Kediaman Aldebaron kini sedang dikejutkan oleh kedatangan seorang gadis yang tiba-tiba saja dibawa oleh Chandika.
"OMG! Siapa gadis imut ini!" pekikan kencang Aminta menyambut, dengan segera dia mencubit gemas pipi Cherika.
Cherika ingin menangis karena pipinya menjadi sakit karena dicubit, kini matanya sudah berkaca-kaca.
"Hentikan, mami!" seruan Chandika menghentikan aksi Aminta. "Lihatlah, mami membuatnya menangis."
"Oh my!" Aminta langsung terkejut dan segera memeluk Cherika, "Maafkan tante, kenapa kamu mirip sekali dengan Chandika? Dia juga sangat gampang menangis sepertimu."
Chandika yang mendengar perkataan mami Aminta hanya mendelik tidak terima. Tapi mau bagaimana lagi, memang Chandika yang asli itu cengeng.
Entah kenapa Aminta sangat senang dengan kedatangan Cherika, seperti ada ikatan batin diantara mereka. Perasaan seorang ibu yang mengenali anaknya.
"Hmm," dehamnya Jauzan mengalihkan interaksi ke tiganya, "Chan, papi dengar kamu memacari banyak perempuan. Jangan bilang kalau gadis ini salah satu pacarmu," kata Jauzan membuat Aminta dan Cherika melirik pemuda berambut mullet tidak percaya.
"Bagaimana papi tahu?" tanya Chandika tanpa menampik perkataan sang ayah, dia hanya bingung kenapa Jauzan mengetahui itu, atau Alvis yang mengadukannya?
"Kamu tidak perlu tahu itu," ucap pria paruh baya bermata hitam pada putranya. "Jadi, apakah dia pacarmu?" tanya Jauzan lagi.
"Dia—"
"Aku bukan pacarnya, pa.. o-om," Cherika segera menyela jawaban Chandika, hampir saja dia keceplosan memanggil Jauzan papi. Dia takut kalau Chandika mengatakan kalau mereka pacaran, sama seperti yang dikatakan pada Ben, dia tidak mau keadaan ini semakin rumit. "Aku hanya teman, Chandika."
"Kenapa begitu? Kenapa tidak pacaran saja? Tante setuju kalau kalian pacaran kok," kata Aminta mendadak kecewa, entah kenapa dia sudah sangat menyayangi Cherika, kenapa gadis ini tidak menjadi calon menantunya saja.
Si gadis mungil hanya merngeryit dahinya mendengar perkataan mami Aminta. Dulu saat dengan Jane maminya ini tidak pernah seperti ini, maminya hanya menitipkan dia untuk dijaga pada Jane, tapi kenapa dengan Cherika dia seantusias ini.
"Sudahlah, istriku," kata Jauzan menyadari raut kecewa istrinya. "Ini urusan hati mereka berdua, kita sebagai orang tua tidak usah ikut campur. Lagi pula mereka masih kecil," lanjut Jauzan dengan bijak.
'Papi memang yang terbaik,' batin Cherika dalam hati sambil menatap Jauzan.
Dia sangat rindu sekali dengan kedua orang tuanya ini, ingin menangis rasaanya dan memeluk mami Aminta dan papi Jauzan. Tapi, dia hanya menahannya.
"Cherika hanya datang berkunjung," ucap Chandika kemudian. "Mami tidak usah berpikir macam-macam, ok."
"Baiklah," kata Aminta. "Tapi apa betul kamu memacari banyak perempuan, Chan?" tanyanya kemudian dengan tatapan menyelidik pada putranya.
"Ah, itu.." kata Chandika kikuk ditatap Aminta seperti itu. "Cewek-cewek itu yang menyukai aku, saat mereka mengajak pacaran aku tidak bisa menolak, aku takut untuk menyakiti hati perempuan."
"Oh, astaga."
Aminta hanya menatap Chandika haru, anaknya ini benar-benar menghargai hati perempuan, bangga sekali dirinya, meskipun cara Chandika yang menjadi playboy salah.
Melihat istinya yang mulai mellow, Jauzan langsung menarik Aminta. "Papi dan mami tinggal dulu, kalian mengobrol berdua dulu saja," kata Jauzan kemudian dan langsung membawa Aminta pergi.
Aminta memang sangatlah sensitif jika mengenai putra semata wayangnya.
"Jadi kamu berpacaran dengan perempuan lain? Bagaimana dengan Jane? Dia pasti sangat kecewa dengan aku," kata Cherika sepeninggal Jauzan dan Aminta.
Chandika menatap Cherika tercengang, bisa-bisanya dia masih memikirkan Jane, padahal prempuan itu sudah memperlakukannya dengan sangat buruk, begitu bodohkah dia? Cinta memang membuat manusia menjadi tidak waras.
"Lupakanlah orang yang menyakitimu," kata Chandika dengan tatapan tajam.
"Tidak. Aku.. sangat sulit melupakan Jane," sahut Cherika membantah.
"Melupakan adalah keterpaksaan yang harus dilakukan demi diri lo sendiri," kata Chandika dengan memegang kedua bahu Cherika. "Lo harus jadi pribadi yang baru, jangan bertingkah bodoh untuk meperjuangkan orang yang tidak pantas."
"Bisakah aku seperti itu?"
"Iya, lo harus bisa. Gue yakin dengan cepat atau lambat lo pasti bisa melupakan Jane. Lo itu ganteng dan sangat imut, pasti bisa mendapatkan yang lebih baik daripada Jane," kata Chandika dengan menggebu. "Liat muka gue, ini muka Lo yang sebenarnya, bukankah luar biasa ganteng?"
Cherika hanya tersipu malu mendengarkan perkataan Chandika.
"Iya aku akan mencoba melupakan, Jane. Maukah kamu membantu aku?"
"Iya, tentu saja."
"Terima kasih, Cherika."
Keduanya tersenyum manis dan masih saling menatap.
**
Di ruangan yang sangat gelap dan tidak adanya ventilasi, sebuah bercak darah yang masih basah berseceran di lantai.
Tes
Darah kental menetes di punggung telanjang seorang pemuda. Punggung yang banyak sekali bekas cambukan.
Alvis hanya memejamkan matanya, tubuhnya sudah mati rasa dan membuat dia tidak merasakan sakit lagi.
Cklek
Pintu yang terbuat dari besi terbuka dan seorang wanita paruh baya berjalan dengan air mata yang menetes deras.
"Hiks.. Alvis, putraku.. maafkan mommy yang tidak bisa melindungimu," kata Aminty sesenggukan sambil melepas rantai yang mengikat kedua tangan putranya.
"Jagan menangis, mommy," kata Alvis dengan suara parau. "Ini memang salah Alvis yang sudah membangkang, daddy jadinya menghukum Alvis."
"Kenapa kamu masih tidak melawan, Alvis," ucap Aminty dengan mengusap sayang pipi Alvis yang membiru.
Alvis menggeleng pelan, "Tidak, mommy. Jika aku melawan, daddy akan menyakiti mommy dan adik."
Tangisan Aminty semakin pecah, "Kamu tidak usah memikirkan kami, pikirkan keselamatmu saja."
"Aku tidak bisa melihat kalian terluka."
Alvis, dia tidak cukup mempunyai kekuatan untuk melawan ayahnya yang sangat berpengaruh itu. Nyawa ibu dan adik perempuannya masih berada di tangan sang ayah, jadi dia tidak bisa melawan ayahnya yang psikopat.
**
"Terima kasih sudah mengantarkan aku pulang," kata Cherika saat dirinya turun dari motor Chandika, jaket kebesaran kini menenggelamkan tubuh munggilnya. "Dan untuk jaketnya akan aku kembalikan."
"Sama-sama. Jaketnya tidak usah dikembalikan, itu kan memang punya lo, bodoh," jawab Chandika terkekeh pelan. "Semua yang ada pada diri gue itu punya lo, dan sebaliknya."
"Iya, karena aku adalah kamu dan kamu adalah aku," kata Cherika menanggapi perkataan ambigu Chandika.
Mereka berdua tertawa bersama.
Sangat lucu memang. Orang yang tidak tahu jika tubuh mereka tertukar pasti akan mengira kedua pasangan itu sedang melontarkan gombalan cinta.
"Besok ikut gue ke suatu tempat," kata Chandika dengan sedikit memelankan suara.
"Kemana?"
"Tempat yang mungkin bisa memberi petunjuk agar kita bisa kembali."
"Hmm," dehaman seseorang mengalihkan mereka berdua. "Oh, jadi kalian memang benar sedang menjalin hubungan," kata Nathan dengan kesalahpahaman.
Chandika hanya memutar bola matanya, "Nggak kayak yang lo pikirkan."
"Apanya yang nggak?" tanya Nathan menyelidik.
"Sudahlah, bang Nathan. Nanti aku jelasin, ayo kita masuk ke dalam," sela Cherika langsung mendorong Nathan masuk ke dalam rumah. "Sampai jumpa besok!" serunya kemudian ke arah Chandika.
Sedangkan Chandika langsung menjalankan motornya.
_To Be Continued_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Cia_Ganteng
heemmm udah kerasa kek pacaran beneran nii yaa😌😂💕💕💕
2023-04-18
0
𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ🍁🦂⃟τᷤяᷤιᷫαꪶꫝ𝓐𝔂⃝❥❣️
lanjutkan Thor mantap 👍👍👍😍 syukaaaaa banget 😍
2022-05-01
0
El Geisya Tin
siiip thor
2022-04-18
0