Garangan buntung

Rahma dan Abdillah melepas kepergian Kirana dan kedua cucunya dengan mata berkaca-kaca.

Sepanjang perjalanan baik Kirana maupun Zidan memilih tak banyak bicara. Kirana memilih menatap keluar kaca, sementara Zidan fokus menatap jalan yang dilalui. Lalu lintas lumayan padat membuat perjalanan yang seharusnya hanya membutuhkan waktu satu setengah jam menjadi lebih lama.

“Ngapain kamu diam aja, Kira?”

Kirana menoleh sejenak sebelum kembali memalingkan wajah. “Aku harus ngomong apa?”

“Kamu berubah,” cicit Zidan pelan.

“Semua akan berubah saat hatinya tersakiti,” sahut Kirana datar membuat Zidan mengatupkan mulut.

Di antara mereka seperti ada jarak yang memisahkan. Raga mereka memang berdekatan tetapi ada sesuatu yang hilang.

Kirana memilih bersandar dan memejamkan mata mengabaikan Zidan.

“Oh, ya, jangan lupa kirim orang untuk ambil mobilku.” Kirana bicara tanpa menoleh.

“Mobil baru mau nggak?” Tiba-tiba tawaran Zidan membuat Kirana membuka mata, menoleh cepat dengan kening yang mengernyit.

“Apa ini seperti sogokan agar aku menerima apa yang kamu perbuat?” Bibirnya tertarik sinis, “semenjak kapan kamu suka menghamburkan uang buat beli sesuatu yang nggak penting? Jangan mentang-mentang sekarang banyak uang kamu bisa mengeluarkannya dengan mudah.”

“Ya bukan begitu, Kira. Maksud aku kan juga baik, kali aja kamu udah bosen sama mobil yang ini.”

“Mobilku masih bagus bahkan masih layak pakai.”

Zidan tak melanjutkan obrolan lagi. Bicara dengan Kirana memang gampang-gampang sulit.

Satu jam kemudian mereka tiba di rumah. Kirana segera membangunkan kedua anaknya dan mengajak mereka masuk.

“Sebelum bobo, cuci tangan, kaki dan sikat gigi dulu ya. Mau makan dulu nggak?”

“Enggak Ma. Rina langsung bobo aja, ngantuk.”

“Lina juga,” sambung putri bungsunya mengikuti sang kakak masuk ke satu kamar yang sama.

Kirana segera masuk ke kamar dan merapikan barang-barangnya. Tak lama Zidan masuk ke kamar dan menawarinya makan. Ia hanya mengangguk setuju. Setelah semuanya beres dan rapi ia segera masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan diri.

Bersamaan dengan guyuran mengalir air matanya ikut meleleh, hatinya begitu sakit apalagi ketika melihat sikap sang suami yang tak menunjukkan rasa bersalah.

Berbakti dengan orang tua memang diperlukan tetapi bukan berarti boleh mengorbankan hati istri. Zidan seharusnya bisa menolak tetapi pria itu tak melakukannya. Apalagi hanya dengan alasan karena ia tak bisa memberikan anak laki-laki, bukankah itu tidak masuk akal? Kirana berteriak keras meluapkan segala amarah dan kekecewaan yang dirasakan.

Suara pintu kamar mandi diketuk beberapa kali diiringi suara Zidan memanggil.

“Kira, kenapa lama sekali?”

“Sebentar,” sahutnya keras, menyahut kimono handuk dan segera keluar kamar mandi.

“Makanan udah di atas meja, aku mandi dulu.” Kirana mengabaikan dan keluar dari kamar menuju dapur.

Kirana segera merapikan makanan yang dibeli dan memindahkannya ke piring. Apa yang sedang dikerjakan tidak benar-benar ikhlas sehingga suara gesekan dari meja kaca dan piring terdengar begitu nyaring.

Setelah semuanya selesai, dia segera duduk dan menyantap makanan miliknya tanpa menunggu kehadiran Zidan.

“Kok makan nggak nungguin aku sih?” protes suara Zidan yang baru saja datang dengan rambut yang masih basah.

“Aku lapar,” sahutnya acuh tak acuh.

Tangan Zidan menarik kursi dengan kasar dan segera duduk. Dia menghentakkan sendok kasar hingga terdengar suara yang memekik.

“Nggak sopan!” Bibirnya menggerutu kesal.

Setelah selesai makan Kirana bergegas kembali ke kamar dan mengunci pintu, membiarkan Zidan yang masih duduk di meja makan berteriak kesal karena tingkahnya.

“Kamu ini benar-benar kurang ajar, Kira. Suami masih di sini kok ditinggalin gitu aja!”

“Bodoh amat!”

Kirana tersenyum masam dan segera memakai daster batik-batik kesayangan. Pakaian wajib yang hampir memenuhi sebagian lemarinya. Setelah memakai skincare rutin tubuhnya berbaring di ranjang bersiap tidur. Mulai sekarang dia harus terbiasa tidur sendiri dan mandiri.

...✿✿✿...

Pukul lima Kirana sudah bangun dan keluar dari rumah menuju jalan raya berniat membeli beberapa masakan jadi yang praktis. Saat keluar kamar, dia tak melihat keberadaan suaminya di manapun.

Biarlah ... dia juga sedang butuh waktu sendiri untuk saat ini.

Hanya butuh waktu tiga puluh menit, Kirana sudah kembali ke rumah. Tangannya memegang kantong plastik yang berisi beberapa macam sayur yang dikemas dalam plastik berukuran sedang dan lauk di kotak plastik.

Setelah menyiapkan semuanya di atas meja, Kirana segera membangunkan kedua anaknya.

“Papa di mana, Ma? Kok nggak ikut sarapan?” tanya Rina yang tak melihat keberadaan sang papa.

“Ke rumah nenek,” sahut Kirana malas.

“Jadi hari ini Mama yang antar?” tanya Lina terlihat senang.

“Iya.”

Setengah tujuh Kirana mengeluarkan mobil sang suami. Motor yang biasa dipakai untuk antar jemput anak-anak tidak ada, sepertinya dipakai oleh Zidan.

Kirana hanya mengenakan daster batik sepanjang lutut dilapisi outer berwarna putih lengan panjang, rambutnya diikat ke atas rapi. Pikirnya dia hanya akan mengantar, tak perlu berdandan.

Keduanya bersekolah di tempat yang sama. Jika Rina sudah duduk di kelas tiga, Lina masih di kelas satu.

Sesampainya di sekolah Kirana segera meminta kedua anaknya untuk masuk. Saat dia berbalik badan berniat pergi sapaan dari ibu-ibu membuat langkahnya terhenti.

“Eh, tumben Bu Kirana yang antar anak-anak. Biasanya Pak Zidan.”

Kirana tersenyum tipis tanpa menjawab.

“Pak Zidan kan nikah lagi, ya pasti sekarang lagi menikmati bulan madu sama istri baru.”

Senyum di wajah Kirana pudar berganti dengan wajah datar.

“Eh jangan ngawur gitu, Bu Diana!” tegur Irma tak senang mendengarnya.

“Enggak ngawur ya, itu memang kenyataan.” Diana yang usianya tak jauh berbeda dengan Kirana kembali menyahut. Dari sekian banyak ibu-ibu di sini, dia memang yang paling suka nyinyir. “Istri barunya cantik, masih muda pula.”

“Bu Diana ini nggak seharusnya ngomong kayak gitu. Sesama perempuan kok nggak bisa jaga perasaan sesamanya.”

“Eh ibu-ibu ini dibilangin kok malah nyolot sih. Ini tuh sebagai bentuk antisipasi buat kalian semua supaya jadi istri itu harus tetep cantik di depan suami biar suami nggak nyari pemandangan indah yang lain.”

Kirana memutar bola mata malas, dia tahu bahwa Diana sedang menyindir penampilannya saat ini.

“Enggak begitu juga kali Bu. Buktinya suamiku meskipun tiap hari lihat penampakan istrinya yang kucel dan bau bawang, dia tetap suka kok.” Yuni menimpali sambil tersenyum lebar.

“Jangan didengerin Bu Kirana,” sahut Irma menimpali.

“Semoga suami Bu Diana nggak gitu ya,” ucap Kirana datar.

“Jelas enggak dong Bu. Di rumah kan udah kenyang lahir batin. Jangankan nyari, ngelirik aja kayaknya udah nggak minat,” sahut Diana dengan begitu sombong.

Kirana menyunggingkan senyum. “Harus banyak bersyukur kalau gitu, Bu.”

“Makanya Bu Kirana harus bisa jaga diri, jaga penampilan supaya suami nggak nyari yang lain. Kalau sudah gini yang repot juga diri sendiri.”

Kirana malas menanggapi, dia segera pamit kembali pulang. Namun belum jauh kakinya melangkah, ucapan Diana kembali terdengar.

“Enggak salah kalau Pak Zidan lebih milih nikah lagi sama istri baru. Bu Kirana ada tangkapan besar nggak dijaga dengan baik.”

Orang lain cuma tahu dari sudut pandang mereka saja, kemudian berkomentar seenaknya hingga menyakiti orang lain.

“Dijaga kayak apa kalau dasarnya emang dia nggak bisa bersyukur, ya tetep aja Bu. Namanya juga garangan.”

To Be Continue ....

Terpopuler

Comments

15_01 RD

15_01 RD

gila nih cowok SADAR DIRI WOYY,, bisa2nya dia ngomong kayak gitu!!

2024-11-15

0

vj'z tri

vj'z tri

eh Diana tuh mulut pengen di cekokin buah Maja kayanya 😏😏😏

2024-09-14

0

komalia komalia

komalia komalia

garang garang atau berang berang kali ya

2024-06-26

2

lihat semua
Episodes
1 Resepsi yang kacau
2 Hati yang kau sakiti
3 Kau datang membawa luka
4 Garangan buntung
5 Puaskan sakiti aku
6 Mertua kang drama
7 Belajar tanpamu
8 Tetanggaku bosku
9 Siapa Mama Radit?
10 Pria misterius
11 Aku bukan patung!
12 Aska Kendrick Rusady
13 Istri orang begitu menggoda
14 Perasaan tak terbendung
15 Janda bolong?
16 Percikan api
17 Cinta dan gairah
18 Mau papa baru
19 Perlawanan Kirana
20 Detektif dadakan
21 Bos memang selalu menang
22 Mendamba
23 Rasanya menyakitkan
24 Pertengkaran sengit
25 Keluarga parasit
26 Radio rusak
27 Sikap Zidan
28 Teka-teki
29 Kejutan!
30 Mulai tergantikan
31 Bercerai?
32 Puber kedua?
33 Menuntut
34 Pria idaman
35 Sepenggal luka
36 Tertipu!
37 Kecelakaan?
38 Perang dimulai
39 Rencana
40 Masa lalu Kirana
41 Mengakui
42 Calon istri?
43 Dipecat!
44 Miskin
45 Diusir
46 Menepati janji
47 Sudah tobat
48 Jeng ... Jeng
49 Kasihan deh kamu!
50 Balasan setimpal
51 Liburan
52 Ingin bercinta
53 Bercinta denganmu
54 Berakhir
55 Nyesel, kan? Rasain!
56 Jadi janda karena janda
57 Janda sehari
58 Oh ternyata
59 Satu kenyataan terungkap
60 Terbongkar
61 Berkorban
62 Rencana
63 Hamil?
64 Suami istri
65 Kenikmatan yang diteguk
66 Wanita istimewa
67 Nyonya rumah
68 Kendrick mulai ragu
69 Debat dua pria
70 Menyalakan sumbu
71 Ujian
72 Ujian
73 Calon ayah
74 Mengibarkan bendera perang
75 Menunggu sang waktu
76 Bersamamu
77 Janji
78 Mantan pemain yang manis
79 Pria asing
80 Pembenci mulai muncul
81 Berkumpul keluarga
82 Perusuh
83 Ratapan gamang
84 Rencana Rajendra
85 Ujian cinta
86 Kabar buruk!
87 Rumit
88 Jahat sekali
89 Masa lalu
90 Yang terjadi
91 Dia siapa?
92 Saling menguatkan
93 Mulai beraksi
94 Promosi
95 Sadar?
96 Perang dingin
97 Belajar menerima
98 Sadar
99 Perasaan buruk
100 Pertanda apakah ini?
101 Rahasia Kendrick
102 Kendrick selingkuh?
103 Benarkah berkhianat?
104 Penjelasan
105 Keras kepala Rajendra
106 Surat Zidan
107 Kepulangan Baby Ricky
108 Dalang
109 Sebuah rahasia
110 Aksi tiga pria
111 Fakta baru
112 Malam panas
113 Melancarkan aksi
114 Bersamamu
115 Akhirnya tahu
116 Axel Mananta Putra
117 Harus lebih licik
118 Penyatuan kerinduan
119 Di depan mata
120 Seperti keluarga
121 Kumpul-kumpul
122 Kedatangan tamu
123 Kabar buruk!
124 Hidup atau mati?
125 Jasad
126 Amarah Kirana
127 Nekad
128 Sebenarnya ....
129 Diawasi
130 Hi, Son!
131 Satu persatu
132 Welcome back
133 Pulang
134 Bahagia
135 Kejahatan tidak akan bertahan
136 Akhir dari kejahatan
137 Lunturnya ego demi kebahagiaan
138 Berakhirnya permusuhan ayah dan anak
139 Sabotase
140 Menangkap pengkhianat
141 Berakhirnya sebuah kejahatan
142 Bahagia
Episodes

Updated 142 Episodes

1
Resepsi yang kacau
2
Hati yang kau sakiti
3
Kau datang membawa luka
4
Garangan buntung
5
Puaskan sakiti aku
6
Mertua kang drama
7
Belajar tanpamu
8
Tetanggaku bosku
9
Siapa Mama Radit?
10
Pria misterius
11
Aku bukan patung!
12
Aska Kendrick Rusady
13
Istri orang begitu menggoda
14
Perasaan tak terbendung
15
Janda bolong?
16
Percikan api
17
Cinta dan gairah
18
Mau papa baru
19
Perlawanan Kirana
20
Detektif dadakan
21
Bos memang selalu menang
22
Mendamba
23
Rasanya menyakitkan
24
Pertengkaran sengit
25
Keluarga parasit
26
Radio rusak
27
Sikap Zidan
28
Teka-teki
29
Kejutan!
30
Mulai tergantikan
31
Bercerai?
32
Puber kedua?
33
Menuntut
34
Pria idaman
35
Sepenggal luka
36
Tertipu!
37
Kecelakaan?
38
Perang dimulai
39
Rencana
40
Masa lalu Kirana
41
Mengakui
42
Calon istri?
43
Dipecat!
44
Miskin
45
Diusir
46
Menepati janji
47
Sudah tobat
48
Jeng ... Jeng
49
Kasihan deh kamu!
50
Balasan setimpal
51
Liburan
52
Ingin bercinta
53
Bercinta denganmu
54
Berakhir
55
Nyesel, kan? Rasain!
56
Jadi janda karena janda
57
Janda sehari
58
Oh ternyata
59
Satu kenyataan terungkap
60
Terbongkar
61
Berkorban
62
Rencana
63
Hamil?
64
Suami istri
65
Kenikmatan yang diteguk
66
Wanita istimewa
67
Nyonya rumah
68
Kendrick mulai ragu
69
Debat dua pria
70
Menyalakan sumbu
71
Ujian
72
Ujian
73
Calon ayah
74
Mengibarkan bendera perang
75
Menunggu sang waktu
76
Bersamamu
77
Janji
78
Mantan pemain yang manis
79
Pria asing
80
Pembenci mulai muncul
81
Berkumpul keluarga
82
Perusuh
83
Ratapan gamang
84
Rencana Rajendra
85
Ujian cinta
86
Kabar buruk!
87
Rumit
88
Jahat sekali
89
Masa lalu
90
Yang terjadi
91
Dia siapa?
92
Saling menguatkan
93
Mulai beraksi
94
Promosi
95
Sadar?
96
Perang dingin
97
Belajar menerima
98
Sadar
99
Perasaan buruk
100
Pertanda apakah ini?
101
Rahasia Kendrick
102
Kendrick selingkuh?
103
Benarkah berkhianat?
104
Penjelasan
105
Keras kepala Rajendra
106
Surat Zidan
107
Kepulangan Baby Ricky
108
Dalang
109
Sebuah rahasia
110
Aksi tiga pria
111
Fakta baru
112
Malam panas
113
Melancarkan aksi
114
Bersamamu
115
Akhirnya tahu
116
Axel Mananta Putra
117
Harus lebih licik
118
Penyatuan kerinduan
119
Di depan mata
120
Seperti keluarga
121
Kumpul-kumpul
122
Kedatangan tamu
123
Kabar buruk!
124
Hidup atau mati?
125
Jasad
126
Amarah Kirana
127
Nekad
128
Sebenarnya ....
129
Diawasi
130
Hi, Son!
131
Satu persatu
132
Welcome back
133
Pulang
134
Bahagia
135
Kejahatan tidak akan bertahan
136
Akhir dari kejahatan
137
Lunturnya ego demi kebahagiaan
138
Berakhirnya permusuhan ayah dan anak
139
Sabotase
140
Menangkap pengkhianat
141
Berakhirnya sebuah kejahatan
142
Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!