Sudah beberapa hari berlalu.
Chandika yang semakin menunjukan perubahannya dan menjadi semakin populer di sekolah. Banyak siswi yang menyatakan cinta pada putra Aldebaron itu, menarik perhatian, bahkan tidak segan bergelayut manja ke pemuda itu.
"Chan, besok jalan sama aku ya.."
"..."
"Nggak bisa, dia besok jalan sama gue."
"Enak saja, kalian siapa? Jangan dekat-dekat pacar gue."
"Dia pacar gue."
"Bukan, tapi pacar gue."
BRAK
"BRISIK KALIAN, PERGI SANA!"
Gebrakan meja kantin dan bentakan Alvis membuat perempuan yang tadinya memenuhi meja di mana Alvis dan Chandika makan menjadi diam dan langsung menjauh. Siapa yang tidak takut dengan putra Adhideva itu, pemuda hiperaktif yang kadang berwajah menyeramkan jika sedang marah.
Chandika hanya diam, dia dari tadi memang diam saja meskipun banyak gadis berceloteh dan bergelayut manja. Sebenarnya dia sangat risi, tapi dia terlalu malas untuk berteriak dan membentak para perempuan itu seperti yang dilakukan Alvis saat ini.
Salahkan dirinya yang selalu mengiyakan perempuan yang menyatakan cinta padanya, niatnya si tidak tega karena sama-sama perempuan, dan tidak ingin menyakiti.
Tapi malah menjadi petaka untuknya.
"Dasar lo maniak cewek!" seru Alvis mengatai Chandika, "Heran gue, bisa-bisanya lu pacarin semua cewek itu," lanjut pemuda babyface itu dengan memandang aneh sepupunya.
"Gue nggak bisa nolak," jawab Chandika seadanya.
"Playboy gila lo!" maki Alvis pada Chandika. Dia tidak menyangka jika setelah terlepas dari pesona Jane Eyre, sepupunya ini menjadi semakin tidak waras. Bayangkan saja, hampir setengah siswi di sekolah dipacari.
"..."
Dan dilain sisi, tidak jauh dari meja yang di tempati Chandika dan Alvis, ada empat orang perempuan yang membicarakan tuan muda Aldebaron.
"Jane, ternyata Chandika beneran sudah melupakan lo, banyak cewek yang mengaku berpacaran sama dia," kata Izzy yang melirik Chandika dengan ekor matanya.
"Yakin?" tanya Tea tidak percaya. "Paling juga cuman buat Jane cemburu."
"Masa sih?" tanya Jolie dan melirik Jane. "Lo cemburu nggak?"
"Mana mungkin," Jane menyanggah perasaannya, dia memang kesal melihat Chandika digelayuti perempuan.
**
"Ben, semalam kamu kemana? Kenapa tidak memberiku kabar?" tanya Jane pada laki-laki yang terduduk di depannya.
"Kelap malam," jawab Ben acuh dan segera meminum air dingin yang dibawakan Jane.
"Kan sudah aku bilang jangan ke tempat tidak benar seperti itu, Ben," kata Jane menatap marah. "Bukannya kamu sudah berjanji tidak akan mabuk-mabukan lagi?"
"Brisik banget lo!!" bentak Ben yang membut gadis blaster terkesiap.
"Ka-kamu membentak aku?" tanya Jane tidak percaya, selama ini laki-laki di depannya sangatlah lembut padanya.
Perlakuan manis Ben adalah hal yang membuatnya jatuh cinta dengan laki-laki itu. Tapi, akhir-akhir ini pemuda itu berubah, jadi sulit untuk dihubungi, tidak pernah memberi kabar, selalu menghindarinya, suka ke kelap malam, selalu berbicara kasar padanya, dan tatapan si pemuda yang tidak selembut dulu.
Ben hanya mendengus tidak perduli dengan pertanyaan Jane dan langsung bangkit meninggalkan gadis itu.
"Ben.. jangan membuat aku menyesal telah memilihmu dan meninggalkan Chandika," guman Jane pelan menatap nanar punggung yang menjauh.
**
Chandika dengan telaten membereskan buku dan alat tulisnya ke dalam ranselnya. Bangku di sampinya sudah kosong karena si empunya sudah menghilang sehabis jam istirahat, sepupunya itu memang suka membolos.
Langkah kaki lebarnya mengarah ke pintu keluar kelas.
Di sana, seorang gadis blaster sedang berdiri di balik pintu. Pemuda itu tampak tidak mengacuhkan dan hanya melirik sekilas. Namun, ketika ingin melangkah tubuh Jane menghalangi jalannya, karena tidak ingin berurusan dengan perempuan itu dia segera berjalan ke arah samping, tapi tubuh Jane menghalanginya lagi.
"Ada masalah apa?" tanya Chandika dengan suara beratnya.
"Kenapa lo pacaran dengan banyak cewek?" ucap Jane dengan memberikan pertanyaan balik pada Chandika.
Pemuda itu hanya mengeryit tidak paham, ada apa dengan gadis di depannya ini, kenapa tiba-tiba saja berkata seperti itu, memang apa urusan Jane dengannya. "Bukan urusan lo," kata Chandika.
"Urusan gue, karena tante Aminta menyuruh gue untuk mengurusi lo."
Apa-apaan gadis ini. Kenapa membawa-bawa maminya. Padahal semenjak Jane menjadi penyebab Chandika kecelakaan Aminta tidak menyukainya lagi.
Ya, memang dulu Aminta pernah menyuruh Jane menjaga Chandika, saat pertemuan masa kecil mereka.
"Pastikan diri lo untuk mengoreksi kelakuan lo selama ini ke gue," kata Chandika yang membuat Jane merenung sejenak. "Berhenti mengurus urusan gue seolah adalah mengurus tanggung jawab lo. Orang tua gue sudah kecewa dengan kelakuan lo, jadi nggak usah bawa-bawa mami gue buat alasan nggak jelas lo itu."
Jane hanya dia mendengar perkataan Chandika, sejak kapan dia perduli dan ingin mengurusi kehidupan pemuda di depannya ini, tapi rasa ego yang tinggi seakan membuatnya buta.
"Lo mau buat gue cemburu kan?" tanya Jane setelah terbesit perkataan Thea di kantin tadi.
"Gue yang sekarang adalah sosok yang terbuat dari sakit hati dan penghinaan yang pernah lo lakuin, dari sikap lo yang mana yang membuat gue masih mencintai dan ingin membuat lo cemburu?" ucap Chandika dengan menatap tajam tepat di mata jade Jane.
"Ja-jadi lo memang benaran sudah melupakan gue?" tanya Jane dan entah kenapa hatinya tidak rela jika Chandika sudah tidak mencintainya.
"Apa memang perlu diperjelas lagi?" tanya Chandika dengan alis mengangkat, padahal sudah pernah dia katakan, kalau dia sudah muak dengan gadis blaster ini.
Jane termangu dengan segala yang Chandika lontarkan.
"Oh iya, ada satu lagi pesan gue untuk lo dan pacar lo yang sekarang," kata pemuda surai hitam itu kemudian, membuat Jane sadar. "Kebahagian cinta itu tidak akan diraih dengan perselingkuhan, justru hal itu akan menjadi awal berakhirnya sebuah hubungan, awal kesedihan, dan awal buruk yang menjadi lembaran hitam," lanjut Chandika dan langsung melangkah pergi meninggalkan Jane di koridor yang sudah sepi.
Ya, Chandika benar. Dia dengan Ben tidaklah bahagian.
Jane langsung terduduk tidak sanggup menopang tubuhnya yang seketika lemas, dia tidak tau jika Chandika sangat berarti di hatinya, dia baru sadar jika selama ini dia juga mencintai pemuda itu, cintanya tertutup keegoisannya sendiri.
Hanya isak tangis yang terdengar dari Jane.
Apakah ini karma untuknya yang sudah mengabaikan orang yang selama ini paling mencintainya? Apa dia masih punya kesempatan untuk memperbaikinya ?
**
Seorang gadis mungil dengan rambut hitam panjang yang tergerai sedang berdiri di depan pintu gerbang sekolah.
Cherika sedang menunggu Chandika.
Dia sengaja datang sehabis pulang sekolah, karena hari ini guru-guru di sekolahnya mengadakan rapat dan memulangkan semua murid dengan cepat.
Dengan bermodalkan ojek online, perempuan itu dapat sampai di sini, di depan pintu gerbang sekolahnya dulu, sewaktu masih menjadi Chandika.
Sudah 20 menit dia menunggu, tetapi pemuda bersurai hitam itu tidak menampakkan diri, padahal sekolah sudah sangat sepi.
"Hai cewek," panggil seorang laki-laki, yang dia ketahui bernama Farel. Si anak buah preman sekolah, Ben.
Ya, Ben adalah preman baginya dan sekaligus selingkuhan mantan pacarnya.
Mata belonya menatap ke tiga laki-laki yang sudah di depannya. "I-iya," jawabnya takut ketika bertatapan dengan Ben, pereman yang sering mengganggunya dulu.
"Bos kita mau kenalan sama lo nih," lanjut Farel dengan menujuk ke arah Ben. "Dari tadi dia ngeliatin lo terus, terpesona sama lo," kekeh Farel dan mendapatkan delikan dari Ben.
Cherika hanya menatap tidak percaya, orang yang selama ini begitu membencinya malah ingin berkenalan dengannya?
"Yahh, kok diem saja sih," kata Carlos tersenyum genit. "Namanya siapa, neng geulis?"
"Cherika," jawab Cherika cepat, dia sangat merinding melihat senyum genit Carlos.
"Namanya Cherika, bos," kata Carlos menatap Ben, dan pria berambut medium curly hanya diam, masih menatap tajam Cherika.
Gadis yang ditatap semakin menundukkan wajahnya takut.
"Lo takut sama gue?" tanya Ben yang melihat Cherika yang seakan ketakutan dengannya, dan tidak berani menatap wajahnya yang tampan.
"Ah.. anu.."
Seketika Ben menjadi gemas melihat gadis mungil di depannya ini, gadis yang seperti kelinci imut yang ketakutan.
Ingin sekali dia melihat wajah manis yang ketakutan itu, dengan segera dia mengangkat tangannya untuk memegang dagu Cherika agar mendongak menatapnya, tapi sebuah tangan mencengkram legannya dan menahannya.
"Jangan sentuh dia."
_To Be Continued_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ🍁🦂⃟τᷤяᷤιᷫαꪶꫝ𝓐𝔂⃝❥❣️
pasti Chan itu yak😁🧐😍😍👍👍👍
2022-04-30
3
El Geisya Tin
sama aku aja Chan!
2022-04-18
0
Erna Sikumbang
mampir
2022-03-11
0