Siapa Mama Radit?

“Besok Mbak Kirana datang pukul delapan. Langsung siapkan kopi dan bawa ke ruangan Pak Ken. Beliau akan datang sepuluh menit atau lima belas menit setelah jam kantor buka,” jelas Pak Riyanto.

Kirana sudah diajak keliling kantor dan berkenalan dengan ketua staf di setiap divisi.

Ada sebagian yang ramah, ada pula yang sedikit kurang suka terlihat dari gelagat dan tatapan mata yang merendahkan.

Namun Kirana sudah tak peduli tentang tanggapan apa yang akan didapatkan, dia hanya sedang ingin fokus menjalani pekerjaan ini sungguh-sungguh.

Karena kini, dia lebih memikirkan nasib anak-anaknya nanti.

“Saya permisi dulu kalau begitu, Pak.”

Pria paruh baya tersebut mengangguk. “Jika ada yang tak dimengerti, Mbak Kirana boleh langsung tanya ke saya.”

“Baik. Kalau gitu saya permisi dulu Pak. Sampai jumpa esok hari,” ucapnya, sudut bibirnya tersenyum simpul.

Kirana keluar dari kantor setelah mendapatkan kartu akses langsung yang menuju basemen.

Tangannya melirik ke arah pergelangan tangan. Cukup membutuhkan waktu lumayan lama untuk berkeliling di kantor ini. Kakinya merasa pegal karena lama tak memakai high heels.

Setidaknya kali ini dia harus bersyukur karena mendapatkan pekerjaan dengan mudah di tempat yang besar ini. Dia tahu RD Group adalah perusahaan nomor satu di kota ini, tetapi tak pernah menyangka bahwa pemiliknya adalah tetangga rumah.

CRV berwarna putih itu segera melesat meninggalkan gedung yang akan menjadi tempatnya mencari nafkah mulai esok hari.

Pukul dua belas Kirana tiba di rumah berpapasan dengan Wina yang akan menjemput kedua anaknya.

“Mbak Win, barangkali anak-anak mau jajan dulu nanti. Ini uangnya.” Kirana menyerahkan beberapa lembar uang.

“Boleh, Bu?” tanya Wina ragu.

“Sesekali nggak apa-apa,” sahutnya, kemudian masuk setelah Wina sudah pergi.

Kirana menjatuhkan tubuhnya di sofa dengan kaki yang ikut diangkat. Matanya kembali berkaca-kaca, bukan karena melihat tumit kakinya yang memerah, melainkan luka hatinya yang sampai saat ini belum mengering.

Walau waktu telah dilalui sendirian, tetapi melupakan kejadian yang menyesakan memang tidak semudah yang dibayangkan.

Zidan suaminya, ayah dari dua anaknya. Sepuluh tahun dia menemani dan berjuang bersama hingga berada di titik ini. Susah, senang dilewati bersama, tetapi mengapa harus berakhir seperti ini.

Sampai saat ini dia masih menyimpan nama pria itu di hatinya. Rasa cintanya memang tak sekuat dulu karena rasa sakit lebih mendominasi.

Namun semua memang butuh waktu, bahkan hanya untuk berdamai dengan diri sendiri dia masih mencobanya.

“Bu Kira,” panggil Wina sambil menyentuh bahunya.

Kirana tersentak dan mendapati Wina sudah ada di sampingnya.

“Kapan pulang?”

“Sepuluh menit yang lalu. Bu Kira melamun jadi nggak tahu,” sahut Wina sambil menyerahkan uang pecahan ke arahnya. “Ini kembalinya, Bu.”

“Ambil aja. Oh ya, Mbak siapin makan siang ya, kita makan bareng habis ini.”

“Makasih, Bu.” Wina segera bergegas ke dapur setelah mendapatkan perintah tersebut.

Sebelum masuk ke kamar, Kirana berbelok menuju kamar anaknya. Di sana ia melihat Rina dan Lina saling bercanda diiringi tawa pelan.

Dia segera berpaling karena tak sanggup membayangkan tawa riang tersebut lenyap jika saja mereka mengetahui bahwa sang ayah mungkin tak akan kembali.

Sekitar tiga puluh menit kemudian mereka semua sudah duduk di meja makan. Sesekali candaan dilontarkan Wina hingga membuat mereka semua tertawa tanpa terkecuali.

“Ma, aku kangen papa.” Tiba-tiba Lina bersuara yang membuat tubuhnya menegang.

“Mama udah selesai, habiskan makanannya. Mama mau istirahat dulu, capek banget,” ucap Kirana segera pergi tanpa menjawab.

Tubuh itu merosot ke lantai setelah pintu kamar tertutup. Tangisan yang selama ini ditahan akhirnya hari ini tumpah lagi.

Sakit sekali rasanya melihat seorang anak merindukan ayah yang sudah satu bulan tak pernah ditemui. Tanpa kabar apa pun.

Dia mungkin bisa memaklumi jika Zidan mengabaikan dirinya, tetapi bagaimana mungkin pria itu mengabaikan kedua anaknya.

Kirana menyembunyikan tangis dengan tubuh meringkuk. Dia selalu mengatakan kuat, tetapi ternyata dirinya tak sanggup untuk abai. Mencoba menyembunyikan tangis, tetap saja air mata itu tumpah saat bibirnya tak mampu mengucapkan kalimat apa pun. Hanya air mata yang keluar untuk menumpahkan kesedihan.

...✿✿✿...

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Beberapa kali pintu kamar diketuk oleh Wina dan mengatakan makan malam sudah siap.

Tubuhnya begitu berat beranjak dari atas ranjang, sedikit merasakan pusing di kepala setelah menumpahkan tangis yang tak henti-henti.

Sebelum kakinya menjejak lantai, dia menarik napas panjang dan segera membuka pintu.

“Anak-anak di mana, Mbak? Aku belum mandi,” ucapnya di depan Wina yang menatapnya dengan iba.

“Bu Kira, sebenarnya ada apa? Kenapa ibu kelihatan sedih dan bapak juga nggak pernah kelihatan pulang. Jangan-jangan ....” Wina tak mampu meneruskan kalimatnya, dia menatap sang majikan dengan mata yang membulat.

Wina sudah lama ikut dengannya saat masih menumpang di rumah mertua. Sedikit banyak wanita itu tahu bagaimana perangai ibu mertua yang tak pernah menyukai kehadirannya.

“Maaf, Bu. Enggak berniat lancang, cuma ikut sedih aja kalau ibu seperti ini,” ucap Wina lagi sambil menyeka air mata yang menetes. “Bu Kira sudah seperti adek saya sendiri.”

“Makasih ya, Mbak. Aku nggak apa-apa. Ajak anak-anak makan dulu aja, aku mau mandi,” ucapnya segera menutup pintu dan bergegas mandi.

Hanya butuh waktu tiga puluh menit, Kirana sudah kembali segar. Wajahnya terlihat bersinar meski ada jejak kesedihan dan luka yang begitu kentara.

Setelah itu dia keluar dan segera ke meja makan yang sudah ada kedua anaknya dan Wina.

“Lho ngapain Mbak Win nggak makan dulu? Pasti nungguin aku, udah dibilangin juga,” omel Kirana karena melihat kedua anaknya makan dengan lahap sementara Wina masih diam.

“Biar ada temennya, Bu.”

“Sudahlah, ayo makan. Aku lapar. Ternyata ngenes juga butuh banyak tenaga,” ucapnya sambil mengisi piring dengan berbagai menu.

Kirana memang terlihat ceria, senyum terpatri di wajahnya tetapi siapa yang bisa menebak isi hati dan jalan pikiran yang ada di kepalanya.

Ternyata waktu satu bulan belum mampu membuatnya melupakan sosok sang suami yang setiap saat bayangannya muncul.

Dia belum terbiasa.

Dia belum cukup mampu menghapuskan bayangan pria itu dari hidupnya.

Setelah selesai makan, dia menemani kedua putrinya di depan televisi. Bercanda dan melontarkan pertanyaan tentang hari-hari yang dijalani keduanya. Dan jawaban mereka membuatnya mau tak mau ikut tertawa.

Sampai tak sadar waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Kirana segera meminta kedua anaknya segera tidur.

“Besok mama kerja ya?” tanya Rina pelan.

“Iya. Kenapa?”

“Mama pulangnya jangan malem-malem, ya.” Terenyuh hati Kirana mendengar permintaan sang anak. Dia langsung mengangguk sambil tersenyum.

“Kakak jaga adek ya. Sama Mbak Win jangan nakal,” pesan Kirana.

Tak lupa kecupan selamat malam diberikan.

“Selamat malam kakak, adek, kesayangan mama.”

Kirana menarik selimut dan mematikan lampu. Namun belum sampai langkahnya mencapai pintu, gumaman yang keluar dari mulut Rina menghentikan langkah dan membuat jantungnya diremas kuat.

“Aku lihat papa sama Mama Radit.”

To Be Continue ....

Terpopuler

Comments

Salma Suku

Salma Suku

Kirana terus terang aja sama anak2mu nda perlu di tutupi lagi...apalagi sudah 1bulan nda pulang2...

2024-09-29

0

Nartadi Yana

Nartadi Yana

walah ngopeni anak orang anak sendiri ditelantarkan tunggu karmamu

2024-09-12

0

Mmhey Lim Kheintjem

Mmhey Lim Kheintjem

kasihan anak2😭

2024-07-18

1

lihat semua
Episodes
1 Resepsi yang kacau
2 Hati yang kau sakiti
3 Kau datang membawa luka
4 Garangan buntung
5 Puaskan sakiti aku
6 Mertua kang drama
7 Belajar tanpamu
8 Tetanggaku bosku
9 Siapa Mama Radit?
10 Pria misterius
11 Aku bukan patung!
12 Aska Kendrick Rusady
13 Istri orang begitu menggoda
14 Perasaan tak terbendung
15 Janda bolong?
16 Percikan api
17 Cinta dan gairah
18 Mau papa baru
19 Perlawanan Kirana
20 Detektif dadakan
21 Bos memang selalu menang
22 Mendamba
23 Rasanya menyakitkan
24 Pertengkaran sengit
25 Keluarga parasit
26 Radio rusak
27 Sikap Zidan
28 Teka-teki
29 Kejutan!
30 Mulai tergantikan
31 Bercerai?
32 Puber kedua?
33 Menuntut
34 Pria idaman
35 Sepenggal luka
36 Tertipu!
37 Kecelakaan?
38 Perang dimulai
39 Rencana
40 Masa lalu Kirana
41 Mengakui
42 Calon istri?
43 Dipecat!
44 Miskin
45 Diusir
46 Menepati janji
47 Sudah tobat
48 Jeng ... Jeng
49 Kasihan deh kamu!
50 Balasan setimpal
51 Liburan
52 Ingin bercinta
53 Bercinta denganmu
54 Berakhir
55 Nyesel, kan? Rasain!
56 Jadi janda karena janda
57 Janda sehari
58 Oh ternyata
59 Satu kenyataan terungkap
60 Terbongkar
61 Berkorban
62 Rencana
63 Hamil?
64 Suami istri
65 Kenikmatan yang diteguk
66 Wanita istimewa
67 Nyonya rumah
68 Kendrick mulai ragu
69 Debat dua pria
70 Menyalakan sumbu
71 Ujian
72 Ujian
73 Calon ayah
74 Mengibarkan bendera perang
75 Menunggu sang waktu
76 Bersamamu
77 Janji
78 Mantan pemain yang manis
79 Pria asing
80 Pembenci mulai muncul
81 Berkumpul keluarga
82 Perusuh
83 Ratapan gamang
84 Rencana Rajendra
85 Ujian cinta
86 Kabar buruk!
87 Rumit
88 Jahat sekali
89 Masa lalu
90 Yang terjadi
91 Dia siapa?
92 Saling menguatkan
93 Mulai beraksi
94 Promosi
95 Sadar?
96 Perang dingin
97 Belajar menerima
98 Sadar
99 Perasaan buruk
100 Pertanda apakah ini?
101 Rahasia Kendrick
102 Kendrick selingkuh?
103 Benarkah berkhianat?
104 Penjelasan
105 Keras kepala Rajendra
106 Surat Zidan
107 Kepulangan Baby Ricky
108 Dalang
109 Sebuah rahasia
110 Aksi tiga pria
111 Fakta baru
112 Malam panas
113 Melancarkan aksi
114 Bersamamu
115 Akhirnya tahu
116 Axel Mananta Putra
117 Harus lebih licik
118 Penyatuan kerinduan
119 Di depan mata
120 Seperti keluarga
121 Kumpul-kumpul
122 Kedatangan tamu
123 Kabar buruk!
124 Hidup atau mati?
125 Jasad
126 Amarah Kirana
127 Nekad
128 Sebenarnya ....
129 Diawasi
130 Hi, Son!
131 Satu persatu
132 Welcome back
133 Pulang
134 Bahagia
135 Kejahatan tidak akan bertahan
136 Akhir dari kejahatan
137 Lunturnya ego demi kebahagiaan
138 Berakhirnya permusuhan ayah dan anak
139 Sabotase
140 Menangkap pengkhianat
141 Berakhirnya sebuah kejahatan
142 Bahagia
Episodes

Updated 142 Episodes

1
Resepsi yang kacau
2
Hati yang kau sakiti
3
Kau datang membawa luka
4
Garangan buntung
5
Puaskan sakiti aku
6
Mertua kang drama
7
Belajar tanpamu
8
Tetanggaku bosku
9
Siapa Mama Radit?
10
Pria misterius
11
Aku bukan patung!
12
Aska Kendrick Rusady
13
Istri orang begitu menggoda
14
Perasaan tak terbendung
15
Janda bolong?
16
Percikan api
17
Cinta dan gairah
18
Mau papa baru
19
Perlawanan Kirana
20
Detektif dadakan
21
Bos memang selalu menang
22
Mendamba
23
Rasanya menyakitkan
24
Pertengkaran sengit
25
Keluarga parasit
26
Radio rusak
27
Sikap Zidan
28
Teka-teki
29
Kejutan!
30
Mulai tergantikan
31
Bercerai?
32
Puber kedua?
33
Menuntut
34
Pria idaman
35
Sepenggal luka
36
Tertipu!
37
Kecelakaan?
38
Perang dimulai
39
Rencana
40
Masa lalu Kirana
41
Mengakui
42
Calon istri?
43
Dipecat!
44
Miskin
45
Diusir
46
Menepati janji
47
Sudah tobat
48
Jeng ... Jeng
49
Kasihan deh kamu!
50
Balasan setimpal
51
Liburan
52
Ingin bercinta
53
Bercinta denganmu
54
Berakhir
55
Nyesel, kan? Rasain!
56
Jadi janda karena janda
57
Janda sehari
58
Oh ternyata
59
Satu kenyataan terungkap
60
Terbongkar
61
Berkorban
62
Rencana
63
Hamil?
64
Suami istri
65
Kenikmatan yang diteguk
66
Wanita istimewa
67
Nyonya rumah
68
Kendrick mulai ragu
69
Debat dua pria
70
Menyalakan sumbu
71
Ujian
72
Ujian
73
Calon ayah
74
Mengibarkan bendera perang
75
Menunggu sang waktu
76
Bersamamu
77
Janji
78
Mantan pemain yang manis
79
Pria asing
80
Pembenci mulai muncul
81
Berkumpul keluarga
82
Perusuh
83
Ratapan gamang
84
Rencana Rajendra
85
Ujian cinta
86
Kabar buruk!
87
Rumit
88
Jahat sekali
89
Masa lalu
90
Yang terjadi
91
Dia siapa?
92
Saling menguatkan
93
Mulai beraksi
94
Promosi
95
Sadar?
96
Perang dingin
97
Belajar menerima
98
Sadar
99
Perasaan buruk
100
Pertanda apakah ini?
101
Rahasia Kendrick
102
Kendrick selingkuh?
103
Benarkah berkhianat?
104
Penjelasan
105
Keras kepala Rajendra
106
Surat Zidan
107
Kepulangan Baby Ricky
108
Dalang
109
Sebuah rahasia
110
Aksi tiga pria
111
Fakta baru
112
Malam panas
113
Melancarkan aksi
114
Bersamamu
115
Akhirnya tahu
116
Axel Mananta Putra
117
Harus lebih licik
118
Penyatuan kerinduan
119
Di depan mata
120
Seperti keluarga
121
Kumpul-kumpul
122
Kedatangan tamu
123
Kabar buruk!
124
Hidup atau mati?
125
Jasad
126
Amarah Kirana
127
Nekad
128
Sebenarnya ....
129
Diawasi
130
Hi, Son!
131
Satu persatu
132
Welcome back
133
Pulang
134
Bahagia
135
Kejahatan tidak akan bertahan
136
Akhir dari kejahatan
137
Lunturnya ego demi kebahagiaan
138
Berakhirnya permusuhan ayah dan anak
139
Sabotase
140
Menangkap pengkhianat
141
Berakhirnya sebuah kejahatan
142
Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!