Latar belakang kota Jakarta.
Ditengah-tengah ruangan bergaya industrial, berdiri seorang pemuda yang memakai celana abu-abu dan jari panjanya sedang mengancingkan kemeja putih. Husky Voice terdengar dari mulut pemuda yang bersenandung itu.
Setelah mengalami koma selama satu bulan dan beberapa hari pemulihan diri. Chandika, pemuda itu hari ini sedang bersiap-siap untuk masuk sekolah kembali. Jika dulu penampilan pemuda itu sangatlah rapi, dengan baju seragam yang dimasukan ke dalam lengkap dengan dasi yang melingkar rapi hingga mencekik leher serta rambut yang berpomade dan jangan lupa kaca mata bulat besar yang menutupi mata hitam seksinya. Si good boy. Namun, penampilannya hari ini sangat berbanding terbalik dengan dulu. Baju seragam yang sengaja dikeluarkan dan dasi yang seharusnya dipakai dia masukan ke dalam tas. 'Merepotkan,' pikir Chandika. Rambut hitam kebanggaannya dibiarkan sedikit acak-acakan. Si Bad boy.
Setelah merasakan dirinya siap, langsung saja dia keluar kamar. Langkah lebarnya memasuki ruang makan yang sudah terdapat kedua pasangan yang sudah tidak muda lagi, "Good Morning," sapanya.
Tuan dan Nyonya Aldebaron membulatkan matanya kaget saat putra mereka menghampiri meja makan dengan tampilan tidak biasa dan jangan lupakan muka datar Chandika saat menyapa. "Chan? Are you ok? Kemana dasi dan kacamata lucumu? dan.. astaga rambutmu kenapa tidak rapi!?" pekik Aminta tidak percaya dan Jauzan hanya berbatuk-batuk setelah melihat anaknya.
"I'm ok, mami. Sangat merepotkan memakai itu semua," jawab Chandika seadanya dan segera memakan sarapannya setelah bokongnya menduduki kursi makan. Memakan nasi goreng dan susu coklat.
Kedua pasang suami istri itu hanya tercekat mendengar jawaban putra kesayangan mereka itu. 'Apakah efek amnesia bisa semengerikan ini?' batin keduanya hanya saling tatap untuk menanyakan hal yang ada dibenak masing-masing itu.
Dan setelahnya Aminta tiba-tiba saya berkaca-kaca, "Hiks.. Chandika putraku sayang, kenapa kamu menjadi dewasa seperti ini, Hiks.." kata Aminta tidak terima perubahan putranya itu dan Jauzan langsung memeluk istri tercintanya. Ini bukan pertama kalinya Chandika menunjukan perubahannya, bahkan hari-hari sebelumya setelah sadar dari koma putranya itu sudah tidak lagi bermanja-manja dengan maminya dan selalu bersikap layaknya cowok yang cool.
"Hais, mami aku memang sudah dewasa. Hentikan itu, jangan menangis, ok."
"Bagus kalau kamu sudah berubah, Chan. Ini artinya kamu sudah tidak menggambil perhatian mami dari papi kan?" ucap Jauzan melihat kesungguhan dari ucapan putranya itu. Ya! Dia sangat cemburu dengan putra satu-satunya itu yang selalu manja kepada istrinya sehingga dia selalu tidak diacuhkan oleh Aminta. Cemburu sama anak, eh.
Chandika hanya memutar bola matanya malas, "Hm," Gumamnya tak jelas. "Oh iya, aku tidak ingin diatnar supir dan jauhkan para bodyguard supaya tidak menempeli aku lagi," kata Chandika menatap Jauzan.
"Tapi-"
"Kunci motor ku," potong Chandika menghentikan penolakan Jauzan sambil mengangkat tangan kanannya meminta kunci motor yang sudah dijanjikan papinya. Memang Chandika sangat disayang oleh kedua orang tuanya sampai saat sehari setelah dia bangun dari koma langsung saja dia diberikan pertanyaan hadiah apa yang ingin dia inginkan karena sudah bangun dari tidur panjangnya, tanpa berpikir dia langsung meminta motor. Ya! Hobinya itu balapan.
Jauzan menyerahkan sebuah kunci motor pada Chandika dengan perasaan rumit. 'Sejak kapan putraku yang manja ini bisa naik motor? dan ingin pergi tampa bodyguard?' batin Jauzan.
Namun apa boleh buat, Chandika adalah putra tunggal kelurga Aldebaron. Apapun yang putranya minta tidak bisa dia tolak. Semoga saja tidak terjadi apa-apa dengan putranya itu.
"Thanks, papi."
Chandika yang sudah menyelesaikan sarapannya langsung saja bangkit dan mencium kedua tangan orang tuanya dan berpamitan untuk berangkat sekolah tanpa memperdulikan tatapan rumit dari suami istri Aldebaron.
Pemuda bersurai hitam itu langsung pergi kearah parkiran sambil memakai jaket kulit merek terkenal.
"Hmm," deham pemuda itu untuk menutupi keterkejutannya setelah melihat apa yang sedari tadi menunggunya di parkiran, hampir saja dia loncat-loncat kegirangan saking senangnya mendapatkan motor BMW HP4 Race salah satu motor termahal di dunia. 'Enaknya jadi orkay!,' pekiknya dalem hati dan langsung menaiki motor itu setelah memakai helm full face.
...**...
British School Jakarta adalah sekolah internasional yang berada dibawah naungan kedutaan Inggris. Sekolah ini adalah tujuan dari anak-anak konglomerat, artis, serta orang-orang dari kalangan atas.
Motor dengan bodi full carbon, berwarna hitam dan diberi sentuhan warna biru putih khas BMW Motorrad, memasuki gerbang BSJ menarik semua pandangan siswa dan siswi sekolah tersebut dan menimbulkan bisik-bisik keributan.
"OMG! Siapa itu!??"
"Anak baru?"
"Keren sekali~"
"Artis? Atau anak konglomerat darimana?"
CKITT
motor itu pun berhenti di area parkir dan tidak menghiraukan semua mata yang tertuju kearahnya, perlahan-lahan dia membuka helm full facenya.
"KYAAAAAA.."
Chandika menarik rambutnya yang berantakan dengan kedua tangan ke arah belakang. 'Apa sih berisik banget!' batinnya setelah mendengar teriakan tak jelas siswi yang ada di area parkiran.
"Ganteng banget!"
"Kayaknya familiar, tapi gantengnya nggak ketulungan~"
"Benaran artis kayanya."
Laki-laki yang sedari tadi menjadi bahan omongan hanya menampilkan wajah datarnya, dan berjalan kearah koridor sekolah yang kini semakin ramai. 'Ya! Kenapa si ini manusia ngerubungi gue kayak semut!' batin Chandika misuh-misuh dalam hati dan membuat tatapan matanya semakin tajam. Dikehidupan sebelumnya mana pernah dia ditatap wanita lapar dan sesekali banyak yang mengedip genit ke dia. Sampai merinding. 'Gue cewek, woii!'
Tujuannya sekarang adalah mencari kelasnya, dia tau letak kelasnya melalui ingatan Chandika asli.
BRAK
Kelas yang tadinya ribut kini hening karna adanya seorang yang membuka pintu dengan kasarnya. Orang itu langsung melangkah lebar kearah tempat duduk deretan paling belakang dan mendudukan bokongnya disebelah pria yang masih kaget menatapnya.
"L-lo siapa?" tanya pria berambut curtain haircut ala oppa korea mewakili semua orang yang menatap Chandika penasaran dan bingung.
"Lo buta ya! Gue Chandika!" matanya melotot tak percaya dengan pertanyaan teman sebangkunya, Alvis Rajendra Adhideva adalah sepupunya. Padahal sepupunya itu adalah teman yang paling dekat dengannya, sedari orok mereka sudah bermain bersama, meskipun dia bukan Chandika asli tapi wajahnya tetaplah Chandika. Hanya cara berpakaian dan tatanan rambut yang beda, kenapa orang ini tidak mengenalnya?
"WHAT!" teriak teman satu bangkunya tidak percaya diikuti semua orang yang ada di kelas dan pemuda bermata hitam itu hanya memutar bola matanya menanggapi respon semua orang.
"WTF! Lo Chandika? Si anak mami itu?" tanya Alvis tak percaya melihat seorang cowok ganteng disebelahnya itu.
Bukannya mendapat jawaban dari pertanyaannya, Alvis mendapatkan dorongan dari jari panjang Chandika di dahinya. "Jagan deket-deket, muncrat!"
'Oh my, deket banget si mukanya mana imut kaya oppa Korea lagi,' batin Chandika dengan menelan ludah susah payah, untung dia dapat menyembunyikan ekspresi yang sedang gugup itu dengan wajah datar.
"Sorry bro," ucap Alvis sambil cengengesan. "Lo lagi kesambet apa, Chan? Ko bisa jadi berubah gini?" lanjut Alvin masih tidak percaya kalo cowok yang tadi mendorong dahinya adalah si anak mami.
"A-"
"Good morning, student!"
Seketika kelas yang tadinya ribut karna kaget karena mencuri dengar obrolan dua cowok itu menjadi diam kembali setelah mendengar suara guru perempuan yang memasuki kelas.
Namun, Alvis masih menatap Chandika yang tadi sempat ingin mengatakan sesuatu tapi dipotong oleh kedatangan guru di kelas dengan alis mengerut, dia masih ingin menanyakan ini itu pada teman sedari oroknya, seorang Chandika Leofic Aldebaron tidak datang ke sekolah dengan para bodyguard? Kemana pakaian yang selalu rapinya? Kemana kacamata bulat besar miliknya? Bahkan rambut klimis pomade yang cetar sekarang digantikan dengan rambut hitam legam yang halus dan sedikit berantakan, dan kenapa putra tunggal Aldebaron bisa menjadi seganteng itu?!
_To Be Continue_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
HNF G
visualnya mana thor
2023-10-30
0
🥰🥰❤️❤️❤️🥰🥰
ceritanya menarik👍👍🥰
2022-09-16
0
ray
kamu benar bener pinter mendeskripsikan sesuatu chloe..!!!👍👍
2022-05-08
1