SELIR SANG AKTOR
Scarlet berjalan dengan badan terhuyung, dari pagi dia belum makan. Perutnya merintih minta diisi. Dia bangun dari pembaringan mencari sesuatu yang bisa di masak. Hanya ada sepotong roti dan telor. Dia bergegas membuat Sandwich untuk sarapan pagi ini.
Selesai makan dia akan kembali bekerja di restoran cepat saji, di kilo meter sepuluh. Sebenarnya hari ini badannya sangat tidak enak karena tadi malam kehujanan datang dari bekerja.
"Drreettt...drreettt..." ponselnya bergetar. Scarlet bangun dan mengambil ponsel di nakas. Ahh.. Supervisornya menelepon.
"Selamat pagi boss...ada yang bisa saya bantu?"
"Scar..tolong kamu agak pagi datang, ada pesanan dari Nyonya Odena, anak asuhnya sekarang berulang tahun, mereka memesan lima ratus Rice Bowl Teriyaki."
"Baik, apalagi boss..."
"Nanti kamu akan mengantar ke rumah majikan nyonya Odena bersama Maya."
"Baik boss."
Scarlet menaruh ponselnya diatas meja, dia buru-buru ke kamar mandi. Selesai mandi Scarlet memakai pakaian kerja, memoles wajahnya sedikit, kemudian pergi dari kost.
"Mat pagi cantik, mau kerja ya?" si Udin menyapa genit.
"Kalau udah rapi begini pasti kerjalah, tidak seperti abang yang doyan nongkrong di kost menunggu rejeki datang. Hari gini, sapa kasi rejeki kalau kagak usaha." jawab Scarlet.
"Panjang banget jawabannya, seperti jalan Anyer Penarukan."
"Ye lah bang, supaya otak abang terbuka. Kalau kagak diceramahi abang kagak ngerti salah."
"Emangnya abang salah apa neng?"
"Kagak salah sih bang, cuman sebel saja lihat bini abang kerja, abang disini ongkang-ongkang kaki."
"Yaelah neng, perhatian amat sama abang, berarti selama ini neng suka mengintip abang ya."
"Iss..sekarep abang aja dah, aku mau jalan kerja. Bye..bye..bang."
"Mat jalan cantik, jangan lupa kalau lihat Polisi tidur tolong bangunin."
"Hahaha..."
Scarlet memesan ojek oline untuk mengantarnya sampai tempat kerja. Tidak begitu lama abang gojek sudah datang.
"Kemana neng?"
"Restoran cepat saji bang."
"Oke..abang lewat jalan pintas neng, jalan Thamrim macet, anak- anak pada sekolah."
"Yang penting cepat nyampe bang, aku sudah telat."
"Ya neng, abang akan ngebut dikit." abang ojol mengajak Scarlet lewat perkampungan, keluar masuk gang. Akhirnya sampai juga di Restoran.
Scarlet menuju Restoran setelah membayar ongkos gojek.
"Pagi mbak Maya..." sapanya ramah.
"Pagi juga, kita berdua di tugaskan akan membawa makanan ke rumah majikan nyonya Odena. Aku harap kamu tidak mengecewakan, mereka pelanggan kita."
"Baik mbak."
"Kita mulai bekerja, ada dua orang yang akan membantu kita, Nani dan Susi. Jangan ada kesalahan supaya boss tidak marah. Satu salah semua akan kena."
"Baik mbak aku akan perhatikan." sahut Scarlet menaruh tasnya di loker.
Bekerja di Restoran betul-betul harus higienis. Dia memakai pakaian chef serta atribut lain. Scarlet cantik mempesona. Semua pelanggan akan terpukau kalau melihatnya. Dia juga ramah dan baik hati, sayang hidup yang dijalaninya penuh dengan warna.
Pukul. 15.30 WIB Scarlet dan Maya sudah siap mengantar makanan ke rumah majikan nyonya Odena. Sudah menjadi kebiasaan dari dulu kalau kekurangan sopir, Scarlet sebagai akan menjadi sopir dadakan. Tanpa upah tambahan, tapi semua dia jalani dengan lapang dada dan bersyukur. Kebetulan juga Scarlet bisa menyetir mobil, karena dulu waktu di Panti Asuhan dia sebagai sopir mengantar "adik-adik" sekolah.
Scarlet memanaskan mesin mobil box nya, dia berharap rumah majikan nyonya Odena tidak jauh. Hari ini badannya terasa sangat lelah dan kepala sedikit pusing.
Mobil box ini berjalan dengan pelan, Scarlet menyetir dengan hati-hati. Tidak begitu lama Scarlet dan Maya sampai di sebuah rumah mewah nyonya Damayanti. Mereka melewati gardu sat pam yang kosong. Scarlet memarkir mobilnya setelah sampai di depan rumah majikan nyonya Odena. Scarlet turun dari mobil serta menghampiri satpam yang berada di depan rumah majikan nyonya Odena.
"Pak sat pam ada nyonya Odena? kami dari Restoran cepat saji membawa orderan."
"Silahkan bawa ke dalam nona."
Scarlet dan Maya masuk ke dalam ruangan. Mereka menemui nyonya Odena.
"Selamat sore nyonya Odena, kami dari Restoran cepat saji membawa pesanan nyonya."
"Silahkan ditata disini, kalian berdua saja?" Disini tidak ada orang untuk membantu."
"Tidak apa-apa nyonya, dimeja mana saya taruh?"
"Meja yang ini, hati-hati banyak Guci antik. Pelan-pelan saja, tamu lima belas menit lagi baru datang."
"Ya nyonya, trimakasih."
"Nyonya besar mengundang lima ratus anak, apakah kalian mampu melayani lima ratus anak?"
"Maaf nyonya saya kurang mengerti, kami hanya disuruh mengantarkan pesanan nyonya dan menatanya saja, tidak ada perintah untuk melayani anak-anak."
"Saya sudah bicara dengan bos kamu dan dia sudah menyetujuinya."
"Saya tanyai bos dulu ya nyonya." sahut Scarlet mengambil ponselnya.
Scarlet menelpon, nyonya Sumirah bosnya dan mengatakan keberatan, karena dia dari pagi menyiapkan pesanan, belum sempat istirahat. Lagi pula saat ini dia tidak enak badan karena kehujanan kemarin.
"Apa tidak ada Crew lain yang bisa menggantikan saya disini, karena acaranya sampai jam sebelas malam saya takut membawa mobil pulang kalau terlalu lelah."
"Kamu tidak loyal kepada perusahan dan kurang berani berkorban."
"Saya sebenarnya harus kuliah sore tapi saya korbankan waktu untuk kuliah dan membuat pesanan ini nyonya. Itu sering saya lakukan tanpa meminta uang lembur, saya bertanggung jawab dengan pekerjaan saya. Saat ini saya kurang enak badan dari tadi malam, saya takut membawa mobil pulangnya."
"Scarlet, semua Crew sibuk, jadi kerjakan saja."
Hubungan telepon diputus sepihak oleh bosnya. Scarlet hanya bisa bengong. Dia tidak mengerti kenapa bosnya begitu kejam kepadanya.
Apa boleh buat, Scarlet dan Maya terpaksa melayani anak-anak yang mulai berdatangan. Ruangan itu mulai dipenuhi oleh anak-anak kecil. Mereka membawa mama mama dan baby sisternya.
Scarlet mengerti, semua orang yang datang hari ini dari golongan the have, terlihat dari outfit yang mereka pakai. Ada perasaan kagum melanda jiwanya, dari sekian orang yang datang, tidak ada membawa suami.
Dibanding dirinya, para nyonya itu tidak ada yang terlihat berwajah jelek, semua wajah mereka seperti di oplas. Kecuali baby sister mereka.
Setelah semua tamu berkumpul, Tuan Rumah atau nyonya Damayanti turun dari lantai dua dengan putrinya Scarlet dan Maya saling pandang. Ternyata nyonya Damayanti tidak begitu cantik tapi mulus, badannya terawat bersih, maklum sebagai bintang film. Seorang anak kecil yang berumur lima tahun berada disampingnya. Semua orang hormat melihat nyonya rumah.
"Itu anak pungutnya, dia mandul tidak bisa punya anak." kata Maya.
"Ohh..pantas anaknya baru Taman Kanak-kanak. Suaminya mana?" tanya Scarlet memandang nyonya Damayanti yang sedang menyambut tamu, wajahnya terlihat sombong. Senyumnya jarang keluar, dia lebih memilih main handphone daripada ngobrol dengan tamu-tamunya. Untung ada nyonya Odena yang sibuk menyambut tamu.
"Dia memang terkenal sombong kepada orang yang levelnya tidak setara, suaminya kurang jelas."
Pukul. 22.30 WIB, Scarlet merasa sangat pusing. Dia mendekati Maya.
"Maya aku demam." bisik Scarlet di telinga Maya.
"Wajahmu pucat sekali, tunggu mereka pulang. Atau minta obat kepada nyonya Odena." kata Maya menempelkan punggung tangannya di kening Scarlet.
*****
Hallo teman-teman, ini karya baruku. minta tolong di like, favorite, kalau mau kasi gift..gpp 😁 pokoknya trimaksih buat teman-teman yang setia bersamaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
delete account
hadir
2024-08-14
0
delete account
banyak sekali pesanan buat apa
2024-08-14
0
🐇Yual ★᭄ꦿ᭄ꦿ 🐇
masih nyimak
2022-03-12
5