Mertua kang drama

Kirana menyentuh pipinya yang terasa begitu panas dan perih. Pukulan Zidan begitu kuat, dia yakin besok pipinya akan terlihat lebam mengingat kulitnya yang sangat putih.

Setelah perdebatan keduanya, Zidan langsung bergegas meninggalkan Kirana dengan kemarahan yang mengumpul di kepala.

Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam saat Kirana baru saja selesai mengompres pipinya. Tak lagi ada air mata yang keluar dari manik mata indahnya.

Kini bukan hanya hatinya yang terluka, bahkan fisiknya juga ikut dilukai.

Tubuhnya berbaring sambil menatap langit-langit kamar. Ranjang besar tempatnya mencari kenyamanan kini terasa begitu dingin.

...✿✿✿...

Keesokan paginya Kirana memandangi pantulan dirinya di cermin. Pipi putih bekas lebam ditutup sempurna dengan foundation agar tak dilihat anak-anaknya.

Hari ini ini dia tak berniat mengantarkan kedua anaknya sendiri. Meminta Joko—ojek panggilan yang mangkal di dekat sekolahan.

Menu sarapan hanya nasi dan telur mata sapi ditaburi kecap manis menjadi andalan.

Suasana hatinya buruk, bahkan bisa dikatakan sebenarnya Kirana malas sekali bangun. Jika saja ada mbak yang mengurus sudah pasti dia akan melakukannya. Mengurung diri di kamar, menangis dan mungkin saja meraung keras hanya untuk meredakan sakit hati yang dirasakan.

Luka akan pernikahan diam-diam suaminya saja belum usai, tetapi sudah ditambah luka baru.

“Ma—Mama kok diam?”

Kirana seketika menoleh dengan mata yang berkaca-kaca. “Enggak apa-apa. Oh, ya, pagi ini kalian diantar Pak Joko ya. Mama nggak enak badan,” dustanya.

“Mama sakit?” tanya Rina dengan mata bulat yang begitu menggemaskan.

Kirana mengangguk. “Sedikit.”

“Ya udah nggak papa, Mama di rumah aja. Jangan lupa makan dan minum obat ya. Mama cepet sembuh,” ucap Rina perhatian.

Kirana mengangguk dan mengantarkan kedua anaknya ke halaman saat suara klakson dari motor Joko sudah terdengar. Sebelum pergi dia menyelipkan beberapa lembar uang ke arah pria paruh baya yang masih semangat untuk tetap mengais rezeki.

“Tolong sekalian nanti dijemput ya, Pak. Saya lagi nggak enak badan,” ucap Kirana diiringi senyum tipis.

Pak Joko mengangguk. “Tapi ini terlalu banyak Mbak Kira,” tolaknya sungkan, wajah pria paruh baya tersebut agak menunduk mengingat ketika mengantar dua anak ini selalu dibayar lebih, bahkan nilainya hampir sama ketika harus mangkal beberapa hari.

“Rezeki nggak boleh ditolak, Pak.” Kirana meyakinkan.

Mata pria paruh baya tersebut berkaca-kaca sebelum akhirnya menunduk dan mengucapkan terima kasih.

Sesaat Kirana menatap laju motor yang kian menjauh sebelum kembali masuk ke rumah.

Memaksa diri untuk menelan makanan sebelum meminum obat sakit kepala. Mengabaikan rumah yang masih sedikit berantakan, tubuhnya kembali berbaring dengan mata terpejam.

Baru sempat terpejam beberapa saat, Kirana mendengar suara berisik dari depan rumah. Memaksa tubuhnya untuk bangun sambil memijat pelipis yang sedikit pusing.

Setelah menarik nafas panjang, kakinya melangkah ke depan. Gerbang rumahnya memang sengaja dikunci karena niatnya mau istirahat.

“Oh, ada apa, Bu?” tanya Kirana setelah melihat siapa yang membuat keributan.

Ibu mertua dan adik ipar.

“Dasar menantu nggak tahu diri, kerjanya kok malas-malasan. Pantes aja suaminya kepincut janda di depan rumah,” cecar wanita paruh baya itu menghina.

“Bu, jangan buat keributan,” ucap Kirana saat mendengar teriakan mertuanya yang mungkin bisa membangunkan tetangga kanan kirinya.

“Udah tahu ada mertua datang, bukannya disuruh masuk malah diajak berantem.”

“Siapa juga yang ngajak ibu berantem sih. Udah sini ayo masuk, ngomong dalam rumah aja.” Kirana segera menggeser tubuh dan memberikan ruang untuk wanita paruh baya itu lewat.

Tanpa bertanya Kirana gegas ke dapur dan membuatkan keduanya minuman. Tak lama dia kembali ke ruang tamu dengan membawa minuman dan beberapa brownies.

Duduk di depan ibu dan anaknya, Kirana menghela napas panjang sebelum kembali melanjutkan tanya, “Ngapain Ibu marah-marah di depan rumah? Dilihat orang nggak pantes Bu.”

“Salahmu sendiri, rumah dikunci segala. Ibu ke sini mau buat perhitungan sama kamu!” ucapnya, memberikan tatapan tajam.

“Ini semua juga gara-gara kamu, Mbak!” sahut Nina membentak.

Tubuh Kirana sampai tersentak, menoleh untuk melihat wanita muda yang telah membentaknya.

“Aku lebih tua darimu, Nina.”

“Umur tua, penampilan tua, tetapi pikirannya enggak tuh,” jawab Nina lagi.

Kirana hanya bisa mengembuskan napas berkali-kali. Menahan emosi dalam dada yang sejak tadi bergemuruh.

“Sebenarnya ada niat apa ibu datang ke sini? Tolong, Bu, jelaskan agar aku tahu.” Sebisa mungkin Kirana masih bersikap sopan walaupun selama ini dia tahu apa yang dilakukan tak pernah dihargai.

“Seharusnya kamu nggak perlu berantem sama Zidan hanya karena dia nikah lagi. Pria punya istri dua atau tiga, itu nggak dilarang dan nggak dosa. Kamu ini yang rewel! Udah nggak bisa kasih cucu laki-laki, banyak nuntut pula. Kamu jangan bikin anakku jadi pengen ceraikan kamu ya, jadi wanita kok nggak tahu diri banget. Ngaca kekurangan kamu dong!” Ucapan Ajeng seperti sembilu.

Sebelum menjawab Kirana menarik napas panjang. “Kekurangan? Aku bukan wanita yang enggak bisa kasih Zidan keturunan. Hanya karena jenis kelamin yang nggak sesuai, ibu ngomong tentang kekurangan. Bahkan kalau bisa aku minta anak-anakku lahir laki-laki biar kalian senang, tapi kalau titipan Tuhan udah begitu mau diapakan lagi, Bu? Kita masih muda, masih bisa punya anak lagi. Tapi kenapa harus memilih menikah lagi?” Nyaris saja bibir itu mengeluarkan teriakan andai tidak ingat siapa yang ada di depannya.

“Jelas karena kamu nggak akan bisa melahirkan keturunan laki-laki makanya aku minta Zidan nikah sama wanita yang udah terbukti bisa memberikan keturunan laki-laki,” sahut Ajeng masih mempertahankan wajah angkuh untuk mengintimidasi.

“Ngomong kayak gitu kayak ibu itu Tuhan aja yang menentukan semuanya.” Kirana menahan gejolak luapan emosi yang terus disiram bensin.

“Ngomong sama kamu itu nggak guna. Ngelawan terus! Jangan karena Zidan cinta, kamu bisa seenaknya menyetir kehidupan dia.”

“Aku enggak ada kayak gitu ya, Bu. Tanya sama dia, apa pun yang dilakukan aku selalu percaya. Bahkan saat kebohongan yang dikatakan aku tetap pilih percaya. Itu masih kurang?”

“Kok kamu malah nuduh anakku?!” sentak Ajeng kasar.

“Lho aku nggak nuduh, tapi ngomong kenyataan. Selama ini bukannya aku nggak tahu kalau ibu sering monopoli Zidan dengan berbagai alasan.”

“Wajar dia anakku!” Ajeng tak mau kalah dengan menantunya.

“Wajar juga dong dia suamiku, ayah dari anak-anakku,” balas Kirana juga tak mau mengalah.

Perdebatan Ajeng dan Kirana belum menghasilkan siapa pemenangnya. Masih panas dan sengit.

“Mbak Kira ini nggak ada sopan santun sama ibu. Dia ibu mertuamu, nggak pantes kamu ngajak dia berdebat kayak gitu.” Nina menimpali, jelas saja membela ibunya.

“Aku nggak ngajak debat, hanya meluruskan. Seharusnya sesama wanita kalian bisa berempati dikit, bukan malah melempar semua kesalahan padaku. Zidan menipuku, merayakan pernikahan di atas sakit hati yang diberikan. Kok tega?” Di ujung kata ucapan Kirana nyaris tak terdengar akibat bibirnya yang keluh.

Kok tega? Dua kata itu terdengar sederhana, tetapi terdengar luar biasa saat diucapkan dengan nada pilu dan wajah frustrasi.

Ajeng dan Nina tak lagi melanjutkan. Wanita itu melangkah meninggalkan ruang tamu tanpa pamit. Namun belum sempat Kirana bernapas lega, suara keributan kembali terdengar.

Gegas menghapus cairan bening yang menumpuk di pelupuk mata. Berjalan dengan sedikit gontai menuju sumber keributan.

“Ya Tuhan, salah apa aku dikasih mantu kurang ajar kayak Kirana. Ibu datang baik-baik malah diusir dan dihina. Ya Tuhan, hiks ... hiks ....”

To Be Continue ....

Terpopuler

Comments

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

tryssabar

2024-04-06

0

Lea Octa

Lea Octa

satu keluarga toxic semuanya.. manifulatif banget,, ratu drama pantesan aja anaknya si Zidan error begitu persis sih sifatnya kaya ibunya

2023-05-30

1

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus semangat

2023-04-10

0

lihat semua
Episodes
1 Resepsi yang kacau
2 Hati yang kau sakiti
3 Kau datang membawa luka
4 Garangan buntung
5 Puaskan sakiti aku
6 Mertua kang drama
7 Belajar tanpamu
8 Tetanggaku bosku
9 Siapa Mama Radit?
10 Pria misterius
11 Aku bukan patung!
12 Aska Kendrick Rusady
13 Istri orang begitu menggoda
14 Perasaan tak terbendung
15 Janda bolong?
16 Percikan api
17 Cinta dan gairah
18 Mau papa baru
19 Perlawanan Kirana
20 Detektif dadakan
21 Bos memang selalu menang
22 Mendamba
23 Rasanya menyakitkan
24 Pertengkaran sengit
25 Keluarga parasit
26 Radio rusak
27 Sikap Zidan
28 Teka-teki
29 Kejutan!
30 Mulai tergantikan
31 Bercerai?
32 Puber kedua?
33 Menuntut
34 Pria idaman
35 Sepenggal luka
36 Tertipu!
37 Kecelakaan?
38 Perang dimulai
39 Rencana
40 Masa lalu Kirana
41 Mengakui
42 Calon istri?
43 Dipecat!
44 Miskin
45 Diusir
46 Menepati janji
47 Sudah tobat
48 Jeng ... Jeng
49 Kasihan deh kamu!
50 Balasan setimpal
51 Liburan
52 Ingin bercinta
53 Bercinta denganmu
54 Berakhir
55 Nyesel, kan? Rasain!
56 Jadi janda karena janda
57 Janda sehari
58 Oh ternyata
59 Satu kenyataan terungkap
60 Terbongkar
61 Berkorban
62 Rencana
63 Hamil?
64 Suami istri
65 Kenikmatan yang diteguk
66 Wanita istimewa
67 Nyonya rumah
68 Kendrick mulai ragu
69 Debat dua pria
70 Menyalakan sumbu
71 Ujian
72 Ujian
73 Calon ayah
74 Mengibarkan bendera perang
75 Menunggu sang waktu
76 Bersamamu
77 Janji
78 Mantan pemain yang manis
79 Pria asing
80 Pembenci mulai muncul
81 Berkumpul keluarga
82 Perusuh
83 Ratapan gamang
84 Rencana Rajendra
85 Ujian cinta
86 Kabar buruk!
87 Rumit
88 Jahat sekali
89 Masa lalu
90 Yang terjadi
91 Dia siapa?
92 Saling menguatkan
93 Mulai beraksi
94 Promosi
95 Sadar?
96 Perang dingin
97 Belajar menerima
98 Sadar
99 Perasaan buruk
100 Pertanda apakah ini?
101 Rahasia Kendrick
102 Kendrick selingkuh?
103 Benarkah berkhianat?
104 Penjelasan
105 Keras kepala Rajendra
106 Surat Zidan
107 Kepulangan Baby Ricky
108 Dalang
109 Sebuah rahasia
110 Aksi tiga pria
111 Fakta baru
112 Malam panas
113 Melancarkan aksi
114 Bersamamu
115 Akhirnya tahu
116 Axel Mananta Putra
117 Harus lebih licik
118 Penyatuan kerinduan
119 Di depan mata
120 Seperti keluarga
121 Kumpul-kumpul
122 Kedatangan tamu
123 Kabar buruk!
124 Hidup atau mati?
125 Jasad
126 Amarah Kirana
127 Nekad
128 Sebenarnya ....
129 Diawasi
130 Hi, Son!
131 Satu persatu
132 Welcome back
133 Pulang
134 Bahagia
135 Kejahatan tidak akan bertahan
136 Akhir dari kejahatan
137 Lunturnya ego demi kebahagiaan
138 Berakhirnya permusuhan ayah dan anak
139 Sabotase
140 Menangkap pengkhianat
141 Berakhirnya sebuah kejahatan
142 Bahagia
Episodes

Updated 142 Episodes

1
Resepsi yang kacau
2
Hati yang kau sakiti
3
Kau datang membawa luka
4
Garangan buntung
5
Puaskan sakiti aku
6
Mertua kang drama
7
Belajar tanpamu
8
Tetanggaku bosku
9
Siapa Mama Radit?
10
Pria misterius
11
Aku bukan patung!
12
Aska Kendrick Rusady
13
Istri orang begitu menggoda
14
Perasaan tak terbendung
15
Janda bolong?
16
Percikan api
17
Cinta dan gairah
18
Mau papa baru
19
Perlawanan Kirana
20
Detektif dadakan
21
Bos memang selalu menang
22
Mendamba
23
Rasanya menyakitkan
24
Pertengkaran sengit
25
Keluarga parasit
26
Radio rusak
27
Sikap Zidan
28
Teka-teki
29
Kejutan!
30
Mulai tergantikan
31
Bercerai?
32
Puber kedua?
33
Menuntut
34
Pria idaman
35
Sepenggal luka
36
Tertipu!
37
Kecelakaan?
38
Perang dimulai
39
Rencana
40
Masa lalu Kirana
41
Mengakui
42
Calon istri?
43
Dipecat!
44
Miskin
45
Diusir
46
Menepati janji
47
Sudah tobat
48
Jeng ... Jeng
49
Kasihan deh kamu!
50
Balasan setimpal
51
Liburan
52
Ingin bercinta
53
Bercinta denganmu
54
Berakhir
55
Nyesel, kan? Rasain!
56
Jadi janda karena janda
57
Janda sehari
58
Oh ternyata
59
Satu kenyataan terungkap
60
Terbongkar
61
Berkorban
62
Rencana
63
Hamil?
64
Suami istri
65
Kenikmatan yang diteguk
66
Wanita istimewa
67
Nyonya rumah
68
Kendrick mulai ragu
69
Debat dua pria
70
Menyalakan sumbu
71
Ujian
72
Ujian
73
Calon ayah
74
Mengibarkan bendera perang
75
Menunggu sang waktu
76
Bersamamu
77
Janji
78
Mantan pemain yang manis
79
Pria asing
80
Pembenci mulai muncul
81
Berkumpul keluarga
82
Perusuh
83
Ratapan gamang
84
Rencana Rajendra
85
Ujian cinta
86
Kabar buruk!
87
Rumit
88
Jahat sekali
89
Masa lalu
90
Yang terjadi
91
Dia siapa?
92
Saling menguatkan
93
Mulai beraksi
94
Promosi
95
Sadar?
96
Perang dingin
97
Belajar menerima
98
Sadar
99
Perasaan buruk
100
Pertanda apakah ini?
101
Rahasia Kendrick
102
Kendrick selingkuh?
103
Benarkah berkhianat?
104
Penjelasan
105
Keras kepala Rajendra
106
Surat Zidan
107
Kepulangan Baby Ricky
108
Dalang
109
Sebuah rahasia
110
Aksi tiga pria
111
Fakta baru
112
Malam panas
113
Melancarkan aksi
114
Bersamamu
115
Akhirnya tahu
116
Axel Mananta Putra
117
Harus lebih licik
118
Penyatuan kerinduan
119
Di depan mata
120
Seperti keluarga
121
Kumpul-kumpul
122
Kedatangan tamu
123
Kabar buruk!
124
Hidup atau mati?
125
Jasad
126
Amarah Kirana
127
Nekad
128
Sebenarnya ....
129
Diawasi
130
Hi, Son!
131
Satu persatu
132
Welcome back
133
Pulang
134
Bahagia
135
Kejahatan tidak akan bertahan
136
Akhir dari kejahatan
137
Lunturnya ego demi kebahagiaan
138
Berakhirnya permusuhan ayah dan anak
139
Sabotase
140
Menangkap pengkhianat
141
Berakhirnya sebuah kejahatan
142
Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!