2. Salah Sasaran

"Lea!"

Panggilan Kevin menyelamatkanku dari tatapan tajam Om Lian. Lelaki jangkung seumuranku itu tampak sudah berdiri di hadapan entah sejak kapan.

"Kalau ada perlu, kan tinggal bilang, biar aku yang jemput ke kost-an. Kamu nggak perlu datang jauh-jauh ke mari," tambahnya sembari mengusap rambutku pelan.

Sejenak mataku terpejam. Lalu mendongak menatap Kevin. "Vin! Udah baca WA yang kukirim?"

Kevin menggeleng. "Hapeku lagi di charger di kam--"

"Aku mau kita putus," potongku cepat.

Keterkejutan tak bisa disembunyikan dari wajah lelaki berkulit putih itu.

"Sebenarnya tujuanku datang ke mari bukan buat ketemu kamu, tapi Papamu." Kulirik Om Adrian yang tampak mati kutu di samping Tante Lidia. Biar kutebak, sekarang pikiran busuknya pasti sedang memikirkan bagaimana cara memecat Sekuriti yang membiarkan aku masuk tadi.

Sebenarnya cara seperti ini terasa begitu kejam untuk mengakhiri hubungan yang sudah aku dan Kevin jalin selama satu setengah setahun. Apa lagi kami sama-sama melanjutkan study di universitas yang sama.

Namun, mau bagaimana lagi, dia hanya batu loncatan yang kugunakan untuk mengorek segala hal tentang Adrian Mahesa, Papanya.

"Kamu bercanda, kan, Sayang?" Kevin masih terlihat belum percaya. Dia menatapku dengan mata memicing curiga yang hanya kutanggapi dengan ekspresi datar.

"Nggak. Aku serius, Vin. Sebentar lagi kamu bakal jadi anak tiriku, nggak pantes, kan kalau kita masih menjalin hubungan?" tuturku seadanya.

"Hah?" Ekspresi wajahnya menyiratkan ejekan yang kentara, seolah apa yang tengah kukatakan baginya hanya lelucon semata. "Hahaha ...." Detik berikutnya tawa Kevin meledak. Bersamaan dengan itu Tante Lidia bangkit dari tempatnya dan menatapku nyalang.

"Apa-apaan ini?" semburnya murka.

Kuabaikan tawa membahana Kevin yang akhirnya mereda saat dia mulai sadar bahwa aku memang tak bercanda. Dia sempat mengacak rambut frustrasi sebelum berlari menuju lantai dua.

Sepeninggal Kevin, aku berjalan menghampiri Om Adrian yang masih mematung di tempatnya. Sementara Om Lian--entah. Aku benar-benar tak tahu apa yang tengah berkecamuk di benak lelaki berusia tiga puluh tujuh tahun itu.

Bisa saja dia sedang mengumpat?Menggerutu? Atau bahkan nostalgia mengingat kenangan kita. Oh, ayolah Lea. Bukan saatnya memikirkan lelaki br*ngsek itu saat ini.

"Kenapa WA-ku diblokir, Om? Mau lari dari tanggung jawab?" semprotku pada Om Adrian sembari mengeluarkan uang sepuluh juta yang sudah ditarik dalam perjalanan. "Nih, aku kembalikan! Jangankan cuma sepuluh juta, seratus juta pun tak akan kuterima bila untuk menggugurkan janin yang tak berdosa."

Bisa kulihat Om Lian yang semula tak acuh mulai tertarik dengan pokok pembicaraanku. Terlihat dari caranya menggeser posisi duduk.

Sementara Tante Lidia mulai melotot tak percaya. Dia hendak bangkit, tapi ditahan suaminya.

"Katakan saja apa maumu, Lea? Tolong jangan membuat keributan di rumahku!" desis Om Adrian yang terlihat kelabakan mengatasi situasi ini. Beberapa kali dia menarik pergelangan tangan Tante Lidia yang tampaknya tak tahan ingin menghajarku.

"Pernikahan." Kujawab enteng tanpa pikir panjang sembari menatap mereka bergantian, tak terkecuali Om Lian yang tiba-tiba mengepalkan tangan.

Selanjutnya kalian pasti sudah bisa menebak apa yang akan terjadi.

Plak!

Ya, pipiku menjadi sasaran amukan Tante Lidia.

"Kau pikir kau siapa dirimu, hah?!" Tante Lidia berteriak kesetanan. Wanita yang masih terlihat segar dan terawat menginjak kepala empat itu bahkan sudah bersiap melayangkan tamparan kedua. Sungguh berbanding terbalik dengan kondisi Mama yang begitu mengkhawatirkan sekarang.

Kuusap pipi kanan yang terasa kebas, lalu mengulurkan tangan.

"Ah, iya. Hampir lupa. Kita belum kenalan. Nama saya Elea Kenanga, Tante. Selingkuhan suami Anda!"

"Ha?" Ejekan seperti Kevin tadi kudapati dari Mamanya. Tawa wanita itu membahana di rumah besar ini.

Ah, bila saja tragedi hari itu tak terjadi. Mungkin Mama yang akan menjadi Nyonya di rumah ini.

"Percaya diri sekali sampah berjalan ini. Di mana harga dirimu sebagai wanita, hah?"

Aku hanya bisa tersenyum tipis mendengarnya. Ternyata dia lupa siapa dirinya di masa lalu. Sayangnya dia tak pernah merasakan tamparan pengkhianatan.

"Saya hanya berbicara tentang fakta, Tante. Bisa Anda cari tahu sendiri. Hubungan kami telah berjalan selama satu tahun lebih. Semua orang tahu bagaimana reputasi keluarga tante Lidia, bukan? Anda cukup memilih di antara dua pilihan. Nama baik tercemar? Atau menerima saya sebagai adik madu kesayangan?" Aku tersenyum lebar sembari berpangku tangan menyaksikan bagaimana wanita yang membuat Mama menderita, berada di ambang kehancuran.

"Argh!" Dia mengeram frustasi, sementara Om Adrian tak bisa melakukan apa-apa. Jelaslah. Apa yang bisa dilakukan benalu yang hanya tahu memuaskan nafsu dan suka menghamburkan harta istrinya?

Setelan sekian lama Om Lian yang semula geming mulai mengambil kendali dengan gagahnya.

Dia bangkit berdiri, lalu berjalan ke arahku. "Berapa usia kandunganmu?" tanyanya datar. Ah, sikap dingin dan tegas yang kurindukan.

"Tujuh minggu," jawabku.

"Oke, kita menikah minggu depan."

Deg!

"Lian ...!" Tante Lidia berteriak, sementara aku hanya bisa membeku. "Kau sudah berjanji tak akan pernah menikah setelah kepergian Diana, bukan?"

Bisa kulihat senyum miring tersungging di bibir tipisnya. "Ah, janji konyol itu sudah lebih dari sepuluh tahun berlalu, Mbak. Lagi pula siapa lagi yang bisa menyelamatkan reputasi keluarga kita yang disebabkan suami benalumu kalau bukan aku orangnya?"

Tante Lidia terbungkam. Om Adrian terdiam.

Om Lian beralih menatapku saat menyadari tatapan nyalang yang dengan terang-terangan kutunjukkan. Tak lama dia mendekatkan bibirnya ke daun telingaku, lalu bergumam.

"Seharusnya kamu berterimakasih karena saya memuluskan jalanmu untuk masuk dalam keluarga ini, Lea, bukan menatap dengan raut tak suka! Jangan lupa, saya mengenalmu dengan sangat baik. Intinya, siapa pun Ayah dari bayi yang tengah kamu kandung ... bisa saya pastikan Mas Adrian tak termasuk di dalamnya. Ini jebakan, bukan?"

.

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Novianti Ratnasari

Novianti Ratnasari

kaya nya anak nya Om Lian

2022-07-19

0

Jennie Kiev

Jennie Kiev

om lian sm andrian sm kah?

2022-06-24

0

💕Leyka Gallardiev 💕

💕Leyka Gallardiev 💕

ceritanya bagus

2022-06-16

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!