Kau datang membawa luka

Hari Minggu pagi, Rina dan Lina sudah bertanya tentang bagaimana sekolahnya. Kakak beradik tersebut tak mau dipindahkan ke sekolah yang ada di kota ini. Kirana mulai bimbang, sampai hari ini Zidan tak ada menghubungi atau sekadar bertanya kabar kedua putrinya.

“Kenapa sih, Ma? Kenapa kita nggak pulang ke rumah papa. Besok kami udah sekolah loh.” Rina merengek pelan.

Kirana tak mungkin menjelaskan tentang hubungannya dengan papa mereka yang sedang tak baik. Sebisa mungkin dia akan tetap merahasiakan apa yang sebenarnya terjadi.

“Nanti ya,” sahut Kirana pelan.

Setelah obrolan singkat tersebut, Rina dan Lina diajak oleh Rahma ke pasar membeli sesuatu.

Duduk diam di belakang rumah, menatap hamparan pohon mangga yang tumbuh lebat dan sedang berbuah.

Tatapan matanya menerawang jauh, mengingat perkenalan pertama dengan Zidan saat mereka masih sama-sama bersekolah di bangku SMK.

Zidan dan Kirana bertemu saat keduanya sedang mengikuti lomba olimpiade sekabupaten. Dari pertemuan tersebut akhirnya benih-benih perasaan tumbuh di hati keduanya.

Keputusan menikah muda dibuat walaupun ada pertentangan yang terjadi di antara dua keluarga.

Setelah menikah, Kirana lebih dulu masuk universitas dan menjadi kakak tingkat Zidan. Semua itu dilakukan mengingat kedua orang tua mereka telah lepas tanggung jawab, mereka berdua harus mencari semua biaya sendiri. Semua yang dilakukan melalui proses yang tidak mudah. Jatuh bangun mereka lalui bersama hingga bisa sampai di titik sekarang.

Saat semuanya sudah diraih, mengapa justru cobaan itu datang dari pernikahan mereka.

Lamunan Kirana buyar saat mendengar suara ketukan pintu. Segera saja dia bergegas ke depan dan membukanya. Matanya terpaku menatap sosok seorang pria yang hampir seminggu tak ada kabar beritanya.

“Kira,” ucap pria itu dengan bibir yang bergetar gugup.

“Hai, Mas.” Kirana tersenyum tipis dan membuka pintu lebar-lebar, membiarkan Zidan masuk tanpa dipersilakan. Sikapnya lebih tenang dan seperti tak pernah terjadi apa pun.

“Apa kabar Kira?” tanya Zidan dibalas anggukan oleh Kirana. “Rumah kok sepi?” lanjutnya mengamati seisi rumah yang tak berubah walaupun hampir setengah tahun tak pernah dikunjungi.

“Mama ajak Rina dan Lina ke pasar. Papa masih di toko,” jelas Kirana. “Masih ingat sama aku dan anakmu ya, kukira sudah lupa,” sambungnya diiringi senyum sinis.

Zidan menunduk, entah apa yang dipikirkan.

“Bagaimana malam pertamamu? Pasti menyenangkan sampai untuk menghubungi aja nggak sempat.”

Jantung Zidan berdebar dengan keras. Kepalanya hanya bisa tertunduk sambil memikirkan penjelasan yang akan dilontarkan. Ketika kepalanya mendongak, tak sengaja mata keduanya bertemu. Zidan mencoba menatap manik mata Kirana dengan intens, mencoba menyelami isi hatinya. Dia tak menemukan kemarahan dari sorot mata sang istri.

“Maaf, Kira,” ucap Zidan lirih.

Kirana mengangkat bahu acuh tak acuh.

Telat, jika Zidan berniat minta maaf seharusnya itu dilakukan di awal. Percuma saja toh ucapan maaf tersebut tak akan mengubah apa pun. Kenyataannya adalah pria itu sudah mengkhianati pernikahan mereka. Dan yang lebih menyakitkan lagi, Kirana harus menerima kenyataan bahwa kini dia bukan satu-satunya istri dari Zidan Pranadipa.

“Maafmu nggak bisa mengubah keadaan.” Kirana menjawab dengan tegas. “Kini kamu bukan hanya suamiku,” lanjutnya lagi dengan suara tertahan.

“Maafkan aku Kira. Ini semua kulakukan demi baktiku pada orang tua.”

Kirana terkekeh pelan. Alasan macam apa itu.

Omong kosong!

“Oh!” ucap Kirana sinis, “apa aku harus bersyukur atau sebaliknya? Memiliki suami yang berbakti pada orang tua tapi dengan menyakiti istrinya.”

Lagi dan lagi Zidan hanya mampu tertunduk mendengar ucapan Kirana. Sejujurnya berat baginya untuk memilih, tapi Zidan percaya bahwa kebahagiaannya tergantung kebahagiaan orang tua.

“Aku datang buat jemput kamu pulang. Besok anak-anak udah sekolah, kan? Sore nanti kita pulang ya,” ujar Zidan penuh harap.

“Hm.” Kirana berdeham, berlalu menuju dapur dan kembali dengan secangkir kopi.

Zidan tersenyum tipis. “Makasih.”

Keduanya kembali diam. Sejujurnya Kirana ingin menuntut penjelasan bahkan bila perlu ia ingin berteriak di hadapan Zidan. Apa yang sebenarnya diinginkan oleh pria itu? Tidak cukupkah hanya dia dan kedua putrinya. Kenapa harus ada yang lain?

Sementara Zidan tak tahu harus berbuat apa. Sikap Kirana yang diam dan tak menunjukkan kemarahan justru meresahkan. Berkali-kali pria itu mencuri pandang dan menatap sosok sang istri yang hanya menampilkan raut datar.

“Ada apa? Ngapain harus curi-curi pandang, kamu boleh menatapku jika ingin,” ucap Kirana tanpa menunjukkan ekspresi. Wajahnya yang biasa dihias senyum kini tak ditunjukkan lagi.

Zidan menggeleng pelan. “Lebih baik kamu bereskan apa yang perlu dibawa. Aku mau duduk di depan sambil nunggu anak-anak.”

Tanpa menjawab Kirana berlalu dan segera masuk ke kamar. Sengaja pintu kamar dikunci agar Zidan tak bisa masuk ke dalam.

Tubuh ringkih itu bersandar di dinding dan merosot seiring luka hati yang dirasakan. Bisa-bisanya pria itu datang tanpa rasa berdosa, seolah tak pernah terjadi apa pun di antara mereka.

Andai saja kata maaf mampu memutar waktu dan mengembalikan keadaan maka dengan senang hati Kirana akan melakukannya. Berpura-pura kuat itu ternyata butuh tenaga ekstra ... dan mulai saat ini ini ia harus mulai terbiasa.

Kirana segera merapikan barang-barang yang diperlukan dan segera keluar ketika mendengar sang ibu berbicara dengan Zidan.

Langkah kaki Kirana terhenti sebelum mencapai pintu. Matanya menangkap Rina dan Lina yang berada di samping Zidan. Wajah kedua putrinya terlihat begitu bahagia, senyum mereka begitu lebar mungkin karena merindukan sosok sang ayah.

Inilah yang ditakutkan oleh Kirana. Bagaimana perasaan keduanya jika mengetahui ayah yang selalu dibanggakan ternyata telah menghianati mereka. Sebelum kakinya melangkah Kirana mengusap sudut matanya yang berair.

“Rina, Lina, kalian mandi dulu ya. Habis itu kita ikut Papa pulang.” Keduanya mengangguk dengan gembira.

Rahma segera meminta Kirana dan Zidan untuk masuk kembali ke rumah. Dari sikapnya Zidan sudah menangkap bahwa mertuanya ingin membicarakan tentang apa yang terjadi.

Ternyata dugaan Zidan salah. Rahma mengajaknya masuk hanya untuk bicara tentang kesibukan dan tidak berniat membahas tentang rumah tangganya. Mungkin Kirana tidak menceritakan apa pun, lebih tepatnya belum.

Kirana memilih menghindar dan kembali ke kamar, membiarkan ibu dan suaminya berbicara.

Zidan yang ditatap oleh Rahma terlihat gugup.

“Hei, ngapain kamu gugup Zidan?” Rahma tersenyum melihat tingkah menantunya.

“Papa apa kabar, Ma?” tanya Zidan mengalihkan pembicaraan.

“Kami baik, justru Mama lihat kalian yang nggak baik.” Rahma memancing.

Zidan tersenyum salah tingkah tangannya menggaruk tengkuk yang tak gatal. “Mama kebanyakan nonton sinetron,” ucapnya.

Rahma sontak tertawa mendengar goyonan yang dilontarkan Zidan. “Iya. Mama sering lihat sinetron suara hati istri, yang mana si wanita cuma bisa nangis saat ditindas suaminya. Mama sampai heran itu wanita kok bodoh banget, ngapain juga nangisin suami macam itu. Udah dibikin berdarah-darah, eh ujung-ujungnya sekali minta maaf mau aja balik lagi.”

Tiba-tiba jantung Zidan berdegup dengan keras. Entah mengapa guyonan Rahma terdengar seperti sindiran halus.

“Namanya juga cinta, Ma,” sahut Zidan gugup.

“Cinta boleh, bodoh jangan,” sanggah Rahma lagi.

Zidan menelan saliva susah payah, tubuhnya meremang mendengar ucapan tersebut. Obrolan ini sepertinya begitu sensitif dan membuatnya tidak tenang.

Tiba-tiba Zidan dikejutkan oleh tangan Rahma yang menyentuh bahunya. Wanita paruh baya tersebut menatapnya dalam diam.

“Mama nggak mau kalian seperti itu. Kalau memang suatu nanti kamu udah nggak mau atau udah nggak cinta lagi sama Kirana, lebih baik kamu bawa dia pulang dan antarkan ke rumah baik-baik. Apa pun yang terjadi kami akan tetap menerimanya.” Rahma berbicara dengan serius membuat Zidan semakin diliputi rasa bersalah.

“Mama jangan ngomong gitu. Doain aja yang baik-baik untuk aku dan Kirana.” Zidan memalingkan wajah.

Rahma mengangguk sebelum berucap, “Mama selalu doain yang terbaik untuk kalian. Tolong jangan sakiti Kirana.”

Zidan tak berani menjawab ia hanya menganggukkan kepala pelan sambil bergumam kata maaf di dalam hati.

To Be Continue ....

Terpopuler

Comments

Nurul apriliyani Rahayu

Nurul apriliyani Rahayu

preettt

2024-11-25

0

Yus Warkop

Yus Warkop

aku paling benci sama laki" kaya kamu zidane

2024-09-14

0

🌸ReeN🌸

🌸ReeN🌸

laki2 kaya zidan gak akan pernah bisa dipercaya

2024-09-14

0

lihat semua
Episodes
1 Resepsi yang kacau
2 Hati yang kau sakiti
3 Kau datang membawa luka
4 Garangan buntung
5 Puaskan sakiti aku
6 Mertua kang drama
7 Belajar tanpamu
8 Tetanggaku bosku
9 Siapa Mama Radit?
10 Pria misterius
11 Aku bukan patung!
12 Aska Kendrick Rusady
13 Istri orang begitu menggoda
14 Perasaan tak terbendung
15 Janda bolong?
16 Percikan api
17 Cinta dan gairah
18 Mau papa baru
19 Perlawanan Kirana
20 Detektif dadakan
21 Bos memang selalu menang
22 Mendamba
23 Rasanya menyakitkan
24 Pertengkaran sengit
25 Keluarga parasit
26 Radio rusak
27 Sikap Zidan
28 Teka-teki
29 Kejutan!
30 Mulai tergantikan
31 Bercerai?
32 Puber kedua?
33 Menuntut
34 Pria idaman
35 Sepenggal luka
36 Tertipu!
37 Kecelakaan?
38 Perang dimulai
39 Rencana
40 Masa lalu Kirana
41 Mengakui
42 Calon istri?
43 Dipecat!
44 Miskin
45 Diusir
46 Menepati janji
47 Sudah tobat
48 Jeng ... Jeng
49 Kasihan deh kamu!
50 Balasan setimpal
51 Liburan
52 Ingin bercinta
53 Bercinta denganmu
54 Berakhir
55 Nyesel, kan? Rasain!
56 Jadi janda karena janda
57 Janda sehari
58 Oh ternyata
59 Satu kenyataan terungkap
60 Terbongkar
61 Berkorban
62 Rencana
63 Hamil?
64 Suami istri
65 Kenikmatan yang diteguk
66 Wanita istimewa
67 Nyonya rumah
68 Kendrick mulai ragu
69 Debat dua pria
70 Menyalakan sumbu
71 Ujian
72 Ujian
73 Calon ayah
74 Mengibarkan bendera perang
75 Menunggu sang waktu
76 Bersamamu
77 Janji
78 Mantan pemain yang manis
79 Pria asing
80 Pembenci mulai muncul
81 Berkumpul keluarga
82 Perusuh
83 Ratapan gamang
84 Rencana Rajendra
85 Ujian cinta
86 Kabar buruk!
87 Rumit
88 Jahat sekali
89 Masa lalu
90 Yang terjadi
91 Dia siapa?
92 Saling menguatkan
93 Mulai beraksi
94 Promosi
95 Sadar?
96 Perang dingin
97 Belajar menerima
98 Sadar
99 Perasaan buruk
100 Pertanda apakah ini?
101 Rahasia Kendrick
102 Kendrick selingkuh?
103 Benarkah berkhianat?
104 Penjelasan
105 Keras kepala Rajendra
106 Surat Zidan
107 Kepulangan Baby Ricky
108 Dalang
109 Sebuah rahasia
110 Aksi tiga pria
111 Fakta baru
112 Malam panas
113 Melancarkan aksi
114 Bersamamu
115 Akhirnya tahu
116 Axel Mananta Putra
117 Harus lebih licik
118 Penyatuan kerinduan
119 Di depan mata
120 Seperti keluarga
121 Kumpul-kumpul
122 Kedatangan tamu
123 Kabar buruk!
124 Hidup atau mati?
125 Jasad
126 Amarah Kirana
127 Nekad
128 Sebenarnya ....
129 Diawasi
130 Hi, Son!
131 Satu persatu
132 Welcome back
133 Pulang
134 Bahagia
135 Kejahatan tidak akan bertahan
136 Akhir dari kejahatan
137 Lunturnya ego demi kebahagiaan
138 Berakhirnya permusuhan ayah dan anak
139 Sabotase
140 Menangkap pengkhianat
141 Berakhirnya sebuah kejahatan
142 Bahagia
Episodes

Updated 142 Episodes

1
Resepsi yang kacau
2
Hati yang kau sakiti
3
Kau datang membawa luka
4
Garangan buntung
5
Puaskan sakiti aku
6
Mertua kang drama
7
Belajar tanpamu
8
Tetanggaku bosku
9
Siapa Mama Radit?
10
Pria misterius
11
Aku bukan patung!
12
Aska Kendrick Rusady
13
Istri orang begitu menggoda
14
Perasaan tak terbendung
15
Janda bolong?
16
Percikan api
17
Cinta dan gairah
18
Mau papa baru
19
Perlawanan Kirana
20
Detektif dadakan
21
Bos memang selalu menang
22
Mendamba
23
Rasanya menyakitkan
24
Pertengkaran sengit
25
Keluarga parasit
26
Radio rusak
27
Sikap Zidan
28
Teka-teki
29
Kejutan!
30
Mulai tergantikan
31
Bercerai?
32
Puber kedua?
33
Menuntut
34
Pria idaman
35
Sepenggal luka
36
Tertipu!
37
Kecelakaan?
38
Perang dimulai
39
Rencana
40
Masa lalu Kirana
41
Mengakui
42
Calon istri?
43
Dipecat!
44
Miskin
45
Diusir
46
Menepati janji
47
Sudah tobat
48
Jeng ... Jeng
49
Kasihan deh kamu!
50
Balasan setimpal
51
Liburan
52
Ingin bercinta
53
Bercinta denganmu
54
Berakhir
55
Nyesel, kan? Rasain!
56
Jadi janda karena janda
57
Janda sehari
58
Oh ternyata
59
Satu kenyataan terungkap
60
Terbongkar
61
Berkorban
62
Rencana
63
Hamil?
64
Suami istri
65
Kenikmatan yang diteguk
66
Wanita istimewa
67
Nyonya rumah
68
Kendrick mulai ragu
69
Debat dua pria
70
Menyalakan sumbu
71
Ujian
72
Ujian
73
Calon ayah
74
Mengibarkan bendera perang
75
Menunggu sang waktu
76
Bersamamu
77
Janji
78
Mantan pemain yang manis
79
Pria asing
80
Pembenci mulai muncul
81
Berkumpul keluarga
82
Perusuh
83
Ratapan gamang
84
Rencana Rajendra
85
Ujian cinta
86
Kabar buruk!
87
Rumit
88
Jahat sekali
89
Masa lalu
90
Yang terjadi
91
Dia siapa?
92
Saling menguatkan
93
Mulai beraksi
94
Promosi
95
Sadar?
96
Perang dingin
97
Belajar menerima
98
Sadar
99
Perasaan buruk
100
Pertanda apakah ini?
101
Rahasia Kendrick
102
Kendrick selingkuh?
103
Benarkah berkhianat?
104
Penjelasan
105
Keras kepala Rajendra
106
Surat Zidan
107
Kepulangan Baby Ricky
108
Dalang
109
Sebuah rahasia
110
Aksi tiga pria
111
Fakta baru
112
Malam panas
113
Melancarkan aksi
114
Bersamamu
115
Akhirnya tahu
116
Axel Mananta Putra
117
Harus lebih licik
118
Penyatuan kerinduan
119
Di depan mata
120
Seperti keluarga
121
Kumpul-kumpul
122
Kedatangan tamu
123
Kabar buruk!
124
Hidup atau mati?
125
Jasad
126
Amarah Kirana
127
Nekad
128
Sebenarnya ....
129
Diawasi
130
Hi, Son!
131
Satu persatu
132
Welcome back
133
Pulang
134
Bahagia
135
Kejahatan tidak akan bertahan
136
Akhir dari kejahatan
137
Lunturnya ego demi kebahagiaan
138
Berakhirnya permusuhan ayah dan anak
139
Sabotase
140
Menangkap pengkhianat
141
Berakhirnya sebuah kejahatan
142
Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!