalinya, orang bicara apapun tidak akan di dengar bukan?" kata Bagas.
" Aku pamit ke kantor dulu, ma! Salam tidak buat papa?" tanya Bagas kepada mamanya sambil bersalaman dengan mama nya.
Bagas ini memang suka bicara apa adanya. Jika dia suka bilang suka dan ketika tidak suka bilang tidak suka. Bagas tidak suka basa- basi. Bagas memang bekerja di perusahaan milik papa nya. Bagas lebih menyukai perusahaan yang digeluti oleh papa nya. Perusahaan papa nya bergerak di bidang konstruksi sedangkan mama nya di bidang alat-alat kecantikan dan kosmetik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments