Puaskan sakiti aku

Pukul delapan, Zidan kembali ke rumah dan segera masuk kamar mengganti pakaian.

Tak lama pria itu kembali keluar dengan pakaian yang telah rapi, duduk di meja makan tanpa menyapanya.

Kirana hanya mengangkat bahu acuh tak acuh, setelah selesai cuci piring ia meninggalkan dapur dan kembali ke kamar.

Tak lama terdengar suara deru mesin mobil keluar dari garasi. Dia mengintip dari jendela kamar dan melihat Zidan pergi tanpa pamit.

“Dia yang salah tapi bersikap seolah-olah aku yang memiliki kesalahan,” gumamnya lirih, menghapus setitik cairan bening di sudut matanya.

Sampai siang hari dia tak melakukan apa pun, hanya berdiam diri di kamar sambil memikirkan siapa sebenarnya wanita yang menjadi istri Zidan. Di mana mereka bertemu dan sejak kapan hubungan itu berlangsung.

Memikirkan itu saja membuatnya sakit kepala.

Pukul dua belas siang dia keluar rumah berniat menjemput kedua anaknya. Mengendarai motor matic tak sampai tiga puluh menit sudah tiba di sekolah.

Kirana memilih menghindari kerumunan ibu-ibu yang ada di sana dengan tetap duduk di atas motor. Mendekati mereka hanya akan membuat batinnya tertekan dengan berbagai ucapan yang menyakitkan.

Tak sampai sepuluh menit, terdengar suara bel pulang. Kerumunan anak-anak mulai keluar dan menyebar begitu saja memenuhi halaman.

Rina dan Lina mencium punggung tangannya sebelum naik ke atas motor, setelah itu motornya melaju kembali pulang.

Sesampainya di rumah, keduanya segera mengganti pakaian dan makan siang bersama.

“Ma, kata temenku, aku bakal punya mama baru.” Ucapan Rina sontak membuat Kirana membeku.

“Siapa yang ngomong? Enggak benar, jangan percaya.” Dia menggeleng pelan, mencoba bersikap biasa.

“Katanya dia lihat papa bareng wanita.”

“Kan masih katanya. Belum terbukti benar, jadi kita nggak boleh percaya sesuatu yang masih belum jelas,” jelas Kirana, meringis ngilu.

“Aku nggak mau punya mama baru,” sahut Rina terlihat muram.

Segera Kirana mengusap puncak kepala anak sulungnya. Bibirnya melemparkan senyum tipis terlihat miris.

“Udah, nggak perlu dipikirkan. Habis makan, kerjain PR dulu ya.”

Tanpa Kirana sadari diam-diam obrolan mereka didengar oleh gadis kecil berusia lima tahun yang ternyata menyimak.

“Kalau ada mama baru, berarti ada papa baru dong, Ma?” Hampir saja Kirana tersedak mendengar ucapan anak bungsunya.

“Eh! Nggak boleh ngomong sembarangan.”

Kepala gadis kecil itu mengangguk. “Tapi bener kan, Ma? Kalau papa bawa mama baru, mama juga harus bawa papa baru. Biar sama-sama baru.”

Kirana menipiskan bibir, ingin sekali tertawa mendengar ucapan polos putrinya.

Enggak gitu juga kali konsepnya.

“Sudah—sudah jangan ngomong sembarangan.”

Setelah selesai makan siang bersama Kirana segera menyuruh dua putrinya kembali ke kamar mengerjakan tugas sekolah sementara dia akan membereskan sisa-sisa piring kotor dan mencucinya.

Di rumah sebenarnya ada Mbak ART, tetapi kebetulan dia sedang izin pulang selama dua minggu hingga Kirana yang saat ini harus mengerjakan tugas rumah.

“Lelah juga ternyata,” gumamnya pelan sambil merebahkan tubuhnya di karpet yang ada di ruang televisi.

...✿✿✿...

Pukul tujuh malam berbarengan dengan suara azan berkumandang, terdengar pintu rumah terbuka dan sosok Zidan muncul dengan wajah yang nampak lelah.

Pria itu segera menjatuhkan tubuhnya di sofa sambil memejamkan mata. Tak lama Rina datang membawa segelas air yang langsung diterima.

“Makasih, Kak,” ucapnya dengan lembut diiringi seulas senyum hangat.

Setelah meneguk minuman, Zidan langsung pamit pada kedua anaknya untuk mandi, mengabaikan dirinya yang masih duduk seolah-olah tak melihatnya.

Kirana tak peduli. Rasa sakit di hatinya masih terasa perih. Bayangan saat pria itu berdiri di pelaminan dengan senyum bahagia masih terekam jelas di otaknya.

“Mama enggak beli makanan?” tanya Rina membuyarkan lamunan.

Kepalanya menoleh ke samping dan bertanya, “Kakak sama adek, mau makan apa? Mama mau pesen online aja.”

“Aku mau cap cay, Ma.”

“Adek mau soto daging.”

Keduanya menjawab serempak begitu bersemangat.

“Ada lagi?”

“Sekalian alpukat kocok, Ma,” tambah Rina yang disetujui adiknya.

“Oke.” Saat matanya melirik Zidan yang baru keluar dari kamar, mau tak mau dia bertanya, “Kamu mau makan apa?”

Pria itu meliriknya. “Samakan denganmu aja,” sahutnya datar.

Kirana segera memesan beberapa menu yang berbeda-beda sesuai keinginan penghuni rumah. Sesekali. Karena sejujurnya dia sama sekali tak cocok dengan urusan masak—memasak dan sejenisnya.

“Udah dibayar belum?” Zidan mengeluarkan beberapa lembar proklamator dari dalam dompet dan mengulurkannya.

“Udah.” Bibirnya berkata sudah, tetapi uang yang diulurkan masih diterima. “Rezeki nggak boleh ditolak,” sambungnya mendapat cibiran pelan dari pria itu.

Setelah makanan datang, mereka terlihat makan bersama. Sesekali terdengar gelak tawa dari Rina dan Lina yang terang-terangan menghina rasa masakannya.

“Mama sebenarnya bisa masak, tapi sayang aja ....” Kirana tak melanjutkan ucapannya.

“Sayang nggak enak,” sambung Rina, terkekeh geli.

Terlihat Kirana mengerucutkan bibir terlihat kesal. Dia masak apa pun bisa tetapi tidak menjamin rasanya cocok. Jangankan di lidah orang lain, di lidah sendiri saja dia mengakui jika masakannya sangat buruk.

“Memang nggak enak, kok. Itu baru satu kekurangan yang terlihat, belum yang lain,” cela Zidan, seperti sedang ingin mencari-cari kesalahannya.

“Cuci tangan, cuci kaki, terus bobo. Mama mau beres-beres ini dulu,” perintah Kirana membuat keduanya mengangguk patuh.

Kirana membuatkan kopi untuk Zidan dan meletakkannya di atas meja. Dia kembali melanjutkan membereskan sisa makan malam dan mencuci semua piring kotor.

Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam saat Kirana baru saja menyelesaikan semua pekerjaan rumah. Tak lupa sebelum masuk kamar, dia mengunci pagar dan pintu utama, setelah itu melihat kamar putrinya.

Saat masuk ke kamar, dia melihat Zidan bersandar di ranjang sambil memainkan ponsel.

“Apa maksudmu ngomong kayak gitu di depan anak-anak?” sentak Kirana kasar.

Meletakkan ponselnya, Zidan menghampiri Kirana dan menatap wanita itu dengan sorot mata yang sulit diartikan.

“Ngapain kamu marah? Itu kan, kenyataan. Kamu emang nggak bisa masak dan itu satu dari sekian banyak kekuranganmu yang kelihatan. Belum yang lain.”

“Tapi bukan berarti kamu kamu bisa ngomong kayak gitu depan anak-anak. Jangan libatkan masalah kita dengan mereka!”

“Kamu mulai kurang ajar, Kira!” bentak Zidan kasar.

Cairan bening yang masih tertahan sejak tadi akhirnya tumpah membasahi pipi. “Aku begini juga gara-gara kamu, Mas,” debat Kirana, suaranya terdengar bergetar.

“Kamu selalu menyalahkan aku hanya gara-gara masalah sepele itu?”

Kirana tersenyum pedih. Sepele katanya?

“Sama! Kamu dan ibumu juga selalu menyalahkanku hanya karena masalah sepele. Hanya karena aku nggak bisa melahirkan anak laki-laki buat keluargamu, lalu kamu pantas melakukan ini kepadaku dan kedua anakmu?”

Anak itu titipan, kita sebagai manusia tak bisa mengharapkan semua yang diinginkan akan sesuai. Anak tidak dibeli di online shop yang bisa ditukar tambah begitu tak cocok dengan harapan.

“Jangan bawa-bawa ibu dalam masalah ini!” bentak Zidan lebih keras, matanya menatap tajam.

“Tapi ibumu ikut bertanggung jawab dengan pilihan yang kamu ambil. Ibumu itu yang nggak benar, udah tua tapi nggak punya otak!” desis Kirana terdengar kasar, tetapi itu kenyataan. Sebagai orang yang lebih tua dengan banyak pengalaman, seharusnya bisa lebih bijak lagi dalam bersikap.

Tanpa disangka-sangka, tangan Zidan terangkat menyentuh pipi putih Kirana. Suaranya menggema begitu keras hingga wajahnya berpaling.

“Jangan pernah menghina ibu, Kira. Kamu marah? Oke, aku terima. Tapi jangan sekalipun kamu menjelekkan ibu yang telah melahirkan suamimu.”

To Be Continue ....

Terpopuler

Comments

dandelions

dandelions

kdrt lho. ayo laporkan aja

2024-11-26

0

dandelions

dandelions

MAMPUSS HAHAHAHA

2024-11-26

0

Nurhartiningsih

Nurhartiningsih

yuk balas kelakuan suami dajjalmu kiran

2024-10-12

0

lihat semua
Episodes
1 Resepsi yang kacau
2 Hati yang kau sakiti
3 Kau datang membawa luka
4 Garangan buntung
5 Puaskan sakiti aku
6 Mertua kang drama
7 Belajar tanpamu
8 Tetanggaku bosku
9 Siapa Mama Radit?
10 Pria misterius
11 Aku bukan patung!
12 Aska Kendrick Rusady
13 Istri orang begitu menggoda
14 Perasaan tak terbendung
15 Janda bolong?
16 Percikan api
17 Cinta dan gairah
18 Mau papa baru
19 Perlawanan Kirana
20 Detektif dadakan
21 Bos memang selalu menang
22 Mendamba
23 Rasanya menyakitkan
24 Pertengkaran sengit
25 Keluarga parasit
26 Radio rusak
27 Sikap Zidan
28 Teka-teki
29 Kejutan!
30 Mulai tergantikan
31 Bercerai?
32 Puber kedua?
33 Menuntut
34 Pria idaman
35 Sepenggal luka
36 Tertipu!
37 Kecelakaan?
38 Perang dimulai
39 Rencana
40 Masa lalu Kirana
41 Mengakui
42 Calon istri?
43 Dipecat!
44 Miskin
45 Diusir
46 Menepati janji
47 Sudah tobat
48 Jeng ... Jeng
49 Kasihan deh kamu!
50 Balasan setimpal
51 Liburan
52 Ingin bercinta
53 Bercinta denganmu
54 Berakhir
55 Nyesel, kan? Rasain!
56 Jadi janda karena janda
57 Janda sehari
58 Oh ternyata
59 Satu kenyataan terungkap
60 Terbongkar
61 Berkorban
62 Rencana
63 Hamil?
64 Suami istri
65 Kenikmatan yang diteguk
66 Wanita istimewa
67 Nyonya rumah
68 Kendrick mulai ragu
69 Debat dua pria
70 Menyalakan sumbu
71 Ujian
72 Ujian
73 Calon ayah
74 Mengibarkan bendera perang
75 Menunggu sang waktu
76 Bersamamu
77 Janji
78 Mantan pemain yang manis
79 Pria asing
80 Pembenci mulai muncul
81 Berkumpul keluarga
82 Perusuh
83 Ratapan gamang
84 Rencana Rajendra
85 Ujian cinta
86 Kabar buruk!
87 Rumit
88 Jahat sekali
89 Masa lalu
90 Yang terjadi
91 Dia siapa?
92 Saling menguatkan
93 Mulai beraksi
94 Promosi
95 Sadar?
96 Perang dingin
97 Belajar menerima
98 Sadar
99 Perasaan buruk
100 Pertanda apakah ini?
101 Rahasia Kendrick
102 Kendrick selingkuh?
103 Benarkah berkhianat?
104 Penjelasan
105 Keras kepala Rajendra
106 Surat Zidan
107 Kepulangan Baby Ricky
108 Dalang
109 Sebuah rahasia
110 Aksi tiga pria
111 Fakta baru
112 Malam panas
113 Melancarkan aksi
114 Bersamamu
115 Akhirnya tahu
116 Axel Mananta Putra
117 Harus lebih licik
118 Penyatuan kerinduan
119 Di depan mata
120 Seperti keluarga
121 Kumpul-kumpul
122 Kedatangan tamu
123 Kabar buruk!
124 Hidup atau mati?
125 Jasad
126 Amarah Kirana
127 Nekad
128 Sebenarnya ....
129 Diawasi
130 Hi, Son!
131 Satu persatu
132 Welcome back
133 Pulang
134 Bahagia
135 Kejahatan tidak akan bertahan
136 Akhir dari kejahatan
137 Lunturnya ego demi kebahagiaan
138 Berakhirnya permusuhan ayah dan anak
139 Sabotase
140 Menangkap pengkhianat
141 Berakhirnya sebuah kejahatan
142 Bahagia
Episodes

Updated 142 Episodes

1
Resepsi yang kacau
2
Hati yang kau sakiti
3
Kau datang membawa luka
4
Garangan buntung
5
Puaskan sakiti aku
6
Mertua kang drama
7
Belajar tanpamu
8
Tetanggaku bosku
9
Siapa Mama Radit?
10
Pria misterius
11
Aku bukan patung!
12
Aska Kendrick Rusady
13
Istri orang begitu menggoda
14
Perasaan tak terbendung
15
Janda bolong?
16
Percikan api
17
Cinta dan gairah
18
Mau papa baru
19
Perlawanan Kirana
20
Detektif dadakan
21
Bos memang selalu menang
22
Mendamba
23
Rasanya menyakitkan
24
Pertengkaran sengit
25
Keluarga parasit
26
Radio rusak
27
Sikap Zidan
28
Teka-teki
29
Kejutan!
30
Mulai tergantikan
31
Bercerai?
32
Puber kedua?
33
Menuntut
34
Pria idaman
35
Sepenggal luka
36
Tertipu!
37
Kecelakaan?
38
Perang dimulai
39
Rencana
40
Masa lalu Kirana
41
Mengakui
42
Calon istri?
43
Dipecat!
44
Miskin
45
Diusir
46
Menepati janji
47
Sudah tobat
48
Jeng ... Jeng
49
Kasihan deh kamu!
50
Balasan setimpal
51
Liburan
52
Ingin bercinta
53
Bercinta denganmu
54
Berakhir
55
Nyesel, kan? Rasain!
56
Jadi janda karena janda
57
Janda sehari
58
Oh ternyata
59
Satu kenyataan terungkap
60
Terbongkar
61
Berkorban
62
Rencana
63
Hamil?
64
Suami istri
65
Kenikmatan yang diteguk
66
Wanita istimewa
67
Nyonya rumah
68
Kendrick mulai ragu
69
Debat dua pria
70
Menyalakan sumbu
71
Ujian
72
Ujian
73
Calon ayah
74
Mengibarkan bendera perang
75
Menunggu sang waktu
76
Bersamamu
77
Janji
78
Mantan pemain yang manis
79
Pria asing
80
Pembenci mulai muncul
81
Berkumpul keluarga
82
Perusuh
83
Ratapan gamang
84
Rencana Rajendra
85
Ujian cinta
86
Kabar buruk!
87
Rumit
88
Jahat sekali
89
Masa lalu
90
Yang terjadi
91
Dia siapa?
92
Saling menguatkan
93
Mulai beraksi
94
Promosi
95
Sadar?
96
Perang dingin
97
Belajar menerima
98
Sadar
99
Perasaan buruk
100
Pertanda apakah ini?
101
Rahasia Kendrick
102
Kendrick selingkuh?
103
Benarkah berkhianat?
104
Penjelasan
105
Keras kepala Rajendra
106
Surat Zidan
107
Kepulangan Baby Ricky
108
Dalang
109
Sebuah rahasia
110
Aksi tiga pria
111
Fakta baru
112
Malam panas
113
Melancarkan aksi
114
Bersamamu
115
Akhirnya tahu
116
Axel Mananta Putra
117
Harus lebih licik
118
Penyatuan kerinduan
119
Di depan mata
120
Seperti keluarga
121
Kumpul-kumpul
122
Kedatangan tamu
123
Kabar buruk!
124
Hidup atau mati?
125
Jasad
126
Amarah Kirana
127
Nekad
128
Sebenarnya ....
129
Diawasi
130
Hi, Son!
131
Satu persatu
132
Welcome back
133
Pulang
134
Bahagia
135
Kejahatan tidak akan bertahan
136
Akhir dari kejahatan
137
Lunturnya ego demi kebahagiaan
138
Berakhirnya permusuhan ayah dan anak
139
Sabotase
140
Menangkap pengkhianat
141
Berakhirnya sebuah kejahatan
142
Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!