Minggu pagi di kediaman Aldebaron.
[Smooth like butter, like a criminal undercover]
[Gon' pop like trouble breaking into your heart like that (ooh)]
[Cool shade, stunner, yeah, I owe it all to my mother]
[Hot like summer, yeah, I'm making you sweat like that (break it down)]
Aminta hanya menatap aneh sang putra yang sedang menyanyikan lagu dengan suara serak, Chandika juga berjoget-joget sambil menirukan gerakan cuplikan video musik yang terpampang di tv di dalam kamar.
Knock.. Knock
Tangan agak keriput Aminta segera mengetuk pintu kamar yang terbuka, "Chan, are you ok?" tanyanya hati-hati.
"Ah.." gumam Chandika sedikit kaget dan langsung menghentikan kegiatannya dan berjalan ke arah pintu, "I'm ok. Ada apa, mami?"
"Tidak, mami hanya lewat," jawab Aminta. "Apa yang sedang kamu lakukan? Kenapa bernyanyi dan joget-joget seperti tadi?"
"Memangnya tidak boleh?"
"Oh, tidak. Maksudnya tentu saja boleh, tapi tidak biasa saja," kata Aminta gelagapam takut jika putranya yang sensitif seperti dirinya salahpaham dan menangis.
"Apanya yang tidak biasa?" tanya Chandika dengan merngeryit.
"Ah, tidak lupakan saja."
"Mami tidak bekerja?"
"Tidak, ini kan hari Minggu."
"Kalau begitu ayo kita bernyanyi dan berjoget bersama," kata Chandika dengan menarik tangan Aminta ke dalam kamar.
Aminta hanya pasrah.
"Itu namanya BTS, Boyband K-pop," tunjuk Chandika ke arah tv yang sedari tadi menyala, menampilkan video musik ke tujuh laki-laki tampan yang sedang bernyanyi dan menari. "Woah, ganteng banget!" celetuk Chandika dengan mata berbinar.
Aminta hampir jantungan melihat putranya seperti menyukai ke tujuh laki-laki itu, apakah putranya sudah tidak normal.
Wanita itu langsung menggeleng dan menampik pikirannya. Oh ayolah, putranya jelas-jelas normal karena mempunyai banyak pacar.
Chandika lanjut bernyanyi dan berjoget, sedangkan Aminta mengikuti gerakan Chandika di belakang.
[Side step, right-left, to my beat]
[High like the moon, rock with me, baby]
[Know that I got that heat]
[Let me show you 'cause talk is cheap]
[Side step, right-left, to my beat]
[Get it, let it roll]
[Get it, let it roll]
[Get it, let it roll]
Drett
Drett
Getaran headphone diatas meja mengalihkan kesibukannya.
Message_
Cheri🍒 : Jadi tidak?
^^^My : Iya, gue otw rumah lo.^^^
Cheri🍒 : Ok, hati-hatilah.
^^^My : Y^^^
_
"Mami, aku ingin izin keluar rumah sebentar," kata Chandika mengalihkan Aminta yang masih asik berjoget sendiri dan tidak sekaku tadi.
"Kenapa meninggalkan mami, Chan?" ucap Aminta seketika berwajah masam. "Padahal mami masih ingin bernyanyi dan berjoget dengan kamu."
"Aku ada urusan. Mami dengan papi saja, ya," kata Chandika cepat dengan langsung mencium pipi Aminta setelah mengambil jaket denim yang tergeletak di atas kasur, dan melangkah keluar.
Setelah menatap kepergian sang putra, Aminta langsung beranjak untuk memanggil Jauzan.
"Suamiku, ayo kita bernyanyi dan berjoget!"
**
Jam masih menunjukkan pukul 10.00, jalan kota Jakarta masih saja padat meskipun hari libur. Tidak hanya mobil-mobil yang berbaris rapi, tapi motor-motor banyak yang menyelip di kendaraan lainnya, dan motor sport kebanggaan Chandika ikut berdesak di tengahnya jalan raya.
"Kamu jangan menyalip kendaraan seperti itu!"
"Pelankan sedikit laju motornya!"
"Hei, hati-hati!"
"Kamu bisa bawa motor tidak, sih?"
PLAK
Geplakan kencang di helm Chandika.
"Aduh sakit! lo jangan bawel kenapa, sih!" pekik Chandika kesal pada seorang perempuan yang diboncengnya.
"A-aku takut.. hiks," isak Cherika sambil mengeratkan pelukan dipinggang Chandika.
"Oh my, jangan menangis, nggak usah takut, gue udah jago bawa motor," kata Chandika dengan mata yang masih fokus ke jalan.
CKITT
"Kita sudah sampai."
"..."
"Hei, turun," kata Chandika ke perempuan yang masih memeluk erat pinggangnya.
'Untung badan gue sendiri, kalau nggak sudah gue kepret nih tangan peluk-peluk,' batin Chandika.
Cherika langsung membuka matanya yang terpejam karena ketakutannya tadi, dan langsung turun dari motor sport itu.
"Kita di mana?" tanya Cherika setelah mengontrol detak jantungnya yang tadi menggila.
"Tempat gue ketabrak mobil waktu itu."
"Kenapa kita ke sini?"
"Gue yakin kalau di sini kita bisa mencari petunjuk," kata Chandika yang kini sedang melangkah dan meneliti jalan raya itu. "Mungkin di sini ada semacam portal atau sesuatu yang membuat jiwa gue pindah ke tubuh lo."
"Iya aku bantu mencarinya juga."
Mereka berdua langsung mulai mencari hal yang akan menjadi petunjuk.
Dan sudah satu jam mereka mencari, tapi belum menemukan hal yang dimaksud Chandika tadi.
"Cari apa, neng?" tanya seorang laki-laki yang berpakaian serba oranye pada Cherika yang kini sudah berkeringat menahan panas.
"Ah, itu.. kami sedang mencari sesuatu yang terjatuh," jawab Cherika dengan berbohong, tidak mungkin kan dia mengatakan sebenarnya, yang ada dia dikira tidak waras.
"Apa itu?"
"Um.."
"Dompet saya, pak," celetuk Chandika dengan cepat mewakili jawaban Cherika.
"Oh, saya kira apa, mungkin dompetnya sudah diambil orang, saya perhatikan kalian sudah hampir satu jam mencarinya," kata pria yang membawa sapu lidi itu. "Saya juga sudah membersihkan jalan raya ini, tapi tidak menemukan dompet."
"Iya, pak. Sepertinya sudah diambil orang, tapi kami ingin mencarinya sebentar lagi, soalnya dompet saya ada kartu-kartu penting," kata Chandika dengan tersenyum dengan sopan.
"Baiklah, saya tinggal dulu ya kalau begitu," kata pria itu dan meninggalkan Chandika dan Cherika.
"Bagaimana ini? Kita tidak menemukan petunjuknya," ucap Cherika dengan gelisah.
"Nggak tahu.." perkataan Chandika berhenti ketika mata hitam kelamnya menata siluet nenek-nenek yang dia kenal, nenek itu sedang menatap mereka berdua dengan senyum miring, dan langsung berjalan menjauh.
"Tunggu!" teriak Chandika dan langsung mengejar nenek bersyal merah, dia berlari ke sebrang jalan tanpa memperdulikan Cherika yang berseru dan mengikutinya dari belakang.
Langkah lebarnya sudah sampai ke sebrang jalan di mana nenek itu berada tadi, tapi si nenek sudah hilang entah kemana.
"Nenek harap dengan ini kamu bisa segera menemukan takdir kamu."
Terbesit perkataan nenek bersyal merah dipikirannya, sepertinya nenek itu ada kaitannya dengan transmigrasi mereka berdua.
"Hos.. hos.. hos kamu sedang mengejar siapa?" kata Cherika dengan napas memburu sehabis lari.
"Sepertinya gue tahu siapa yang telah membuat tubuh kita tertukar," ucap Chandika yang membuat Cherika terkesiap.
"Siapa?"
"Seorang nenek-nenek yang pernah gue tolong."
**
"Danny, segera kamu cari tahu siapa itu BTS," kata Jauzan yang membuat laki-laki berambut coklat pirang mengeryit.
"BTS? Maksud tuan, Bangtan Boys?" tanya Danny sedikit tidak yakin, untuk apa atasannya ini mencari tahu Boyband negri gingseng itu.
"Bangtan Boys apa lagi itu?" tanya Jauzan bingung, "BTS yang saya maksud adalah penyanyi laki-laki yang beranggotakan tujuh orang."
'Yang benar saja?' batin Danny terheran-heran.
"Cari tahu siapa mereka," perintah Jauzan dengan wajah tegasnya.
"Tapi untuk apa, tuan?"
"Kamu tahu?" tanya Jauzan dan mendapatkan gelengan Danny
Oh ayolah, bagaimana pemuda berambut cokelat pirang itu tahu jika Jauzan belum mengatakannya.
"Istriku sepertinya sangat menyukai mereka, tadi dia mengajakku bernyanyi dan berjoget untuk mengikuti para laki-laki itu, dan istriku sangat berbinar bahagia saat melihat ke tujuh laki-laki itu, betapa cemburunya aku," lanjut Jauzan menggebu.
Danny hanya melongo tidak elitnya setelah mendengar perkataan tuannya.
'Oh my, tidak tahukah dia jika aku sudah terlalu sibuk untuk mencari seorang wanita dan menjadi babysitter anaknya, dan sekarang dia menyuruhku untuk mencari tahu tentang Boyband K-Pop?' kata Danny nelangsa dalam hati.
Salahkan Chandika yang sudah meracuni Aminta.
_To Be Continued_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
🥰🥰❤️❤️❤️🥰🥰
wkwwkwk🤣🤣🤣 novel ini lucu🤭
2022-09-17
0
𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ🍁🦂⃟τᷤяᷤιᷫαꪶꫝ𝓐𝔂⃝❥❣️
next Thor 👍👍👍
2022-05-01
0
𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ🍁🦂⃟τᷤяᷤιᷫαꪶꫝ𝓐𝔂⃝❥❣️
lucu banget bikin ketawa sendiri gara2 mama Aminta suka boyband Korea BTS🧐🤔🤭🙏🏻😍👍👍👍
2022-05-01
0