Bagas kembali mengamati, melihat dan menyaksikan dengan lebih detail lagi penampilan Sandriza yang mengenakan rok mini dengan kaos ketatnya tanpa jaket. Bagas melihat lekukan tubuh indah milik Sandriza yang berisi. Dengan buah da.. da yang cukup besar dan menantang itu membuat mata laki-laki serasa ingin menjamahnya.
" Kamu ini loh! Kenapa juga pakai baju seperti itu?" protes Bagas.
" Lah aku kira naik mobil, mas!" bela Sandriza.
" Kalaupun naik mobil, kenapa juga pakai baju macam itu? Kamu ingin menggoda aku?" ucap Bagas sewot.
" Eh?? Siapa juga yang mau menggoda, mas Bagas." kata Sandriza sambil manyun bibir nya.
" Ya sudah! Kita naik mobil aja!" kata Bagas akhirnya.
Sandriza mengikuti semua perintah Bagas masuk ke dalam mobil sport milik Bagas. Bagas mulai menjalankan mobilnya dengan cepat. Sandriza menutup matanya ketika Bagas menjalankan mobilnya itu dengan cepat. Sandriza begitu ketakutan bukan main. Bagas malah tertawa ketika melihat Sandriza sangat ketakutan hingga menutup matanya.
" Mas Bagas! Pelan- pelan saja, bisa tidak?" kata Sandriza dengan suara keras.
" Biar cepat sampai loh!" sahut Bagas masih tetap mengemudikan mobilnya dengan cepat.
Sampai akhirnya Bagas masuk ke pelataran rumah makan yang cukup elegan. Bagas mulai pelan memarkirkan mobilnya.
" Sudah sampai! Ayo turun!" kata Bagas kepada Sandriza.
Sandriza membuka matanya yang sedari tadi ia tutup dengan kedua telapak tangannya.
" Lebay banget sih? Begitu saja takut!" ucap Bagas sambil membukakan sabuk pengaman milik Sandriza. Sandriza seketika menahan nafasnya ketika parfum maskulin itu tercium di hidungnya. Mungkin juga Bahas demikian halnya mencium parfum yang menggoda di tubuh Sandriza. Sesaat mereka saling pandang. Sandriza memejamkan matanya ketika Bagas begitu dekat ke wajahnya.
" Kamu ngapain memejamkan mata? Ayo turun!" kata Bagas sambil menahan tawanya. Sandriza pikir Bagas akan mencium dirinya.
" Eh iya!" sahut Sandriza dengan raut wajah bersemu merah karena malu.
Sandriza mengikuti langkah Bagas yang masuk ke rumah makan itu dan menyerahkan semua kepada Bagas memilih tempat duduk yang nyaman untuk mereka berdua.
" Duduk lah yang sopan, kamu memakai rok mini." ucap Bagas seolah posesif habis terhadap Sandriza.
" Eh iya!" sahuy Sandriza sambil melihat daftar menu makanan yang diletakkan di atas meja.
" Kamu pesan aja yang kamu suka, tidak perlu di tahan karena takut gemuk." kata Bagas.
" Baiklah!" kata Sandriza akhirnya.
Setelah mereka memesan makanan dan minuman kepada pramusaji restoran itu mereka mulai sibuk dengan ponselnya masing-masing.
" Tidak biasanya mama seperti ini loh! Pergi sampai menginap segala. Dan ini sudah dua hari loh!" kata Bagas akhirnya.
Sandriza mulai berpikir sejenak untuk memberikan tanggapannya.
" Tidak mungkin kan tante Melinda di culik?" sahut Sandriza.
Bagas melotot mendengar perkataan dari Sandriza yang tidak masuk akal itu.
" Tante Melinda melihat proyek di luar kota, mas!" kata Sandriza berusaha menutupi semuanya.
" Proyek apa? Aku khawatir mama mulai pacaran deh!?" tebak Bagas akhirnya.
" Dan benar juga kata kamu yang pertama. Mama aku diculik om- om supaya tidak pulang." tambah Bagas.
Sandriza menatap Bagas tanpa berkedip.
" Kamu kenapa melihat aku begitu? Terpesona yah?" kata Bagas.
" Aduh mas! Apa aku tidak boleh melihat Mas Bagas? Ini salah, itu salah." ucap Sandriza akhirnya.
" Hahaha! Begitu saja dibuat serius loh!" kata Bagas.
" Oh iya, Sandri! Mama aku ada chat ke kamu tidak?" tanya Bagas.
" Tidak!" jawab Sandriza singkat.
" Jadi benar dugaan ku, mama sudah mulai pacaran dengan om- om." tuduh Bagas.
" Tante Melinda juga butuh bahagia, mas!" sahut Sandriza akhirnya. Bagas malah mengernyitkan dahinya dan mulai berpikir.
" Jadi kamu tahu bersama siapa mama aku pergi?" tuduh Bagas yang membuat Sandriza merasa terpancing.
" Eh? Aku aku tidak tahu mas!" sahut Sandriza.
" Kamu bohong! Tapi ya sudah lah! Mama juga layak bahagia." kata Bagas sambil melihat wajah Sandriza dan menunggu reaksi dari ucapan nya yang terakhir
Sandriza menarik nafasnya lega.
" Hah? Jadi benar-benar kamu mengetahuinya? Mama jalan dengan om- om?" tebak Bagas lagi yang membuat Sandriza sangat terkejut karena Bagas pandai sekali memancing Sandriza.
" Om itu direktur utama di perusahaan ternama di kota ini. Waktu itu kita ketemuan karena proyek kerja sama. Tante Melinda awalnya tidak mengetahui, siapa klien yang akan dijumpai nya. Hanya nama saja tapi tidak menyangka ternyata keduanya saling kenal. Om itu dulunya adalah mantan pacar tante Melinda. Itu sih menurut cerita dari Zio asisten om itu dan dialah yang mengantar aku pulang ke rumah waktu itu." cerita Sandriza dengan jujur.
Bagas menyimak nya dengan seksama.
" Hem! Akhirnya kamu jujur juga ya!" sahut Bagas dengan tersenyum simpul.
" Satu lagi! Jangan dekat- dekat dengan Zio! Asisten om yang kamu bicarakan tadi! Aku tidak menyukai nya." kata Bagas yang membuat ciut nyali Sandriza.
" Itu bukan urusan kamu, mas!" protes Sandriza.
" Eh, itu jelas urusan aku. Si zio mulai alay sok perhatian ke kamu, tanya sudah makan apa belum, sudah mandi apa belum?" kata Bagas.
" Eh? Kok kamu tahu mas? Kamu membuka ponsel milik aku yah, mas?" tuduh Sandriza dengan membulat matanya seperti kelereng.
" Ehh??" Bagas terkejut karena keceplosan. Akhirnya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
" Aku tidak sengaja melihat nya." bela Bagas akhirnya yang mendapat pukulan di lengan nya oleh Sandriza.
" Aduh sakit Sandriza! Aku laporkan ke komnasham bahwa terjadi kekerasan dalam rumah tangga loh!" kata Bagas sambil terkekeh.
" Aku lapor balik juga, bahwasanya ada yang masuk kamar aku dan membuka ponsel aku tanpa seijin aku." sahut Sandriza.
"Halo siapa suruh pintu kamar kamu tidak dikunci?" bela Bagas akhirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments